Page 31 - Majalah Berita Indonesia Edisi 43
P. 31


                                    BERITAINDONESIA, 02 Agustus 2007 31Jumlah Penduduk Miskin BerkurangHasil perhitungan Badan Pusat Statistik(BPS) dalam mengukur laju perbaikanperekonomian Indonesia kerap kalimengundang kontroversi. Jumlah pendudukmiskin ramai dipergunjingkan tanpa adaupaya konkrit yang sungguh-sungguh untukmengurangi pengangguran.ali ini, BPS mengumumkan bahwa jumlah penduduk miskin Indonesia per bulan Maret 2007sudah berkurang 5,4 persen,atau 2,13 juta jiwa, menjadi16,58 persen dari sebelumnya17,75 persen pada Maret 2006.Dengan demikian total jumlahpenduduk miskin Indonesiatinggal 37,17 juta jiwa saja.Pengumuman yang dilansirBPS pada awal Juli lalu sontakmemperoleh tanggapan beragam dari berbagai kalangan,menghiasi berita-berita ekonomi suratkabar nasional.Mereka sibuk membela pendapatnya masing-masing.Arizal Ahnaf, Deputi BidangStatistik Sosial BPS, mengemukakan, metode perhitunganangka kemiskinan yang dipakainya sesungguhnya sudahlama dipakai. Dia menuturkan, jumlah penduduk yangpaling dominan diukurnyaberada di wilayah masyarakatpedesaan. Dan temuan hitungan BPS menyebutkan, kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP)masyarakat pedesaan dalamsetahun terakhir sudah lebihbesar dari laju kenaikan inflasi.Survei BPS menemukan penurunan jumlah pendudukmiskin di pedesaan berkuranghingga 1,20 juta jiwa, lebihtinggi ketimbang penurunanjumlah penduduk miskin diperkotaan yang hanya berkurang 930 ribu jiwa. Fenomena ini terpecahkan denganmelihat naiknya daya beli masyarakat miskin yang tercermin dari pengeluaran mereka.Indikator pengeluaran masyarakat pedesaan, yang berhasil dicatat BPS, menunjukkan, NTP mereka selama periode tersebut naik hinggasembilan persen. Potensi kenaikan tersebut lebih tinggidari kenaikan harga kebutuhan bahan pokok yang lebihpenting bagi masyarakat bawah, yakni sembako sepertiberas, gula pasir, minyak goreng, telur dan mie instan.“Komoditas paling pentingbagi penduduk miskin adalahberas. Pada Maret 2007 sumbangan pengeluaran beras pakabar baik yang disuguhkanBPS, Menneg PPN/KepalaBappenas Paskah Suzetta menyebutkan pemerintah tidakpernah mengintervensi BPS.“BPS independen dalam kinerjanya. Sampel juga bertambah, tidak 10 ribu KK, melainkan 63 ribu KK,” ujar Paskah.Kepala BPS Rusman Heriawan juga menegaskan, pihaknya mempunyai integritastinggi terhadap setiap angkaangka yang dikeluarkan. DataBPS murni dari sensus nasional (Susenas). Terkait naikturunnya angka kemiskinan,Rusman mengakui memangangka kemiskinan masih tinggi, buktinya banyak orangmiskinan, sebagaimana yangdilansir BPS. Menurut Boediono, meskipun beberapaharga kebutuhan pokok meningkat tetapi karena pendapatan masyarakat juga relatifmeningkat hal tersebut menaikkan masyarakat bawah keposisi lebih baik.Para politisi Senayan danpengamat ekonomi independen turut angkat bicara menanggapi temuan BPS. Ekonom Faisal Basri, misalnya,tetap kurang bisa menerimaapa yang dihasilkan BPS bahwa terdapat penurunan jumlahangka kemiskinan di pulauJawa.“Kalau di Sumatera atauKalimantan, saya bisa terima.Sebab pendapatan masyarakatdi sana relatif naik dengankenaikan harga kelapa sawit.Saya akan lebih yakin kalaupenurunannya ada di luarJawa. Kalau penurunan diJawa, patut kita curigai,” ucapFaisal.Iman Sugema, ekonom dariTim Indonesia Bangkit jugamenilai ada sejumlah keanehan dalam data kemiskinanBPS. Keganjilan itu, antaralain, terlihat dari survei yangdilakukan pada bulan Maret2007, pada saat harga berassedang tinggi dan sektor riilbelum bergerak. Iman menuding tengah terjadi politisasistatistik di BPS.Dradjad Hari Wibowo, Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PAN yang turut angkat bicara mengomentari keganjilandata BPS, mengatakan rasa takpercayanya bahwa survei yangdilakukan BPS bisa mencerminan realitas kemiskinan dilapangan.“Bagaimana mungkin angkakemiskinan 2007 turun ditengah mahalnya harga kebutuhan pokok. Data pengangguran maupun kemiskinan itubertentangan dengan realitas,”kata Dradjad.Ramson Siagian, AnggotaDPR PDI Perjuangan mengatakan, pemerintah harus realistis dan proporsional dalammengungkapkan kondisi negara yang sesungguhya. „HT, AMmiskin yang mudah ditemukan di Indonesia.“Jumlahnya sekitar 37 jutajiwa, artinya mudah sekalimelihat orang miskin di manamana. Tapi, jelas, kuncinyaada di saya. Saya tidak pernahmendapat pressure dari pihakmanapun. Demikian juga anggota BPS lainnya sebab kitasemua profesional,” ungkapRusman.Menko Perekonomian Boediono menanggapi positif terjadinya penurunan angka keda garis kemiskinan, 28,64persen di masyarakat pedesaan, dan 18,56 persen di masyarakat perkotaan,” ujar Arizal.Demi validnya survei jumlahpenduduk miskin yang dilakukan, BPS mengambil sampelterhadap 63 ribu rumah tangga miskin yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia.Berbeda dengan tahun sebelumnya, dimana BPS hanyamengambil sampel 10 riburumah tangga masyarakatmiskin. Untuk meneguhkanKWarga miskin masih banyak ditemukan di perkotaan.BERITA EKONOMIfoto: berindo wilson
                                
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35