Page 22 - Majalah Berita Indonesia Edisi 23
P. 22


                                    22 BERITAINDONESIA, 19 Oktober 2006BERITA UTAMA“Jangan mengatakan globalisasi mau mengeleminirnasionalisme. Tidak ada globalisasi pun kalauinterdependensi hancur tidak ada nasionalisme. Jadijangan menyalahkan globalisasi, itu satu sunnatullah yangtidak bisa dibendung,” kata Syaykh AS Panji Gumilangdalam wawancara dengan Berita Indonesia.Kalau toleransi kita tinggi, itu tidakmenghilangkan jati diri, justru memperkokoh. Untuk apa kita menampilkannasionalisme tapi tidak ada isinya, apayang bisa dibanggakan, itu namanya tidaknasionalisme. Nasionalisme adalah mampu menata bangsanya, makan cukup,sehingga dia mempunyai etos kerja tinggi,cerdas, pendidikannya tertangani secarasempurna dan bisa membangun bangsaini. Itulah patriotisme Indonesia.Sistemnya bagaimana? Otonomi, ataufederasi, atau desentralisasi berbasistingkat satu? Itu bisa dirundingkankarena kita sudah masuk dalam abaddemokrasi dan kita juga sanggup beramalliah demokrasi. Kan asyik?Jangan dimusuhi demokrasi, gara-garademokrasi selalu konteksnya ke Amerikadan karena Amerika tukang nyerang.Nyerbu itu kepentingan lain, sementarademokrasinya boleh dicontoh. Itu namanya dualitas, bisa memilah-milah, tidakdualisme. Amerika suka nyerbu, Amerikademokrasinya bagus, jadi yang bagusnyadiambil yang tidak baik, jangan. Kalauperlu kita tunjuk dengan tangan kiri.Bagaimana demokrasinya Israel?Demokrasi itu diambil yang baik.Demokrasi itu tidak ada Israel, tidak adaPalestina, tidak ada Saudi. Patutnya kalaugara-gara demokrasi tidak memusuhiHamas, toh Hamas itu berdemokrasi yangsangat bagus. Tapi ternyata bukan demokrasi yang dia serbu, ada yang lain, ituyang tahu Amerika dan Israel. Jadi jangandicampur-baur.Kalau kita berpikir begitu, nanti Indonesia ini juga disebut gara-gara Islammakanya tidak maju. Karena apa? Karenabangsa ini banyak yang muslim. PadahalIslam lain, tidak maju masalah lain.Orang saking tidak memahami dantidak mau mempraktekkan interdependensi, kan ada yang ingin memaksakan.Entah itu bahasa, entah praktek atau apa,ada yang ingin memaksakan. Maka dalammenghadapi paradigma sekarang ini, sistem sekarang ini, masukkan dan tebalkanBerita Indonesia ini ke kehidupan interdependensi dalam berinteraksi nasional.Alangkah indahnya kalau kita ini,seluruh bangsa Indonesia ini bisa sepertiitu. Tidak agamamu apa? Tapi bangsa Indonesia nggak, Pak? Ya. Kalau hari Jumat,ayo sholat jumat dulu. Saya besok hariAhad, kan sudah ngerti, nggak usahdiucapkan saya Kristen, tidak usah.Ada yang mengatakan saya hari Sabat?Nggak apa-apa karena memang ada. Sayahari Rabu, nggak apa-apa, dunia inibebas.Dinamika itulah yang harus selalubertambah, sehingga karena adanya sikapinterpendensi yang tinggi timbullahtoleransi.Karena terdidik?Iya, karena terdidik. Indonesia harusmasuk pada kehidupan yang itu.Tapi garuda kita kan selalu lihatke kanan?Globalisasi TidakEleminir Nasionalismeobalisasi itu karya manusia,bukan karya Tuhan. Karya manusia yang diberi Tuhan kekuatan untuk berpikir, kemudian berbuat, kemudian diizinkan olehTuhan, tidak dilarang. Maka mendekatkan yang jauh kepada yang dekat, menyatukan yang berpecah-pecah menjaditunggal, bukankah itu indah? Kok kitatakut? Kata Syaykh Al-Zaytun menjawabpertanyaan perihal era globalisasi dalamkaitannya dengan jati diri bangsa ataudalam bahasa lain nasionalisme.Kata Syaykh Al-Zaytun: “Amerika bisahidup global seperti itu karena patriotismenya tinggi.”Cinta tanah air?Iya. Makanya sampai di mana pun demiAmerika kan? Masuk Indonesia demiAmerika, Menteri Luar Negerinya walaupun perempuan begitu berani demiAmerika. Hilangkah nasionalisme? Tidak,malah tambah hebat.Tapi kita bisa sebaliknya?Nanti dulu, jangan sebaliknya. Sekarang kita lari lagi ke Uni Eropa, betapahebatnya Uni Eropa menghadapi globalisasi. Meyakinkan aku Eropa di alamglobalisasi ini. Bukankah itu namanyanasionalisme? Walaupun dilebur tapi kantidak melebur negaranya. Nasionalismebukan itu? Patriotisme bukan itu?Malaysia, yang katanya negara bagiandan sebagainya, hilangkah Malaysianya?Maka dalam percaturan dunia: Aku Malaysia. Sehingga ekspor-ekspor Indonesiayang tidak bisa diterima dimasukkan keMalaysia atau Malaysia yang tidak bisaditerima, diekspor atas nama Indonesiawalaupun produknya di Malaysia, ituumpamanya. Sehingga di sini produksitidak bertambah kok ekspor makin banyak. Lalu dari mana? Contoh kecil saja.Mengapa nasionalisme kita sekarang inimenjadi berkurang? Ada inti kehidupanyang ditinggalkan, interdependensinyatidak kokoh. Kalau ngomong otonomiberbasis daerah tingkat satu takut, awalnya gara-gara kurang makan.GSejumlah Duta Besar negara sahabat menghadiri pe
                                
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26