Page 27 - Majalah Berita Indonesia Edisi 45
P. 27
BERITAINDONESIA, 06 September 2007 27BERITA UTAMAminyak tanah di pompa bensin, jadi sistem distribusinyaberbeda.Di Indonesia, sistem distribusi minyak tanah berantai,ada agen, ada pangkalan, adapengecer. Pengecer itu adayang bergerak keliling dan adayang tetap seperti warung. Jaditidak mudah untuk menghilangkan itu. Dalam rangkaitu, BPH Migas merencanakanuntuk melakukan sensus, yangsudah barang tentu membutuhkan waktu yang lama danbiaya yang mahal, untuk mengetahui berapa sesungguhnyakebutuhan minyak tanah disuatu daerah. Selama ini, kitahanya mengandalkan hitunghitungan yang diberikan PT.Pertamina, namun ke depanakan didata.Sensus yang dilakukan untuk tahap awal ini masih terbatas pada beberapa provinsi,namun secara bertahap akanmeliputi seluruh Indonesia.Nantinya akan kita tahu berapa kebutuhan minyak tanah,baik di setiap daerah maupunsecara nasional. Ini menjadipenting mengingat posisi minyak tanah sangat rawan karena erat dengan kehidupanmasyarakat bawah.Persoalannya, kita tidakdapat melarang penggunaanminyak tanah oleh orang-orang yang sesungguhnya tidakberhak. Kalau dari sisi aturannya, yang namanya restorantidak boleh pakai minyak tanah, bahkan Warung Tegaljuga tidak boleh menggunakannya. Minyak tanah hanyadiperuntukkan bagi rumahtangga, untuk penerangan danmemasak. Tetapi tidak mungkin dilarang untuk membeliminyak tanah.Secara rata-rata, konsumsiminyak tanah di Indonesiaberkisar pada 3,75 liter perjiwa per bulan. Di Jakarta,tingkat konsumsinya bisamencapai angka 8 liter per jiwaper bulan. Tetapi di daerahdaerah hanya berkisar antara2-3 liter per jiwa per bulan.Walaupun orang-orang yangtinggal di Simprug, Kemayoran, Menteng dan daerahdaerah lain sudah menggunakan elpiji, tingkat konsumsiminyak tanah di Jakarta masihtetap tinggi. Hal ini disebabkankarena rumah-rumah tanggamasyarakat bawah, masihmengandalkan minyak tanah,belum lagi tukang bakso, Warteg, tukang mie goreng, dankelompok kelompok masyarakat lainnya yang menggunakan minyak tanah.Jika diperbandingkan biayapenggunaan gas elpiji denganminyak tanah, sesungguhnyagas jauh lebih murah dan lebihramah lingkungan, namunmasyarakat tetap menggunakan minyak tanah. Kendalasubsitusi minyak tanah ke gas,memang cukup besar. Gastidak mudah di handle sepertiminyak tanah, tetapi harusdicairkan dalam bentuk elpiji,yang tentunya membutuhkantabung gas. Bagi masyarakatkelas bawah, konversi minyaktanah ke gas, terkendala dengan kemampuan ekonomiuntuk membeli tabung dankompor gas.Menurut Tubagus Haryono,hal ini disebabkan karena investasi awal penggunaan gascukup mahal. Selain kompordan tabung gas yang hampirmencapai Rp500 ribu, juga gaselpiji tidak bisa dibeli satu ataudua liter seperti minyak tanah,tetapi harus membeli 12 kilosekaligus.Untuk itulah pemerintahberencana membuat tabungdengan gas yang hanya 3 kilo,sehingga konsumen tidak merasa mahal membelinya. Untuk ini, BPH Migas sudahberbagi tugas dengan Departemen Perindustrian, Departemen Koperasi dan UKM,Kementerian Peranan Wanita,Departemen Perhubungan untuk menangani masalah ini,disamping PT. Pertamina yangditugasi untuk pendistribusiannya. “Mudah-mudahanprogram ini berjalan denganlancar”.Sesungguhnya, pengadaantabung gas bisa dibiayai darisubsidi BBM yang sebelumnyadialokasikan untuk minyaktanah. Ke depan, seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang beralih dariminyak tanah ke gas, makajumlah subsidi minyak tanahdalam APBN akan berkurang.Selanjutnya, jumlah dana subsidi minyak tanah yang berhasil dihemat ini, dapat direlokasi untuk membantu peangadaan tabung dan komporgas bagi masyarakat kurangmampu. Tubagus Haryonomenjelaskan bahwa Indonesiamengimpor avtur dan kemudian diolah menjadi minyaktanah, sehinga biaya per liternya mencapai Rp 5000, yangkemudian dijual kepada masyarakat hanya dengan hargaRp2000. per liter “Biarlahminyak tanah kita buat menjadi avtur, yang harga jualnyalebih tinggi”. MHGas masih sangat diperlukan oleh berbagai sektor industri lain.