Page 36 - Majalah Berita Indonesia Edisi 44
P. 36
36 BERITAINDONESIA, 23 Agustus 2007 L ENTERALentera36Petani adalahakar daripertumbuhanperekonomian kitatapi tidak termanage dandiposisikan padatempat yangpaling bawah.sapi yang beranak tidak selalumelahirkan betina. Tapi juga adajantannya. Jantannya kita gemukkan.Maka setelah didasari susu, maka masuklagi daging. Masuk lagi beras, tapi berasyang bukan diimpor. Selanjutnyaternak-ternak unggul yang diimpor itudikembangkan di Indonesia denganbimbingan yang jelas dari dinas-dinaspeternakan yang ada. Nah itu barumembangun badan. Mengapa itu tidakditempuh, padahal bangsa Indonesiamampu.”Petani Indonesia Lebih RajinSyaykh membandingkan, bahwapetani di Indonesia jauh lebih rajin daripetani di negara RRC. “Petani kitasanggup bangun jam tiga pagi untukbekerja hingga jam tujuh. Setelah selesaidan menghasilkan yang baik, diamampu mengerjakan yang lain.”Tapi sangat disayangkan, bahwakerajinan seperti itu tidak di-manage.Petani, menurut Syaykh adalah akardari pertumbuhan perekonomian kitatapi tidak termanage dan diposisikanpada tempat yang paling bawah. Yangdipikirkan malah investor dari luarnegeri.Syaykh menunjuk contoh petani diBrebes yang selalu menikmati sarapanpagi bukan ketika berangkat kerja. Tapisetelah selesai kerja (pada pukul 7.00pagi). Siang, mereka meneliti mana yangkurang dan merencanakan apa yangdikerjakan pada malam hari.“Petani mana yang bisa begitu?” tanyaSyaykh. “Mereka tidak mendapat modaldari bank pertanian karena di Indonesiatidak ada bank pertanian. Nah, menataseperti itulah yang diperlukan. Apakahhal itu sudah tertata?”Maka stagnansi terus terjadi. Stagnandan stagnan lagi di pembangunanbadan. “Kalau badan sudah terabaikan,maka jiwanya pun terabaikan. Betapamurahnya jiwa di Indonesia. Tidak adaperlindungan jiwa. Hari ini tertimbun,sedih, dan besok pun tertimbun lagi,karena semuanya ringkih, kecerdasansudah tidak dimiliki. Sistemmembangun tidak didasari apa yangharus dibuat. Apakah Indonesia sudahtidak memiliki dana? “APBN kuat.Sangat cukup,” kata Syaykh. ”Yangdiharapkan adalah membangunpertanian, peternakan hinggamenghasilkan susu yang cukup, dagingyang cukup, karbohidrat dan beras yangcukup.”Batangnya KeroposSyaykh mengibaratkan jika rakyatIndonesia merupakan akar, makapemerintah adalah batangnya. “Akarnyakokoh namun batangnya keropos dantidak bisa menciptakan buah.”Sampai hari ini tidak menciptakanbuah yang dikehendaki banyak orangIndonesia (sejahtera) karena terputusoleh kekeroposan batang tadi.Menilai sistem pendidikan sebagaidasar dari pencerdasan, sekali lagiSyaykh menyebutkan sistem di Indonesia sudah bagus. Menurut Syaykh,bukan kesalahan dalam membentukmindset. Tapi karena kekuranganasupan. “Kurang susu, kurang dagingdan kurang beras yang bagus.”Proses kesejahteraan justrudimiskinkan lagi ketika ada beras raskin.Orang yang makan raskin tidak akanmenjadi kaya. Menurut Syaykh AlZaytun, dana tunai yang sudah dilepas,entah tunai untuk apa, itu bakal tidakmencerdaskan. Paling untuk membelirokok, membeli minuman yang macammacam. Bangsa Indonesia bukan untukdikasihani, tapi dibangun harkatnya.Berikan sesuatu yang bagus. Membelisapi, menghasilkan susu dan bukanuntuk mengimpor susu.”Seperti sebuah batang yang keropos.Maka pemerintah hendaknya tidakhanya tukang memerintah. Seharusnyamenjadi public service dan yang keluarbukan hanya perintah. Sebaliknyamenjadi abdi atau kasarnya jongosmasyarakat.Belajar dari China dan Filosofi KucingTentang sebuah pembangunan sistembirokrasi, Syaykh tak enggan menoleh kenegeri China. Dengan menepis sistembirokrasi yang selalu minta dilayani,Meninjau lokasi waduk Windu Kencana. foto-foto: berindo wilson