Page 34 - Majalah Berita Indonesia Edisi 44
P. 34


                                    34 BERITAINDONESIA, 23 Agustus 2007 L ENTERA34LenteraSyaykh Al-Zaytun Abdussalam Panji GumilaRakyat, Akar Bangsa yanSyaykh Abdussalam PanjiGumilang menepisanggapan, rakyat Indonesiatelah kehilangan jatidiri ataurasa kebangsaannya. Mereka, (rakyatIndonesia) justru merupakan cermin,sebagai akar kebangsaan yangsemakin menguat. Mereka punyasemangat untuk mengembangkan diri.Rakyat adalah akar pertumbuhanekonomi yang sayangnya tidak termanage dan malah diposisikan padatingkat paling bawah. Tubuhbatangnya (pemerintah) itulah yangkurang memfasilitasi. Besarnyajumlah penduduk, bagi Syaykhbukanlah sebuah beban tapi justruadalah rahmat. Tergantungbagaimana cara implementasi dalampengelolaannya. Bagaimana negaraini kelak menjadi tumbuh sebagaibangsa yang kuat dan cerdas adalahjika di-manage dengan baik.Indonesia merdeka tumbuh darisebuah perjalanan panjang melaluiperjuangan. Terbentuknya sebuahNegara Kesatuan Republik Indonesiadengan falsafah dan Undang-UndangDasar 1945 adalah hasil gagasan.Setiap gagasan itu sudah tumbuh darijabaran teknisnya yang telahdirancang.“Menggagas Indonesia Merdeka,secara teknis sudah tercakup dalamgagasan Undang-undang DasarNegara.” Demikian menurutpemikiran Syaykh AS Panji Gumilang,“Hanya saja, implementatornyaterkadang kurang cerdas.”Bicara tentang Indonesia Merdekadan pembentukan bangsa, Syaykhmelihat, bahwa gambaran filosofidasar bangsa dalam bentuk UUD 45itu, jika diisi orang cerdas, maka akanmenjadi baik. Sebaliknya jika diisioleh orang yang tidak cerdas dalamberpikir, seakan-akan malahmenghambat. Mereka (yang tidakcerdas) bukan menjabarkan atauberinovasi dengan UUD 45, tapimalah berusaha untuk mengubahnya.Tatkala berubah maka terjadibenturan-benturan dan ada keinginanuntuk mengubah lagi. Begituseterusnya.Sesungguhnya, ideologi kita inisemestinya idelogi masyarakat danitulah yang digabung dalam inti UUD45 dan bertujuan untuk masyarakatadil makmur. Adil makmur yangdimaksud adalah yang pro rakyat.Maka di situlah memerlukan inovasiinovasi.“Dari generasi ke generasi,implementatornya tentu tidak harussama dalammengimplementasikannya. Ya, itulahinovasi. Hari kemarin disempurnakanhari ini dan hari ini disempurnakanhari esok dan begitu seterusnya. Tapitidak saling mematahkan.”Biasanya negara-negara yangsanggup membuat sustainable padaide-ide besar negaranya yangtermaktub dalam undang-undangdasar itu, cepat mencapai kemajuanyang hakiki, karena antara satu, keduakemudian ketiga dan seterusnyasaling mengisi, sekalipun dari sisipolitik ada perbedaan. Sebabperbedaan dalam politik bukanberarti harus bermusuhan karenamerupakan teknis untuk mencapaitujuan.“Politik itu kan cuma gaya untukmencapai tujuan. Seharusnya tetap,bangunlah jiwanya, bangunlahbadannya untuk Indonesia. Apa punbentuk politiknya.”Tentang kurang atau lebihnyakesadaran bangsa yang berkaitandengan hal itu, Syaykh mengatakanhal itu tidak bisa disimpulkan.“Tapi ayo arahkan ke sana.Bangunlah jiwanya, bangunlahbadannya untuk Indonesia Raya.Maka merdekalah Indonesia.Dipesankan lagi, apanya yangmerdeka. Ya, tanahku harus merdeka.Negeriku harus merdeka. Bangunlahjiwa dan badannya agar semua hidupdan tidak mati. Rakyatku, bangsaku,negeriku semuanya harus hidup dantidak boleh ada yang mati atauberhenti. Nah itulah jiwa yang harusdimasukkan dalam UUD 45 dan itulahcita-cita untuk mencapaikesejahteraan.Aspek PemakananKecerdasan akan memberi maknabagi sebuah kehidupan bangsa, danPengantar:Pembuktian IndonesiaMerdekaKemerdekaan telah ada dalamgenggaman bangsa kita sejak 17 Agustustahun 1945, setelah terampas lebih daritiga setengah abad oleh bangsa lain.Hitam atau merah, bulat maupun lonjong,perjalanan yang telah lewat merupakanbagian perjuangan dari prosespembentukan bangsa. Pasang surutperjalanan politik yang menghasilkan gayadan kepemimpinan dari enam Presidendengan pemerintahannya telahmembuahkan apa yang kini kita rasakan.Semangat berkebangsaan yang disulutoleh pemimpin kita saat menapak awalkemerdekaan, mendorong dinamika danoptimisme tinggi. Kita dibawa pada sebuahalam kebanggaan sebagai bangsamerdeka. Kita menepuk dada sebagaibangsa yang besar dan memiliki hamparanalam subur sebagai bekal pembentukandiri menjadi bangsa yang hebat.Dan masa-masa itu, kini telah lewat.Pembuktian menyeret kita untukberhadapan dan melihat kaca diri, sudahseperti apa tubuh bangsa ini?Menoleh kiri kanan dari bangsaserumpun atau lebih melebar ke bangsaChina atau Asia lainnya. Tanpa menepiskemajuan yang telah digapai, manakaladari 230 juta umat yang kini menikmatikemerdekaan, ketika kemiskinan dankebodohan masih lekat dari sebagianbesar tubuh, kita pun kemudian bertanya.Adakah proses yang salah daripembentukan bangsa ini? Sejauh mananilai raport kecerdasan yang sudahdiperoleh bangsa ini dalampembentukannya atau apakah semangatnasionalisme kita yang semakinmemudar?Simak dalam tulisan berikut iniyang merupakan narasi dari percakapanwartawan Tokoh Indonesia dan BeritaIndonesia Ch Robin Simanullang danDandy Hendrias serta fotografer WilsonEdward dengan Syaykh Al-Zaytun DrAbdussalam Panji Gumilang di WismaAl-Islah Al-Zaytun, Senin 30 Juli 2007,dalam rangka HUT Kemerdekaan RepublikIndonesia ke-62. (Dendy Hendrias)
                                
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38