Page 42 - Majalah Berita Indonesia Edisi 26
P. 42


                                    42 BERITAINDONESIA, 07 Desember 2006BERITA EKONOMITransmisi Ekonomiyang Masih MacetPerbaikan kinerja ekonomi makro selama beberapa bulanterakhir, tetap tidak terakselerasi ke sektor riil. Hal iniditengarai macetnya peran perbankan sebagai transmisiekonomi, yang disebabkan rendahnya permintaan kreditdari dunia usaha. Dengan masih stagnannya sektor riil,pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai lebih rendahdari asumsi pemerintah.ebut perbaikan ekonomimakro yang telah berlangsungselama beberapa bulan, dannampaknya masih akan terusbergerak, membuat pemerintah semakinoptimis akan memenuhi sebagaian besartarget-target pencapaian ekonomi makro,sebagaimana yang ditetapkan dalamAPBN-P tahun 2006.Perbaikan makro ekonomi yang palingmenggembirakan adalah tren penurunantingkat inflasi hingga sudah dapat dipastikan, bahwa pada akhir tahun ini, tingkatinflasi akan dapat mencapai 7% hingga 8%.Penurunan tingkat inflasi yang rendahtahun ini, harus dipandang menjadi prestasi tersendiri bagi pemerintah, mengingatselama tahun 2005 lalu, kinerja perekonomian nasional nyaris tidak mengalami kemajuan yang mendasar karenaterperangkap dalam laju inflasi yang tinggi.Harian Kompas, Selasa (7/11), misalnya melaporkan tingkat inflasi Oktober2006 hanya sebesar 0,80% dan laju inflasiJanuari-Oktober 2006 juga tergolongrendah yakni sebesar 4,96%, dan lajuinflasi tahunan (YoY) juga hanya sebesar6,29%. Kinerja inflasi yang cukup rendahini, diharapkan menjadi momentumpencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Seperti diketahui, laju inflasi memiliki relevansi strategis terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi. Laju inflasi yang tinggi,selalu menjadi biang keladi perlambananpertumbuhan ekonomi. Sebaliknya inflasiyang rendah menjadi menjadi faktor utamapendorong pertumbuhan ekonomi. Posisistrategis laju inflasi ini, karena digunakansebagai dasar acuan dalam menghitungtingkat suku bunga, baik suku bunga acuan(BI Rate), suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), serta suku bunga perbankan.Pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi akan semakin tinggi, jika tingkat inflasi yang rendah didukung dengan elemen-elemen ekonomi makro lainnya,khususnya nilai tukar. Untuk yang disebutterakhir ini pun sudah cukup menggembirakan. Dalam setengah tahun terakhir, nilai tukar rupiah sudah stabil padakisaran Rp 9.000-Rp 9.300 per 1 dolar AS.Kedua indikator makro ekonomi inisemakin terdukung pula dengan beberapaindikator makro ekonomi lainnya, seperticadangan devisa dan kinerja investasiportofolio. Untuk cadangan devisa, tercatat sebesar 39,77 miliar dolar AS. Namunindikator ekonomi yang paling menggembirakan sesungguhnya adalah kinerjaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG)yang telah menembus 1,600. Sepertidilaporkan Harian Media Indonesia,Kamis (2/11), indeks ditutup pada posisipada 1.607,696 atau naik 17,828 poin.Sektor RiilDari sederetan indikator ekonomimakro yang membaik, tentu muncul pertanyaan, bagaimana dengan kinerja sektorriil? Realitas yang tidak terbantahkan adalah bahwa ekonomi sektor riil masih belum terbangun dari tidur panjangnya. Halini terlihat dari stagnannya kinerja sektorindustri, perdagangan, dan jasa. Dan dipihak lain juga terlihat dari penyerapantenaga kerja yang juga stagnan.Dengan demikian, perekonomian Indonesia saat ini ditengarai dengan realitasekonomi yang bertolak belakang antaraekonomi makro yang membaik dan sektorriil yang tetap terpuruk. Keadaan yang tidak sinkron ini, menjadi pertaruhanpemerintah, setelah berjuang memperbaiki kinerja ekonomi makro yang terjebak dalam lilitan inflasi tinggi selamatahun 2005 lalu. Namun setelah ekonomimakro berhasil diperbaiki dan telahberada di jalur yang benar selama kuranglebih, 6 bulan, tetap belum berimplikasipositif mendorong kinerja sektor riil.Secara umum, para ekonom dan penyelenggara pemerintahan mempercayaibahwa cepat atau lambat, perbaikan ekonomi makro pada satu sisi akan berdampak pada sektor riil di sisi lain. Namunharapan itu hingga kini masih tetapmenjadi mimpi. Tidak mengherankan jikaindikator-indikator ekonomi makro yangmembaik, tetap tidak akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.Menurut Deputi Senior Gubernur BankIndonesia (BI), Miranda Gultom, sepertidilansir Harian Kompas, Sabtu (18/11),memperkirakan pertumbuhan ekonomiyang dapat dicapai pada tahun 2006 inihanya akan mencapai 5,6%. Pertumbuhanekonomi hingga kwartal ke III 2006, yangsudah mencapai 5,52%, menurut MirandaGultom menyatakan, membawa optimisme bahwa tingkat pertumbuhan ekonomihingga akhir tahun akan mampu mencapai 5,6 persen.Jika perkiraan Miranda Gultom inibenar, maka tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai tahun ini lebih rendah dari asumsi yang dibangun pemerintah dalam APBN-P 2006 sebesar 5,8%.Rendahnya pencapain tingkat pertumbuhan ekonomi ini tidak terlepas daristagnannya kinerja sektor riil.Perbankan, Transminsi yang MacetTidak terjembataninya kinerja positifDSektor riil yang stagnan.
                                
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46