Page 43 - Majalah Berita Indonesia Edisi 26
P. 43


                                    BERITAINDONESIA, 07 Desember 2006 43BERITA EKONOMIekonomi makro ke sektor riil, sekaligusmemandai masih macetnya transmisiekonomi. Dalam hal ini, sektor perbankansebagai salah satu transmisi ekonomiterpenting, belum mampu melaksanakanfungsi intermediasi antara sumber dayafinansial dengan dengan dunia usaha.Ketidakmampuan sektor perbankanmelakukan fungsi intermedianya, sekaligus menandai kegagalan mensinkronisasikan kinerja ekonomi makro yangpositif dengan kinerja sektor riil yangtetap terpuruk.Yang menjadi pertanyaan, mengapaperbankan gagal mentransmisikan sekaligus menisinkronisaikan ekonomi makrodengan sektor riil, tidak terlepas dariberbagai faktor, mulai dari iklim investasiyang tidak mendukung optimalnya fungsiintermediasi, besarnya beban risiko yangharus ditanggung perbankan dalam penyaluran kredit, serta rendahnya permintaan kredit dari kalangan pelaku usaha.Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kinerja sektor perbankan, persoalan yang mencuat ke permukaan adalah tingginya tingkat suku bunga BI Ratedan SBI, yang dengan sendirinya mendongkrak suku bunga perbankan menjaditinggi, hingga dunia usaha tidak mampumenjangkaunya. Tingginya tingkat sukubunga ini tidak terlepas dari tingkat inflasiyang juga tinggi.Akan tetapi setelah tingkat inflasi mengalami tren penurunan, yang kemudiandiikuti dengan tren penurunan BI Ratedan SBI, tingkat suku bunga perbankanmasih tetap tinggi. Kepada Harian Kompas, Jumat (3/11), Ekonom Bank MandiriMartin Panggabean menyatakan tingkatsuku bunga kredit hingga akhir 2005masih berkisar 15,56%. Sementara BI Ratepada 5 Oktober 2006 sudah mencapai10,75%.Tingginya suku bunga kredit membuatdunia usaha tetap belum mampu menyerap kredit perbankan. Hal ini semakin terbantu dengan iklim usaha yang juga masihbelum kondusif, sehingga dunia usahamasih berpikir untuk berinvestasi denganmenggunakan dana perbankan. DirekturBank Negara Indonesia (BNI) menegaskan hal itu kepada Harian Media Indonesia, Selasa (14/11). “Masalahnya memang permintaan kredit perbankan daridunia usaha masih rendah. Bahkan parapengusaha belum ada yang meningkatkankapasitas produksinya. Mereka masihberada di bawah kapasitas terpasang,”katanya.Kemacetan transmisi ekonomi semakinjelas terlihat dengan meningkatnya danaperbankan yang parkir di SBI, walaumarjin bunga yang diperoleh sudahsemakin tipis. Sumber BI menyebutkan,di tengah-tengah tren penurunan tingkatsuku bunga SBI, dana perbankan yangdisimpan di SBI justru meningkat dari Rp18,78 triliun pada Agustus 2006 menjadiRp 205 triliun pada Oktober 2006.Rendahnya Daya BeliRendahnya daya serap dunia usahaterhadap dana kredit perbankan, tidakterlepas dari iklim usaha yang belum kondusif. Salah satu faktor paling berbahayamengancam keberlangsungan dan peningkatan kinerja sektor riil adalah rendahnya daya beli masyarakat. Ini merupakan permasalahan baru yang dihadapiperekonomian nasional, yang semakinberpotensi menekan pertumbuhan ekonomi di masa-masa mendatang.Martin Panggabean, dalam artikelnya diHarian Kompas, Senin (30/10) menyebutkan eksisnya tantangan baru perekonomian, berupa rendahnya daya belimasyarakat, yang berperan mendorongstagnasi ekonomi. Hal yang sama juga diungkapkan ekonom Drajad Wibowo yangmenyatakan bahwa sektor konsumsi yangberjaya dalam beberapa tahun terakhir,masih akan terkoreksi akibat lemahnyadaya beli. “Dampaknya, penyaluran kredit2007 akan tetap rendah,” katanya sepertidikutip Harian Kompas, Jumat (3/11).Tanda-tanda melemahnya daya belimasyarakat, juga terlihat dari pengumuman BPS bulan Oktober. Seperti yangdilansir Harian Kompas, Kamis (2/11),tingkat inflasi bulan Oktober hanya0,80%. Tingkat inflasi yang rendah inimerupakan sesuatu yang perlu dicermati.Sebab secara umum, jika bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri,selalu ditandai dengan tingkat inflasi yangtingggi. Artinya, tingkat konsumsi masyarakat mengalami penurunan yang sangatdrastis, karena masyarakat menahan diriberkonsumsi atau malah tidak memilikiuang untuk berkonsumsi.Rendahnya daya beli, sekali pun padapelaksanaan hari raya Idul Fitri, terlihatdari tren deflasi yang terjadi di 4 kotaselama bulan Oktober. Namun demikian,Menko Perekonomian Budiono membantah adanya penurunan daya beli masyarakat, “Ada beberapa indikasi terjadinyapembalikan ke arah konsumsi tinggi ataulebih cepat pada kwartal II 2006 ini,” kataBudiono, seperti dikutip Harian SuaraPembaruan, Selasa (31/10). „ MH
                                
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47