Page 25 - Majalah Berita Indonesia Edisi 23
P. 25


                                    BERITAINDONESIA, 19 Oktober 2006 25BERITA UTAMAkeadilan sosialnya. Maka jangan hanyadisebut nama tapi tidak dikerjakan.Maka tadi kita katakan terbuka, berikankesempatan menafsirkan, menerjemahkan, toh bangsa ini bukan hanya kita yanghidup di abad ini? Sebab besok ada terusbangsa ini dan terus menerus. Bebaskanmereka mengisi Indonesia ini,Jadikan substansi ajaran itu menjadimilik bangsa Indonesia sebab di sanatidak ada yang bernilai negatif.Mengenai Perda yang eksklusif tadi, kitatidak usah sebut nama, itu bukan jamannya lagi. Nanti bukan interdependensi.Kan asyik kalau begitu? Sehingga semakinsantun bangsa ini. Kita enaknya danbaiknya yang santun-santunlah.Kita sekarang ini cukup santun, kitabelajar dari jurnalis kenabian. Dan belajarjurnalisme kenabian datang ke sini,menemui Syaykh!Iya, jurnalis itu adalah pembawa berita,sama dengan nabi. Maka yang palingmasuk neraka duluan adalah jurnalis,yang paling masuk surga duluan jugajurnalis. Sebab kalau membawa beritapalsu, itu bisa menghancurkan Indonesaatau dunia, bukankah itu neraka? Tapimembawa berita bagus, itu bisa mengangkat Indonesia, bukankah itu sorga? JadiJurnalis itu bisa masuk neraka duluankalau melanggar etika jurnalis. Jugamasuk surga duluan dibanding kiai haji,dibanding pastur dan sebagainya. Sebabpastur hanya terbatas ke gereja sedangkanjurnalis ke seluruh tataran Indonesia,tanpa mimbar. Asyik bukan? Lantasganjarannya besar dan siksanya jugabesar.Jurnalis itu tanpa mimbar. KhotibJumat cuma di mimbar jumat, 30.000orang ummat seperti besar. Jurnalismimbarnya hanya kertas tapi betapahebatnya bisa mengubah. Jadi berbahagialah menjadi jurnalis. Tapi ingat tadi,surga duluan, neraka duluan. Maka yangpenting individunya harus beriman, berTuhan. Karena Tuhan itu mengawasisetiap gerak-gerik jurnalis, setiap ungkapan jurnalis. Jangan pernah menganggap tidak pernah diawasi oleh Tuhan.Jurnalis juga harus adil dan beradab.Bagaimana supaya bangsa ini bisa bangkit? Harus menyampaikan berbagai ide.Nah, apakah tidak masuk dalam filosofibangsa?Ada juga jurnalis yang mengatakan Tuhan yang maha azab?Karena memberi azab, memang. Siapayang bisa melebihi azab Tuhan? Manusiasaja dikritik. Apa kamu? Baru mengikattangannya saja dikritik. Itu kekuatan atas.Siapa yang mengkritik? Kalau ada orangyang mau berpendapat begini-begitu, ohboleh. Tuhan itu punya kekuatan yangtidak kita miliki. Wajar-wajar saja wongnamanya Tuhan. Kalau nggak bisa begitunamanya bukan Tuhan. Untuk apa jadiTuhan kalau nggak bisa begitu.Namun ingat, Tuhan itu maha kasih, ituyang pasti. Untuk apa kita bicara yangnggak pasti. Itu saja, yang pasti-pasti ituyang asyik yang kita rasakan. Lantas kitahari-hari mengucap alhamdulillah, pujiTuhan.Kalau ketemu sahabat, alangkah indahnya saya ketemu Anda. Itu memuji. Kalaumemuji kepada seseorang kembalinyakepada Tuhan. Kan begitu toh? Ajaranagama mana saja juga begitu. Kalau kitamencaci sama saja mencaci Sang Pencipta.Kalau begitu asyik bukan? Maka terjadilah interdependensi, terkekang hawanafsu. Jadi mengekang hawa nafsu itutidak bisa dikonsepkan dalam individu.Kalau dikonsepkan dalam individu nggakada maknanya, tapi dikonsepkan dalamhidup bersama.Maka di sini (Al-Zaytun) marsnya pusatpembelajaran hidup bersama. Pada sebagian syair mars Universitas Al-Zaytundisebutkan, Universitas Al-Zaytun Indonesia, pusat pendidikan hidup bersama,pusat pendididkan universal, dalam zonadamai dan harmoni.foto: berindo wilson Hamparan: Sawah yang menghijau, lahan pertanian Al-Zaytun.
                                
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29