Page 38 - Majalah Berita Indonesia Edisi 34
P. 38


                                    38 BERITAINDONESIA, 29 Maret 2007LenteraL ENTERA38Wawancara Ace SuryadiKonsisten Memajukan PenDirektur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah(PLS), Departemen Pendidikan Nasional(Depdiknas), Ace Suryadi menyebutkanKampus Al-Zaytun adalah sebuah pusatpendidikan yang sudah berstandarinternasional.Ace Suryadi memilikipemikiran brilianmelampaui banyak orang tentang cara bagaimanamemajukan dunia pendidikan diIndonesia, khususnya pendidikannonformal sebagai alternatif yangsejajar dengan pendidikan formal.Boleh dikata, ia memiliki andil besardalam pengambilan keputusan politikyang mensyarakatkan minimal 20persen anggaran tahunan dalamAPBN harus dialokasikan untuksektor pendidikan. Acelah yangpertamakali menggagas ide ini, lewatsebuah tulisan artikel di media massa,yang lalu menjadi rujukan parapengambil keputusan. Padahal saatitu ia sedang non-job bahkan menjadi“anak jalanan”.Ace menghabiskan masa kecil yangpenuh kenangan di Cipamekan, jauhdi pelosok Kecamatan Congeang,Sumedang, Jawa Barat. Ia lahirsebagai anak tertua dari empatbersaudara terdiri dua laki-laki dandua perempuan. Mereka hidup benarbenar sebagai orang kampung.Ace memiliki seorang Ayah berotakpintar tetapi secara formal hanyalulusan kelas lima SD. Demikian pulaIbunya lulusan kelas tiga SD yangnyaris buta huruf, sebab bisanyamenulis huruf sambung terus sepertitanpa putus.Walau berpendidikan rendah SangAyah memiliki posisi terhormat dilingkungan sekitar sebagai “MenteriAgama”. Ayahnya menjabat KepalaKantor Urusan Agama (KUA), seharihari menjadi imam, menikahkanorang, menyolatkan jenazah,menyunatkan anak dan sebagainya.Untuk mencukupi kebutuhansehari-hari Sang Ayah membukausaha mebel. Untuk ukuran kampungusaha ini tergolong maju sebabmampu menyediakan kebutuhan diatas rata-rata. Tetapi kehidupan tetaptak beranjak dari kemiskinan, apalagiuntuk menyekolahkan anak tinggitinggi. Buktinya Ace Suryadi dapatmelanjutkan sekolah ke SMP denganmengorbankan sekolah adikperempuannya, yang sesungguhnyajauh lebih pintar.Dididik KerasAce dididik dengan sangat ketatmenjurus keras. “Keras tapi benar,”itulah pemahamaan Ace tentangdidikan Ayahnya. Rendahnyapendidikan orangtua tak berartilemah dalam mengasuh anak. AceSuryadi merasa beruntung memilikiAyah-Ibu berotak brilian. Bibit ituadalah potensi besar untuk jugamelahirkan anak yang samabriliannya.Sang Ayah mengarahkan anaknyake hal-hal yang positif. Ace, misalnya,tak diizinkan bermain-main.“Pokoknya harus sembahyang,mengaji, belajar. Bermain dibatasi.Saya juga begitu,” kata Ace.Bila Ace malas sekolah, Ayah segeramenyiapkan lidi untuk dilibaskan kebetis. Lidi masih terus diacungacungkan saat Ace sudah mau masukke pintu sekolah. “Saya kan jadi takut.Sampai begitu, saking kerasnya.Tetapi miskin,” katanya.Kerasnya didikan masih ditambahsikap Ibu yang cerewet segera terlihathasilnya. Adik perempuan Acemenjadi murid yang paling pandai disekolahnya. Tetapi karena diaperempuan, kedua orangtuamemutuskan hanya Ace yang dapatmelanjutkan ke SMP.“Kita tidak punya banyak duit.Walaupun kita harus menyekolahkan,satu saja,” Ace hafal betul isipembicaraan kedua orangtua yangmemutuskan nama Ace sekolah. “Jadiadik saya tidak sekolah. Karena tidakcukup biayanya. Walaupunmenyekolahkan saya itu kebanyakanjual sawah, jual kebun, kadangkadang jual mebel pun tidak cukup,”kata Ace.Ace sekolah di sebuah SMP diSumedang. Jarak dari rumahnyasekitar 15 kilometer. Mulanyaditempuh menumpang oplet atauangkutan umum bolak-balik setiaphari. Ace sengsara sekali jadinya,terlebih kondisi jalan sangat buruk.Muncul keinginan dalam diri Aceuntuk memiliki sepeda. Tetapipermintaan ini tak diluluskan. Lagilagi karena tak memiliki uang.“Sudahlah, cari sendiri duit,” kataSang Ayah.Menginjak SMA, Ace mulai indekosdi Sumedang. Prestasi Ace masihlumayan bagus walau ada sedikitpenurunan. Maklum, usianya sedangmemasuki masa pancaroba. DenganAce Suryadi
                                
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42