Page 46 - Majalah Berita Indonesia Edisi 23
P. 46


                                    46 BERITAINDONESIA, 19 Oktober 2006Referensi tentang daerah Bulungan masihminim. Padahal, daerah ini mengandungkekayaan alam dan memiliki berbagaipotensi pariwisata. Para penulis danpeneliti diharapkan ikut peduli danterpanggil mempublikasikan.rs H Budiman Arifin, MSi tampakserius ketika bicara soal sejarah,apalagi menyangkut adat danseni budaya. Bupati BulunganProvinsi Kalimantan Timur iniagaknya merasa kurang sregjika Birau yang dilaksanakansekarang selama seminggu,dari 12-19 September 2006hanya sebagai pesta hiburankepada masyarakat.“Tujuan pelaksanaan Birau,adalah untuk melestarikanadat dan seni budaya asli daerah Bulungan, termasuk memberikan hiburan kepada masyarakat sekaligus sebagai media informasi hasil pembangunan daerah. Birau juga, merupakan media promosi pariwisata daerah dan upaya menarik wisatawan mancanegara,” katanya saat membukaBirau yang berlangsung dilapangan Agatis, Tanjungselor.Menurutnya, “Birau” adalahsebuah kata dalam bahasa Bulungan yang artinya, “Pesta Besar”. Suatu tradisi pesta adatyang diselenggarakan oleh para Sultan Bulungan secaraturun-temurun. Dulunya, Birau diselenggarakan pada perkawinan putera-puteri sultan,khatam Al Qur’an, sunatanputera sultan, naik ayun daninjak tanah putera-puteri sultan, dan penobatan sultan.Penyelenggaraan Biraumenjadi melembaga, kata Budiman Arifin, karena dipadukan dengan hari jadi Kota Tanjungselor dan hari jadi Kabupaten Bulungan. Untuk melestarikan dan mentradisikanBirau dalam bentuk titisannyabeserta kedua hari jadi tersebut, maka untuk mempopulerkan disebutlah “Birau” saja.Secara tradisi, Birau bukanlahsemata-mata pesta besar, namun punya estetika dan normaadat yang kharismatik, sakralserta sarat dengan nilai-nilaiseni budaya khas KesultananBulungan.Setelah Birau digali kembalidan ditampilkan dalam bentuktitisannya melalui improvisasioleh para tokoh adat Bulungan, kemudian dipadukandengan kedua hari jadi tersebut dan dikemas untuk kebutuhan masa kini, maka Biraumenjelma menjadi milik masyarakat Bulungan yang dirayakan setiap tanggal 12 Oktober.“Untuk tahun ini Birau merupakan peringatan HUT ke216 Kota Tanjungselor danHUT ke-46 Kabupaten Bulungan. Pelaksanaannya dimajukan menjadi tanggal 12 September 2006, karena bulanOktober, bertepatan denganbulan puasa,” kata Panitia Penyelenggara Birau Tahun2006 kepada SL Pohan dariBerita Indonesia.Terlepas dari soal waktupelaksanaan, tampaknya bukanlah sesuatu yang prinsip,bagi HM Darwin Peradjin.Karena, menurut Ketua DewanPerwakilan Rakyat Daerah(DPRD) Kabupaten Bulunganini, yang disampaikan lewatKabag Pengkajian PelayananInfo & Humas SekretariatDPRD Bulungan, Moch Zulkifli, SE. MSi, yang penting adalah makna yang terkandungdari pesta budaya rakyat Bulungan itu sendiri untuk direnungkan, terutama sebagaiwahana introspeksi. “Apa sajayang sudah kita lakukan buatmasyarakat kita selama ini. Ituyang perlu,” katanya.Pelaksanaan Birau tahun ini,kata Darwin Peradjin, tampaksangat meriah dengan tumpahruahnya masyarakat yang berdatangan dari berbagai penjuru daerah dan desa. Bahkan,tidak saja dari kota kabupatenterdekat, mereka juga datangdari negara tetangga SabahMalaysia Timur, khususnyamereka yang memang memiliki garis keturunan suku Bulungan dan Tidung.Pelaksanaan Birau, lanjutnya, selain merangsang potensi sektoral, juga dapat menjadi stimulan bagi sektor informal dalam mengembangkanusaha, seperti para pedagangkecil, asongan, gerobak, lapakan, pedagang buah, hotel danpenginapan, pengusaha angkutan air, darat dan udara,semua mendapat duit sebagaiakibat dilaksanakannya Birau.“Jika dirupiahkan, besar sekalijumlah uang yang beredar dimasyarakat. “Ini sangat penting artinya karena memberikan multi effect terhadap perekonomian masyarakat Tanjungselor khususnya, dan Kabupaten Bulungan, umumnya,” katanya.Birau yang dikemas untukkebutuhan masa kini menampilkan perpaduan antara senibudaya tradisional dengan senibudaya konvensional yangsudah populer. Aspek tradisional adalah upacara adatBiduk Bebandung, lomba perahu Alut Pasa Pabeka TawaiUyan di Sungai Kayan, tarianadat masing masing suku yangmendiami Bulungan, sepertiDayak Bulungan, Dayak Tidung, Dayak Kayan, Dayak Kenyah, Dayak Punan dan DayakBerusu. Upacara penembakanmeriam kuno (PeninggalanKesulatanan Bulungan-red),olahraga tradisional sepertisumpit, pukul bantal, asinan,payu sulat, ojeng atau keletang, sepak raga, layang-layang dan panjat pinang. Sedangkan aspek konvensionaladalah pameran pembangunan, panggung terbuka menampilkan para artis lokal danJakarta, dan lain-lain. „ SLPMenjual BulunganLewat BirauDPakaian adat. Wanita Dayak Kenyah (kanan, telinga panjang) denganpakaian adat.foto: berindo sl pohanBERITA DAERAH
                                
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50