Page 39 - Majalah Berita Indonesia Edisi 40
P. 39
BERITAINDONESIA, 21 Juni 2007 39LENTERAmelanjutkan pembicaraan: “Di ujungsana, ada tanah jelek.”Mendengar kata tanah jelek itu,Syaykh Panji Gumilang menanggapidengan lebih tertarik. “Tanah jelekbagaimana?” tanggap Syaykh.“Iya jelek, gersang, tidak tumbuh apaapa selain ilalang!” jelas orang itu.“Berapa luas,” tanya Syaykh, makintertarik, tetapi masih dengan mimikmenyembunyikan ketertarikannya.“Bapak perlu berapa luas?” orang itubalik bertanya.“Iya seberapa aja,” jawab Syaykhmasih menyembunyikan kebutuhannya.“Duaratus hektar, ada!” kata orangitu.“Kalau butuh ribuan hektar juga adadi situ,” celetuk seseorang lagi.Mendengar ada ribuan hektar itu,Syaykh dan timnya sejenak salingmemandang. Mereka makin tertarik.“Kalau begitu, ayo kita lihat,” ajakSyaykh.Mereka pun menelusuri jalan setapakmenuju lokasi tanah jelek itu. Benar sajaada ‘tanah jelek’ dengan hamparanilalang. Namun dalam benak, Syaykhberkata: “Ini bukan tanah jelek, initanah emas!” Lahan yang sesuai denganangan dan impiannya. Suara hatinyaberkata: “Allah menuntun kami ke tanahimpian ini.”Setelah mengamati beberapa saat,Syaykh bertanya: “Mau dijual berapatanah jelek begini?”Kemudian prosesi tawar-menawardan jual-beli tanah pun berlangsungdalam hari-hari berikutnya. Caranya,tim yang ditunjuk Syaykh AS PanjiGumilang untuk melakukan transaksilangsung bertatap muka dengan parapemilik lahan yang jumlahnya puluhan.Pembayaran dilakukan langsung kepadapemiliknya setelah menunjukkan suratsurat tanah tersebut.Pada tahap awal, 60 hektar lahandibebaskan. Kemudian prosespembelian terus berlangsung secaraperlahan hingga lahan yang dimiliki YPImenjadi seluas 1.200 hektar lebih.Sambil melakukan perluasan lahanmelalui pembelian-pembelian itu,proses penataan lahan pun dimulai.Problem utama lokasi Al-Zaytun iniadalah kegersangan lingkungan.Merupakan lingkungan terbuka tanpapenyangga pepohonan yang berarti, dantanpa dukungan irigasi. Maka orangdesa menyebutnya tanah jelek.Menyadari akan hal tersebut, langkahpertama yang ditempuh adalahpenataan lahan, ditetapkan site planyang jelas, yang diharapkan dapatmenjadi rujukan dan keteraturan(orderliness) dalam melaksanakanpembangunan berterusan yang akrablingkungan.Maka sejak persiapan awal,penghijauan lingkungan sudahdilakukan sebagai suatu yang mutlak.Berbagai tanaman keras yang dapatdiharapkan mampu menyanggakelestarian lingkungan, sekaligusmempunyai nilai ekonomis tinggiditanam secara tertata dan terencana.Pusat-pusat cadangan air pundipersiapkan, baik berupa waduk,penataan selokan-selokan air maupunparit-parit yang dapat memudahkanpelaksanaan manajemen air, sertamenormalisir sungai-sungai kecilmusiman, yang bila musim hujan datangmerupakan aliran sumber air hujanyang sangat bermanfaat. Resapanresapan air hujan pun dibuat, tatkala airmelimpah diserapkan ke dalam perutbumi, sehingga dapat menjadi cadanganair tanah yang kokoh.Penghijauan dan manajemen airseperti yang dilakukan di Al-Zaytun inimemerlukan kesabaran dan kontinuitas(mudawamah) yang tiada hentihentinya. Mereka menyadari usahaseperti ini tidak secepatnya dirasakanhasilnya, kalau tidak dengan kesabaranyang tinggi sudah barang pasti tidakdapat dirasakan hasilnya.Sambil melakukan perluasan danpenataan lahan, prosespembangunan gedung pun dimulaipada tahun 1996. Hanya dengan tigapuluhan karyawan pembangunanproses penggalian pondasi GedungAbu Bakar Assiddiq dilakukan secaramanual. Sementara itu, prosespembuatan IMB dilakukan. “IMBbangunan-bangunan yang dalammaster plan Al-Zaytun dibuat dalamsatu paket,” cerita Syaykh.Setelah proyek percontohan AbuBakar berjalan mulus, proyekpercontohan pembangunan gedungasrama menyusul dilakukan. Gedungasrama pertama empat lantai itu diberinama Al-Mushtafa. Setelah itu menyusulkemudian pembangunan MasjidPersiapan Al-Hayat yang dibangundalam masa seratus hari. Disusulpembangunan gedung-gedung lainnya.