Page 31 - Majalah Berita Indonesia Edisi 34
P. 31
BERITAINDONESIA, 29 Maret 2007 31BERITA TOKOHEmirsyah SatarDi Kursi Panasebelum pesawat Garuda Indonesia tergelincir, lalu terbakardan menelan korban jiwa 21orang meninggal dunia, diYogyakarta Rabu (7/3), kursi dirutyang diduduki Emirsyah Satar sesungguhnya sudah terasa mulai pengap danpanas.Majalah Trust menyebutkan SerikatKaryawan Garuda (Sekarga) inginmendongkel jajaran direksi dan komisaris Garuda. “Direktur Utama dinilaitak mampu membawa perubahan diGaruda,” tulis lead majalah beritaekonomi dan bisnis itu.Sama seperti desain klasik yangterjadi di Jamsostek dan Telkom,gerilya mendongkel Emir berlangsungsistematis. Kali ini bermula dari sebuahsurat yang mengatasnamakan Sekargadan Asosiasi Pilot Garuda (APG), kepada Menteri BUMN Sugiharto, berisipermohonan untuk menyelenggarakanRUPS Luar Biasa. Agendanya, disebutkan Tommy Tampatty, Juru BicaraSekarga, mengganti direksi dan komisaris termasuk dirut Garuda.Emir, tentu tak terlalu hirau denganbunyi surat biasa semacam itu. Ia takbersedia memberikan komentar, kecuali mempersilahkan untuk mewawancarai salah seorang bawahannya,Pujobroto, Kepala Komunikasi Perusahaan PT Garuda Indonesia.Setajam apapun isi surat SekargaAPG, Emir tak mau tahu. Walau, misalnya, surat itu memuat alasan memintadireksi mundur karena Garuda terusterusan mengalami kerugian usahaselama tiga tahun berturut-turut.Tahun 2004 Garuda mengalami kerugian 65,7 juta dollar AS, tahun 2005rugi 72 juta dollar AS, dan tahun 2006rugi 52,3 juta dollar AS. Di sini Tommytak melihat ada perubahan untukmendorong posisi laba usaha darinegatif ke positif.Atau alasan lain, pencapaian kinerjaperusahaan susah diukur karena RUPSuntuk mengesahkan rencana kerja dananggaran perusahaan 2006 tidakdilaksanakan. Bahkan RUPS untukpertangungjawaban direksi sejak tahun2003 tak pernah dilaksanakan. Ekuitasperusahaan terus menurun, dari Rp 2,2triliun tahun 2003 menjadi Rp 686 miliar per November 2006. Padahal, kewajiban perusahaan meningkat dari Rp6,1 triliun pada tahun 2003, menjadiRp 7,5 triliun November 2006. Tahun2005 Garuda sudah tak bisa membayarkewajiban kepada pemberi utang, adapenurunan kas akhir bulan, dan adapenurunan jumlah penumpang.Tetapi, “Itu semua cuma (keinginan)segelintir orang,” kata Pujo membelabosnya. Ia memberi contoh, jumlahutang warisan Garuda perlahan-lahanberkurang, saat ini tinggal 70 juta dollar AS. Garuda akan membuka kembalidelapan rute penerbangan luar negeri.Dan, kata dia, Emirsyah merupakanCEO Garuda yang memiliki kemampuan managemen dan organisatorisyang lebih andal ketimbang pendahulu-pendahulunya.“Wajar kalau ada satu dua karyawanyang tidak suka dengan kehadiran PakEmir,” kata Pujobroto. “Mereka itumungkin punya hubungan denganmantan-mantan Dirut Garuda sebelumnya.”Said Didu, Sekretaris MennegBUMN sudah memegang surat Sekarga-APG, serta sedang mempelajaribukti-bukti yang disodorkan. TetapiSaid juga memperoleh laporan daridireksi Garuda, soal ketidakharmonisan hubungan antara direksi dan karyawan yang, seperti Pujo katakan,mungkin ada sangkut paut dengan direksi sebelumnya. Hingga Garuda tergelincir di Kota Gudeg Yogya kursiEmir masih aman. HTBerlima mereka beralasan, pola kepemimpinan pria urang awak itu tak bisaditerima jajaran direksi dan lingkunganorganisasi Telkom.Kini, Rinaldy tak hanya melayani tuantuan di Kementerian BUMN, yang begitudominan dalam menentukan musimpergantian direksi di setiap perusahaanpelat merah. Atau meladeni SerikatKaryawan yang bisa memberi atau mencabut mandat dukungan. Juga pelakubursa yang sesukanya menggoreng hargaharga saham.Yang pasti, Rinaldy mengatakan akanberusaha mempertahankan kekompakandewan direksi, yang oleh Dekom disebutsebut sebagai “The Dream Tim”, dalammeningkatkan kinerja Telkom.“Orang yang duduk dalam dewan direksi saat ini adalah orang-orang terbaikTelkom. Selama tiga tahun ini saya sudahbekerjasama dengan mereka,” urai Rinaldy yang baru beberapa tahun menjadipentolan Telkom.Selama terdapat dua “matahari” di Telkom yakni Dirut Arwin Rasyid dan Wadirut Garuda Sugardo, Rinaldy cenderungmenjauh dari konflik. Saat didudukkansebagai “komandan” pun ia mengaku takmemiliki kontrak dengan pihak manapun.“Tidak ada hal-hal seperti itu. Saya hanyafokus pada terget perseroan,” tegasnya.Yang lebih utama bagi Rinaldy, iamempunyai tantangan besar untuk menggerakkan industri telekomunikasi. Telkomharus diperbandingkan dengan BUMNtelekomunikasi negara lain. Mereka itu,bahkan sudah hadir di sini memberikanbanyak pelajaran praktis. HTBiodata:Nama :Rinaldy FirmansyahLahir :Tanjung Pinang, 10 Juli 1960Pendidikan:fl Lulus Teknik Elektro, ITB Bandung 1985fl Mastter of Business Administration (MBA),IPMI Jakarta, 1988fl Chartered Financial Analyst (CFA), AIMR,Charlottesville, AS, 1998Pengalaman Organisasi:fl Presiden Asosiasi CFA Indonesia (ISIP)fl Anggota Komite Dana Sumbangan IkatanAlumni ITB (2003-sekarang)fl Anggota Komiter Disipliner BEJ (2003)fl Kepala Litbang Asosiasi Perusahaan EfekIndonesia (2002-2003)Karir:fl Dirut PT Telkom, sejak 28 Februari 2007fl Direktur Keuangan Telkom, 2004-2007Sfoto: repro trust