Page 38 - Majalah Berita Indonesia Edisi 40
P. 38
38 BERITAINDONESIA, 21 Juni 2007LenteraL ENTERA38Merekaberkeyakinanbahwa untukmenjalankanprogrampendidikan, harusditopang olehkekuatan ekonomiyang memadai,sehinggaperjalanannyaakan mapan danterus berkembangmaju, yang dapatterus berinovasimenyelaraskandiri dengan segalakemajuan yangterus bergerakdengan cepat.Maka diperlukanlahan yang cukupluas sebagaiwadah pewujudanprogrampendidikan yangterpadu dengankekuatan ekonomiitu.Islam Indonesia yang diperuntukan bagiumat seluruh dunia, khususnya bangsaIndonesia.Kemudian untuk mencapai maksuddan tujuan (program utama) itu Yayasanmelakukan berbagai usaha yang tidakbertentangan dengan hukum dan/atauyang diizinkan oleh yang berwajib/berwenang. Antara lain mendirikanpendidikan-pendidikan dalam arti katayang seluas-luasnya.Mereka berkeyakinan bahwa untukmenjalankan program pendidikan,harus ditopang oleh kekuatan ekonomiyang memadai, sehingga perjalanannyaakan mapan dan terus berkembangmaju, yang dapat terus berinovasimenyelaraskan diri dengan segalakemajuan yang terus bergerak dengancepat. Maka diperlukan lahan yangcukup luas sebagai wadah pewujudanprogram pendidikan yang terpadudengan kekuatan ekonomi itu.Menemukan Tanah GersangPerenungan panjang dan pencetusanide telah menjadi kesepahaman dankesepakatan, menjadi visi dan misibersama, untuk membangun pendidikanterpadu berskala global demikebangkitan bangsa Indonesia yangmayoritas umat Islam. Kini langkahsudah menjadi gerakan dan tanggungjawab bersama. Pencarian lahan, yangdipersyaratkan ribuan hektar, makindiintensifkan. Syaykh AS PanjiGumilang dan para sahabat melangkahbersama ke pelbagai penjuru negeri,Jawa, Sumatera dan Kalimantan.Sayang, qadla Allah belummengizinkan.Suatu ketika langkah tim menemukanlahan di bilangan Cikampek,Purwakarta. Luasnya belum ribuanhektar. Namun tim survei yang langsungdipimpin Syaykh Panji Gumilangmelakukan kesepakatan dengan ‘camat’(calo maton), istilah bagi perantara jualbeli tanah, untuk melakukanpembebasan lahan. Tapi, rupanya lagilagi qadla Allah belum tiba waktunya.Pada detik-detik terakhir, ‘camat’ itumenggelembungkan harganya.Kemudian memberikan lahan tersebutkepada peminat lain yang beranimembayar lebih tinggi.Namun hal itu tidak menyurutkansemangat dan langkah. Itu hanya sebuahtantangan kecil dibandingkan denganmisi mulia yang mereka usung. Apalagimereka tidak merasa sendirian: AdaAllah yang menuntun setiap geraklangkah mereka.Benar saja, pada suatu hari, tahun1994, Syaykh AS Panji Gumilang danpara sahabat melangkahkan kaki keHaurgeulis (HG), Indramayu. Merekabergerak ke arah Timur hingga sampaidi persimpangan HG. Dituntun olehkekuatan Ilahi, mobil jeep yang merekakendarai memasuki pintu gerbang DesaGantar. Nama yang mirip dengan DesaGontor di Ponorogo, tempat berdirinyaPondok Pesantren Modern DarussalamGontor. Kemiripan nama ini membuatSyaykh AS Panji Gumilang (sebagaialumni Gontor) lebih tertarik.Mereka singgah di sebuah warung diDesa Gantar (kini telah dimekarkanmenjadi Desa Sandrem), beberapakilometer di pinggir kota kecamatanHaurgeulis. Di sinilah, mereka bertemudengan warga setempat yang akhirnyamenunjukkan ratusan hektar lahangersang yang kabarnya siap dijual olehpemiliknya.Bermula, seseorang bertanya:“Apakah bapak-bapak mencari tanah?”“Tidak, tidak…!” jawab Syaykh PanjiGumilang, masih trauma ulah ‘camat’ diCikampek.Tapi seseorang yang bertanya itutampak tak percaya. Ia malah