Page 18 - Majalah Berita Indonesia Edisi 44
P. 18


                                    18 BERITAINDONESIA, 23 Agustus 2007BERITA UTAMALangit Eropa Tidak TerlaAda sesuatu yang tidak pas dalam standardisasi keamananpenerbangan sehingga satu-dua negara bisa memberi sertifikasikepada maskapai negara lain, hanya karena Eropa berpikir tidak aman.anggal 4 Juli 2007, KomisiEropa resmi menetapkan daftar hitam pencekalan penerbangan ke Eropa, yakni semuamaskapai penerbangan Indonesia, termasuk bagi maskapai penerbangan VolareAviation Enterprise (Ukraina), TAAGAngola Airlines, dan Pakistan International Airlines (PIA).Berdasarkan hasil pemeringkatan Dephub tiga bulan lalu, tidak ada satupun operator penerbangan yang masuk kategorisatu. Garuda Indonesia saja masuk kategorikelas dua. Meskipun Juni lalu, Dephubmenaikkan Garuda ke rating satu, hal itutidak mengubah opini UE yang terlanjurtidak percaya kepada maskapai Indonesia.Menurut Studi Ascend, lembaga konsultan swasta di London, posisi tingkat keselamatan penerbangan Indonesia rata-ratarendah. Rata-rata kecelakaan fatal tiga tahun terakhir mencapai 3,77 kecelakaan fatal dari setiap satu juta jumlah tinggal landas, dibanding dari rata-rata jumlah satujuta penerbangan global yang hanya 0,25.Keadaan ini tampaknya yang mendorong Komisi Eropa mengeluarkan peringatan larangan terbang bagi pesawatkomersial Indonesia memasuki wilayahEropa, sebelum pemulihan dan peningkatan keselamatan penerbangan dilakukan.Pemeringkatan maskapai penerbanganIndonesia yang dilakukan oleh DepartemenPerhubungan dituding Dewan PerwakilanRakyat (DPR) sebagai pemicu pencekalanoleh UE yang kemudian berpotensi akandiikuti Arab Saudi dan Korea Selatan.Sementara itu, pencekalan UE tersebutbukannya tidak mendapat kritik. International Air Transport Association (IATA)berpendapat pencekalan itu bukan jawaban langsung diterapkannya keamananterbang, meski bisa menjadi satu pendekatan untuk memperbaiki standar.Menurut David Henderson, juru bicaraAssociation of European Airliner, ada sesuatu yang tidak pas dalam standardisasiini sehingga satu-dua negara bisa memberisertifikasi kepada maskapai negara lain,hanya karena Eropa berpikir tidak aman.Untuk itu, IATA melalui audit keamananIOSA (IATA Operational Safety Audit) dengan program Partnership for Safety menawarkan bentuk audit dan capacity buildingatas maskapai penerbangan yang bermasalah. Menurut IATA, melalui program ini akarmasalah bisa diperbaiki secara komprehensif.Faktor PenyebabIndikasi sementara, kecelakaan di Indonesia terjadi antara lain akibat kecakapanpenerbang kurang, regulasi yang mengaturmasalah keselamatan penerbangan kuranglengkap, perekrutan sumber daya manusiadi bidang penerbangan yang tidak baik, danbiaya pemeliharaan yang nyaris tidak ada.Permasalahan lainnya adalah umurpesawat, sudah bukan rahasia lagi bahwahampir semua maskapai penerbanganyang beroperasi di Indonesia saat inimenggunakan pesawat tua, bekas maskapai penerbangan asing yang sudah diremajakan. Pesawat-pesawat bekas yangdigunakan Singapore Airlines, merupakanpesawat yang sering dimanfaatkan paramaskapai penerbangan kita, denganpertimbangan efisiensi dana.Menjamurnya maskapai penerbangandi Indonesia, menyusul keluarnya peraturan dari pemerintah untuk lebihmemberikan warna lain di dunia penerbangan, selain Garuda, dan juga meningkatkan pelayanan bagi para penggunajasa penerbangan, ternyata justru berakibat buruk bagi keselamatan dunia penerbangan. Hal itu karena tidak diimbangi jumlah pasokan dana yang mencukupiuntuk mendukung pengadaan pesawatdan perawatan suku cadangnya.Menurut Prof Oetarjo Diran, Ketua Komisi Penelitian Penyebab KecelakaanPesawat Udara (AAIC), kecelakaan pesawat bisa ditinjau dari berbagai sudut,antara lain dari sisi manusianya, sistemorganisasi, teknologi, dan budaya. Faktormanusia menjadi penting, karena berdasarkan penelitian selama ini, lebih dari 60persen kecelakaan pesawat di dunia terjadi akibat faktor manusia.Fakta menyebutkan bahwa kecelakaansering disebabkan oleh fasilitas keselamatan yang tidak memadai, dan terjadinyakonflik kepentingan di dalam perusahaanmaskapai penerbangan. Konflik itu biasaTKecelakaan bukan monopoli Indonesia saja. Sebanyak 60 persen kecelakaan pesawat di dunia terjadi akibat faktor manusia.
                                
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22