Page 32 - Majalah Berita Indonesia Edisi 29
P. 32


                                    32 BERITAINDONESIA, 18 Januari 2007LINTAS TAJUKInvestasi atauUtang Baru?Indonesia masih butuh uluran tangannegara-negara lain untuk mendanaipembangunannya—pinjaman daninvestasi. Jelas, investasi jauh lebih baikdaripada utang.enutup tahun2006 dan melangkah ke tahun 2007, berbagai media cetak dalam negeri, banyak menyorot perekonomian nasional, terutamainvestasi dan pemulihan sektor riil serta utang baru. Harian Republika, dalam tajuk(19/12), berjudul Beban UtangBaru, menyoroti usulan sejumlah Departemen dan Pemerintah Daerah untuk membuat utang baru. Jika usulanitu dipenuhi, rasio utang terhadap PDB bakal mencapaisekitar 43,9%.Menurut Republika, angkarasio utang yang terlalu tinggiakan menimbulkan dampaknegatif bagi perekonomian,dan bisa menjadi bom waktukrisis ekonomi baru. Karenaitu koran cukup berpengaruhini menyarankan, pendanaanterbaik mestinya datang dariinvestasi langsung. Pemerintah disarankan untuk memikirkan gagasan penciptaan—iklim investasi yang sehat,kepastian hukum dan iklimberusaha serta pemangkasanekonomi biaya tinggi.Koran ini juga (25/12) menurunkan tajuk, PenyertaanModal, yang menyoroti upayapemerintah mengembangkanBUMN. Republika mengeritikcara pemerintah menumbuhkan BUMN dengan memberisuntikan modal. Perbaikankinerja BUMN, menurut koranini, lebih baik dilakukan dengan cara-cara: merger, akuisisi atau korporatisasi. “Jangan sampai dana publik diAPBN lebih sering digunakanuntuk menutupi kesalahanmenajemen BUMN,” tulis Republika.Harian berbasis bisnis dankeuangan, Investor Daily,dalam tajuk dua hari berturut-turut menyoroti perekonomian nasional. Dalam tajuk (19/12) berjudul, Negara TanpaStrategi, koran ini memustkan kupasannya pada masalah penganggurandan kemiskinan. Mengutip buku tulisan Tito Sulistio dan Chappy Hakim,ID sependapat bahwa negeri ini dikelola tanpastrategi di tengah kedaulatan negara yang terancam.Maka ID mengingatkansudah saatnya semua potensi ekonomi negara dikelola dengan benar danadil agar rakyat bisa hidupsejahtera, minimal tidakmenganggur dan tidak miskin.Kekuatan militer juga saatnyadipulihkan agar kedaulatannegara tetap terjaga. Koran inimengutarakan angka laju pertumbuhan ekonomi 5,6% tahun 2006, tidak mampu menyerap lonjakan pengangguran. Ada prediksi pesimis bahwa tahun 2007, pertumbuhanekonomi menembus angka6,5%.Menurut ID, dengan berbagai kendala yang ada, peningkatan investasi sulit diharapkan terjadi. Apalagi kepastianhukum dan birokrasi masihtetap menjadi masalah besar.Tulis ID, banyaknya kendalamenghadang laju pertumbuhan ekonomi 2005-2009 takkan mampu mencapai angkarata-rata 6,6% seperti ditargetkan pemerintah. Harapan penuh tinggal tahun 2007, karena pada tahun 2008, kesibukan Pemilu banyak menyedotperhatian pemerintah.Pada tajuk (20/12), ID menyoroti pergerakan hot moneydi Thailand pertengahan Desember, dikaitkan dengan kasus Indonesia. Koran ini mengutip Deputi Gubernur BIAslim Tadjuddin yang mengatakan bahwa Indonesia takmungkin meniru cara Thailand. Namun harian ini menyarankan pemerintah Indonesia belajar dari pengalamanThailand dengan terus menerus mencermati peningkatan aliran dana jangka pendekdan mengantisipasi gerak balikhot money agar tidak membahayakan perekonomian nasional.Harian bisnis dan ekonomi,Bisnis Indonesia, menurunkantajuk (20/12) yang menyorotsektor riil. BI mengingatkanpemerintah agar melakukanpemulihan ekonomi denganmemberi prioritas pada pembangunan sektor riil. “Pemerintah jangan lagi buangbuang waktu, lebih baik fokus,dan tetap berpegang padasense of urgency,”tulis BI.Karena makin terbukti bahwasemuanya tidak dalam keadaan baik-baik saja.Harian umum Indo Pos (22/12) menutup tahun 2006, jugamenurunkan tajuk yang menyoroti perekonomian: Ekonomi RI Masih Labil. Sepertihalnya dengan ketiga hariantersebut IP melihat bahwa Indonesia saat ini masih mengalami beberapa permasalahan,seperti belum bergeraknyasektor riil, masalah kepastianhukum dan keamanan, sebagaifaktor kunci perbaikan ikliminvestasi.Menurut IP, sisi ekonomimakro yang baik sekarang belum didukung oleh aspekmikro, seperti penyalurankredit perbankan ke sektorriil. Stabilitas ekonomi Indonesia menurut koran ini sangat rentan dengan gejolakekonomi di luar negeri yangbersifat temporer. Koran inimenunjuk pada kejatuhannilai rupiah dan melemahnyabursa saham di BEJ, menyusul jatuhnya nilai bath danmelemahnya bursa saham diThailand.“Indikasi itu menunjukkanbahwa untuk mencapai stabilitas ekonominya, Indonesiamasih jauh panggang dari api,”tulis IP. „ MS, SHM
                                
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36