Page 45 - Majalah Berita Indonesia Edisi 44
P. 45
BERITAINDONESIA, 23 Agustus 2007 45BERITA LINGKUNGANHadiah Tahunanyang MemalukanSejumlah pengusaha perkebunan membentuk timpemantau dan pemadam api.abut tebal menyelimuti bandara negara tetangga. Infeksisaluran pernapasan dideritapenduduknya yang terbutakan asap. Kiriman dari Indonesia telahdatang. Hadiah yang memalukan: asapkebakaran hutan.Kabut asap dimulai dari Riau. Lalu titiktitik api ditemukan di daerah-daerah lain.Ada delapan provinsi yang tercatat sebagai daerah rawan terjadinya kebakaranhutan. Yang paling sering selain Riauadalah Sumatra Selatan, Jambi, danKalimantan.Bertahun-tahun kebakaran hutan dankabut asap bak menjadi tradisi di negeriini. Selain menjadi bencana di dalamnegeri, sejumlah negeri jiran juga terkenadampaknya. Kabut asap juga menutupMalaysia, Singapura, serta Brunei Darussalam dan menghentikan sejumlah penerbangan di negara-negara jiran itu.Pemerintah bukannya tidak berupaya.Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun lalu sempat mengutarakankegusarannya dalam rapat kabinet, karena pemerintah Indonesia mendapatsurat teguran dari pemerintah Malaysiasoal kabut asap. Tapi kebakaran hutanterus berlanjut.Kesadaran juga bukannya tidak merebak di kalangan pengusaha perkebunan.Di Kalimantan Selatan, sejumlah perusahaan perkebunan membentuk timpemantau dan pemadam api guna mengantisipasi kebakaran, hal itu dianggappenting karena setiap terjadi kebakaranhutan, kerugian yang diderita perusahaansetiap tahun mencapai puluhan miliarrupiah.Selain membentuk tim pemantau,gabungan pengusaha ini mewajibkansetiap perusahaan membangun sejumlahmenara pemantau agar kebakaran dapatdiketahui lebih dini.Seperti dilaporkan Media Indonesia(22/7), menurut Ketua Harian GabunganPengusaha Kelapa Sawit Indonesia(Gapki) Kalsel Syahrial Doloy, setiaptahun banyak areal perkebunan yangterbakar. Tapi umumnya bukan karenafaktor kesengajaan, melainkan akibatrembetan api dari kegiatan pembakaranlahan pertanian di sekitar lokasi perkebunan.Kerugian yang diderita pengusahakelapa sawit akibat kebakaran hutantahun 2006 sekitar Rp 45 miliar. Setiaphektare, lahan sawit yang baru ditanam,jika terbakar, nilai kerugiannya diperkirakan Rp 30 juta, sedangkan nilai sawitsiap panen Rp 45 juta per hektare.Sementara itu Gapki Kalimantan Tengah menyatakan tidak akan membukalahan dengan cara dibakar tahun ini.Menurut Ketua Gapki Kalteng GunawanLubis, membakar lahan selain terancamsanksi hukum, juga akan mengganggutransportasi dan perekonomian sepertitahun-tahun sebelumnya.Harus DihukumSebelumnya, Media Indonesia telahmengkritisi soal kebakaran hutan. DalamEditorial edisi 5 Juli 2007, harian ini menganggap pembakaran hutan yang masih terus terjadi karena kita lemah dalam penegakan hukum. Proses hukum terhadapmereka yang membakar hutan tidak serius.Yang ditangkap dan dihukum hanyalah petani kecil, sedangkan pengusaha selalu lolos.Pembakaran hutan untuk areal pertanian sudah lama dilakukan petanitradisional. Dalam perkembangannya,pengusaha perkebunan pun ikut membakar areal perkebunannya. Anehnya,pemerintah tidak menghentikan aktivitaspetani dan pengusaha itu.Sehingga perlu dipertanyakan keseriusanpemerintah dalam menyelesaikan masalahyang satu ini. Karena modus pembakaranhutan oleh petani dan pengusaha perkebunan sudah lama dilakukan semestinyapemerintah sudah bisa mengantisipasi sejakdini. Selain tentu saja melakukan sosialisasitentang bahaya pembakaran hutan sertaberbagai kerugiannya.Ancaman hukuman yang maksimal bagipengusaha perkebunan yang membakarhutan juga diperlukan sebagai terapi yangbisa menakutkan siapa pun yang melakukannya dengan sengaja.Departemen Kehutanan sudah menyiapkan dana Rp 100 miliar untuk sewapesawat pemadam kebakaran hutan.Seharusnya dana sebesar itu bisa digunakan untuk pemadaman seefektif mungkin.Di sisi lain, Badan Meteorologi danGeofisika bukannya tak memberikanperingatan berkala tentang kemarau danmunculnya titik-titik panas di sejumlahwilayah. Namun seolah-olah informasi itutidak digunakan. RHKProvinsi Riau, Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan merupakan daerah rawan kebakaran hutan.