Page 28 - Majalah Berita Indonesia Edisi 40
P. 28


                                    28 BERITAINDONESIA, 21 Juni 2007LINTAS MEDIAPresiden dan Capres di antara Dana NonbudgeterDalam pernyataan tertulisyang diberikan Rokhminsetelah kasus terkuaknyamasalah dana nonbudgeterDKP, ia menyatakan bahwauang yang diberikan kepadaFuad murni untuk kegiatanprofesional dan sosial.ua majalah berita umum terbitan ibu kota, Tempo danGatra, kembali mengangkataliran dana nonbudgeter Departemen Kelautan dan Perikanan eraRokhmin Dahuri yang menyerempet kecapres-cawapres pada Pemilu 2004 sebagai liputan utamanya di edisi awal Juniini. Sedangkan majalah berita ekonomTrust mengangkat topik berjayanyakembali konglomerat hitam.Liputan utama majalah Tempo (4-10/6) menampilkan aliran dana nonbudgeterdi bawah judul cover ‘Keserempet DanaRokhmin’. Sejumlah tokoh dan politisidiberitakan ikut menikmati duit untukkaum nelayan itu. Diantaranya, mantancapres Amien Rais, mantan cawapresSalahuddin Wahid. Bahkan, presiden/wapres terpilih Susilo Bambang Yudhoyono/Jusuf Kalla. Sejumlah orang dilingkaran dalam Susilo Bambang Yudhoyono mengaku menerima dana ilegal itu,tapi Yudhoyono sendiri mengelak denganmengatakan mereka bukan bagian daritim kampanye SBY-JK. Sedangkan menurut penelusuran Tempo, mereka-mereka itu adalah orang-orang penting yangmengatur gerak dan lafal sang calonpresiden, walau tidak tercantum sebagaianggota tim sukses yang resmi. MunawarFuad Nuh misalnya, adalah salah seorangdi antara 1.700 yang diinformasikanmenerima dana nonbudgeter DKP. Fuadyang tercatat menerima Rp.150 juta pada11 Oktober 2004 itu menurut Tempoadalah ibarat penata panggung SBY padasaat kampanye di lingkungan pesantren,pada Pemilu Presiden 2004. Ia bertugasmenganalisis kiai yang perlu didatangi.Juga menyiapkaan kata dan lafal yangtepat bagi sang kandidat untuk mengikathati sahibul bait.Majalah Gatra (31 Mei-6 Juni) jugasecara khusus mengangkat liputan utamanya mengenai perseteruan antara Presiden SBY dengan Amien Rais yang jugaberhulu dari dana nonbudgeter DKP.Ketika nama Amien Rais sebagai calonpresiden pada Pemilu 2004 disebut-sebutsebagai salah satu penerima dana tersebut, mantan Ketua MPR itu mengakuinamun sambil mengatakan bahwa capreslain juga menerima dana tersebut. Bahkanmenurutnya, ada pasangan capres yangmendapat dana dari Washington. Merasadirinya yang disindir, Presiden SBY punsecara terbuka menyampaikan kekesalannya terhadap Amien, yang disebutnyasering mengolok-olok di berbagai forum.Keterangan pers Presiden itu langsungmemancing banyak kalangan dan meminta Amien menjadi panglima upayapelengseran Presiden SBY. “Banyakkalangan yang ingin ketemu Pak Amien.Mereka berancang-ancang turun ke jalan,” kata Drajad H. Wibowo, politisi PANyang mendampingi Amien saat masalahitu memanas, akhir Mei.Mediasi Mensesneg Hatta Rajasauntuk mempertemukan kedua tokohakhirnya membuka pintu perdamaian.Pertemuan pun diadakan di BandaraHalim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu(27/5). Kedua tokoh bicara empat mataselama 12 menit. Isi pembicaraan terbuka ke publik setelah Amien menggelarjumpa pers di kediamannya di Yogyakarta, (28/5). “Supaya isinya tak amburadul, saya katakan ada tiga,” kataAmien. Pertama, katanya, SBY inginmembuka komunikasi yang tadinyamampet. Kedua, disadari bahwa komunikasi akan menghilangkan miss understanding. Ketiga, SBY- Amien sepakatmenempatkan masalah itu ke ranahhukum, bukan ranah politik. Amien jugamenuturkan, pada pertemuan itu keduapihak saling memaafkan. “Ada semacammutual simbiosis forgiveness,” kataAmien. SBY minta maaf bila ada tuturkata yang tak mengenakkan. Demikianjuga Amien Rais minta maaf bila dalamseminar dan ceramah kadang menggunakan pelesetan ala Yogya yang dianggapmengolok-olok. Dengan demikian, ituartinya bahwa keduanya masih akanterus beradu napas, tapi bukan lagi dipentas politik. “Saya akan tetap memaparkan data aliran dana bermasalah,baik yang dari DKP, penyumbang fiktif,maupun dugaan dana asing,” ujar Amien.Sedangkan majalah Trust (4-10/6)mengangkat liputan utama tentang berjayanya kembali para konglomerat era 80-an - 90-an. Sebuah keniscayaan di sebuahnegara yang menjadi negara demokrasiterbesar ketiga di dunia, yang sistemperekonomiannya menyambut rianggelombang leberalisasi, pengusaha sekelaskonglomerat pasti diperlukan. MenurutTrust, seruan, “menolak kembalinyakonglomerat hitam” boleh berkumandang. Tapi, negeri ini kelewat mendambadatangnya modal. Hitam atau tidak,konglomerat kawakan tahu persis soal itu.makanya, mereka bisa kembali berjayadengan gemilang.Di antara konglomerasi dimaksud,Grup Salim misalnya. Konglomerasi paling besar di Tanah Air selama dekade 80-an dan 90-an, beberapa tahun setelahkrisis sempat goyah. Asetnya di sekitar 55perusahaan diambil negara dan dijualmurah oleh BPPN. Awal tahun 90-an,majalah forbes mencatat kekayaan Soedono Salim (Liem Sioe Liong), pemimpinkonglomerasi itu mencapai US$ 2,5miliar. Belakangan diperkirakan tinggalUS$800 juta. Namun, tak berapa lamaberjaya kembali. Akhir Mei 2007 lalu,Indofood salah satu anak perusahaannyamengumumkaan bahwa asetnya sudahmencapai Rp 18,5 triliun.Menurut Trust, kalau dilihat data BEJ,aktivitas bisnis para konglomerat itusebenarnya hanya benar-benar mengalami kontraksi kurang dari dua tahun(1997-1998). Sebelum krisis yakni padaera 1992-1996, aset 30 konglomeratterbesar Indonesia mencapai 52% dariaset perekonomian nasional. Pada periode 1997-1998, mereka masih menguasai 38%. Setelah krisis, yakni periode 1999-2001, mereka ternyata malahmenguasai 61%. Jadi keliru jika menyangka mereka sekarang telah kembali.Karena mereka sebenarnya tak pernahbenar-benar pergi. „ MSD
                                
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32