Page 50 - Majalah Berita Indonesia Edisi 23
P. 50


                                    50 BERITAINDONESIA, 19 Oktober 2006BERITA TOKOHProf. Dr. H.M. Roem Rowi, MASelami Rahasia Al-Qur’anMantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timurperiode tahun 2000-2005, yang kini aktif sebagai AnggotaDewan Penasehat MUI Pusat, ini dikenal sebagai salahseorang pakar ilmu bidang Tafsir dan Ulumul Al-Qur’anpaling terkemuka di Indonesia.rofessor Doktor Haji Muhammad Roem Rowi, MA yang berkepribadian ulet adalah seorang Doktor Ilmu Tafsir lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesirpada tahun 1989. Di kalangan ulama Indonesia, khususnya seluruh Jawa Timur,Rowi yang lulusan Pondok PesantrenModern Gontor (1967) ini mempunyaiidentitas khusus sebagai ilmuwan muslimyang tak pernah kenal menyerah dalammenyelami rahasia Ilahi, berikut sistematika Allah yang terkandung dalam AlQur’an.Roem Rowi, Direktur Imarah MasjidAgung Al-Akbar, Surabaya kelahiranPonorogo 3 Oktober 1947 ini, memangmemiliki kekhasan disiplin ilmu. Takmengherankan apabila Rowi mempunyaipandangan-pandangan yang terbuka, danselalu baru mengenai kemanusiaan yangbersumber dari ke-Ilahian Tuhan. Misalnya, bagaimana ia sangat setuju, bahkanmemuji sekali visi dan misi pondok pesantren Al-Zaytun yang mengusung mottosebagai Pusat Pendidikan Terpadu danPusat Pengembangan Budaya Toleransidan Budaya Perdamaian.Kekagumannya akan pondok pesantrenpimpinan Syaykh Abdussalam PanjiGumilang itu, semakin berbuah bahkanmemunculkan rasa terkejut manakalamengetahui bahwa motto itu rupanyabukanlah sekadar sebuah semboyankosong belaka. Sebab, ternyata, pendiriansalah sebuah gedung universitas AlZaytun, itu peletakan batu pertamanyadilakukan oleh seorang pendeta darikalangan Kristen. Rowi Ketua DewanSyariah di Lembaga Manajemen Infaq,Jawa Timur ini menyebut peristiwa luarbiasa semacam ini belum pernah terjadisebelumnya dimana pun.Rowi menyaksikan sendiri bagaimanabibit-bibit kehidupan yang toleran, demokratis, dan damai semuanya sudah dibungkus dan diajarkan di kawasan AlZaytun, padahal banyak ilmuwan dan kalangan agama masih saja mengkhawatirkan bakal terjadi benturan peradabanantara Timur dengan Barat, antara Islamdengan Kristen, antara Islam denganNasionalis, dan antara Islam dengan etnisTionghoa Indonesia. Semua kekhawatiranrasanya mustahil terjadi manakala mottoAl-Zaytun dipegang teguh pula olehlembaga-lembaga pendidikan lain, baikitu Islam, Kristen dan sebagainya.Sekadar untuk menepis rasa kaget, saatberkunjung ke Pondol Pesantren AlZaytun, di Indramayu tahun 2005 itu,Roem Rowi kemudian berujar kepadaSyaykh Al-Zaytun Abdussalam PanjiGumilang. Ia meminta agar Al-Zaytunjuga mengundang secara resmi kalanganulama untuk mengunjungi Pondok. Permintaan ini dia sampaikan untuk mengimbangi kebiasaan Al-Zaytun, yangselalu pula mengundang artis-artis seniman ibukota untuk menghibur ke parasantri di Pondok tatkala berlangsung perayaan hari-hari besar keagamaan sepertiperingatan tahun baru hijriyah 1 Muharram.Aplikasikan dalam HidupDalam kehidupan sehari-hari RoemRowi selalu tak lepas dalam mengaplikasikan ilmu tafsir yang sudah dia selami selama ini.Kesimpulan yang ia peroleh dari IlmuTafsir rupanya sangat cocok sekali denganhakekat kemanusiaan, yang harus menjunjung tinggi budaya toleransi danperdamaian. Hasil tafsiran itu terbuktisangat paralel dengan tuntutan akanaplikasi hidup bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara sehari-hari yang harustoleran dan damai.Roem Rowi, pengajar pada ProgramPasca Sarjana IAIN Sunan Ampel, Surabaya sangat memahami bagaimana TuhanAllah membuat segalanya plural. Sampaisampai ia mengatakan, “Kita sangatheterogen, baik dari aspek ras, agamamaupun budaya. Zaman Rasul juga begitu. Kita ada kesepakatan dalam Pancasila. Orang Islam setuju, dan diulas jalan tengah. Lalu semuanya menerima itu.Karena sudah menjadi komitmen bersama, kita berkewajiban memenuhinya,”ujar Roem Rowi, yang menikah denganNurul Fatimah dan dikaruniai lima oranganak yakni Andrie Anis Rahman, DennyWahyudi, Ahmad Fanny Rabbany, Ahmad Robby Tawabbi, dan M. Aly Fikry.Karena alasan kehidupan yang demokratis pula Roem Rowi menyebut orangIslam tidak boleh memaksa non-muslimmasuk agama Islam. Jangankan kepadaorang lain, anak sendiri pun tidak bolehdipaksa.Kehidupan Indonesia yang sangatheterogen baik dari aspek ras, agama,maupun budaya, yang sama persis denganzaman Rasul, membuat diambillahkesepakatan antara Islam dengan Pancasila. Orang Islam menyatakan setuju,sepakat negara Islam tidak mungkin,diambillah jalan tengah, lalu semuamenerima Pancasila. “Karena sudahmenjadi komitmen bersama, kita berkewajiban memenuhinya,” kata Rowi lagi,yang juga mengajar di sejumlah programpasca sarjana lain seperti Unair, Undar,Ikaha, IAIN Sunan Kalijaga hingga diUMY.Dengan demikian, urai Rowi, selamarakyat belum menghendaki bentuk lain,maka janji terhadap komitmen Pancasilaharus kita penuhi. Tetapi apabila padasuatu saat, misalnya, ada perubahan,ternyata mereka menginginkan negaraIslam, ya tidak masalah, sebab itu sudahPProf. Dr. H.M. Roem Rowi, MA foto: dok
                                
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54