Page 22 - Majalah Berita Indonesia Edisi 45
P. 22


                                    22 BERITAINDONESIA, 06 September 2007BERITA UTAMABola Salju KemiskinanMinyak tanah mungkin dianggap sebagai simbolkemiskinan. Namun pemerintah menggantinya dengan gaselpiji tanpa solusi riil untuk peningkatan kesejahteraanmasyarakat.ntrean warga untuk membeliminyak tanah terus terjadi diIbukota Jakarta. Rupanya,konversi minyak tanah ke gasyang dicanangkan pemerintah tidakmembuat sejumlah warga beralih ke gaselpiji. Seperti warga Tangki, Taman Sari,Jakarta Barat. Mereka masih menggunakan minyak tanah untuk keperluan rumahtangga.Antrean jerigen minyak tanah, menurutwarga, sudah mulai memanjang sejakpukul 03.00 WIB. Bahkan warga relamenunggu selama tujuh jam hingga distributor yang membawa 5.000 liter datangke pangkalan. Karena banyak warga yangantre (lebih dari 300 jerigen), pemilikpangkalan membatasi pembelian, yaknihanya empat liter per orang dengan hargaRp 2.500 per liter.Seharusnya pasokan minyak tanah tidak langsung ditarik begitu saja di daerah program konversi. Masyarakat kelasbawah belum terbiasa memakai elpiji.Sementara mereka belum siap, pemerintah sudah terburu-buru menarik minyaktanah.Menurut Wakil Ketua Komisi EnergiDewan Perwakilan Rakyat Sonny Keraf,seharusnya program ini disiapkan secaramendetail mengenai penarikan dan pendistribusian elpiji tabung tiga kilogramsecara bertahap. Selain itu, Pertaminaharus melakukan sosialisasi dengan benarmengenai pemakaian elpiji supaya masyarakat yang sudah diperkenalkan dengan elpiji tidak kembali menggunakanminyak tanah.Dia mencontohkan, masyarakat memilih minyak tanah karena mereka bisamendapatkan setengah liter minyaktanah dan bisa dipakai untuk memasakhari itu. “Bandingkan dengan elpiji.Masyarakat harus mengeluarkan sekitarRp 15 ribu untuk tiga kilogram elpiji.Uang yang dikeluarkan lebih besar,”katanya. Pola hidup, kebiasaan, dankemampuan atau daya beli masyarakatinilah yang harus menjadi perhatianpemerintah. Menurutnya, program iniharus dievaluasi.Dampak Luar BiasaWalikota Depok Nurmahmudi Ismailmelontarkan opininya di harian Kompas,8 Agustus lalu. Menurutnya, dampak luarbiasa dari konversi minyak tanah iniadalah jumlah penganggur di kota yangdipimpinnya itu semakin meningkatpesat.Data sementara saja, Kecamatan Sukmajaya dengan jumlah penduduk 237.000jiwa pada tahun 2007, dengan adanyaprogram konversi minyak tanah, jumlahpenganggur bertambah dari 9.000 menjadi 10.560 orang. Penyebabnya, ada 1.560tukang dorong minyak tanah harus kehilangan pekerjaan.Kegelisahan juga dirasakan para pedagang informal (pecel lele dan sejenisnya),yang mengalami penurunan omzet akibatfaktor teknologi regulator gas. “Sampaisaat ini teknologi kompor gas belum bisasecepat kompor minyak tanah. Komporgas hanya dapat memancarkan api setinggi tiga sentimeter, sedangkan jikamenggunakan minyak tanah dapat melebihi dan otomatis masakan lebih cepatmatang,” ujar para pedagang informal,yang dikutip Ketua Hiswana Migas DepokH Yahman Setiawan.Belum lagi masalah terancamnya puluhan agen dan ratusan pangkalan yangakan mengalami kebangkrutan karenawaktu ekuivalen margin antara penjualanminyak tanah dan gas memiliki disparitasyang cukup signifikan. Ibu Giarni, misalnya. Pemilik tiga pangkalan di Sukmajayaini menggambarkan keuntungan satutangki minyak tanah sama dengan 1.100tabung gas elpiji. Satu tangki minyaktanah hanya memakan waktu paling lamatujuh hari, sementara volume penjualantabung gas elpiji 3 kilogram setiap harinyahanya dapat menjual maksimal limatabung.AMinyak tanah bagi keluarga miskin adalah yang paling efisien. foto: berindo wilson
                                
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26