Page 19 - Majalah Berita Indonesia Edisi 47
P. 19
BERITAINDONESIA, 04 Oktober 2007 19BERITA UTAMAuatMiskinngatakan, hanya membutuhkan uang Rp 14donesia di ruang perawatan kelas tiga tanpaereka.selama tahun 2006 juga mengalami lonjakan untuk memperoleh pelayanan-pelayanankhusus (katastropik) berbiayabesar, seperti pertolonganpersalinan 501.622 orang, cucidarah (hemodialisa) 5.418 orang (tahun 2005: 4.862 orang), operasi jantung 2.950orang (tahun 2005: hanya 380orang), hingga operasi caesarmenjadi 7.141 orang.Warga Miskin Sulit DicariTidak semua pejabat desaatau kepala daerah mempunyai keahlian untuk menentukan status warganya, miskinatau tidak miskin. Ada yangmalu mengakui warganya masih banyak yang miskin, adayang kesulitan menentukankriteria miskin, namun adapula yang menjual kemiskinanwarganya untuk memperolehbantuan kemurahan hati dariberbagai sumber.Bahkan, angka kemiskinantahun 2005 yang dipergunakan Presiden Susilo BambangYudhoyono saat menyampaikan pidato kenegaraan 16Agustus 2006, sempat diprotesdan dipolitisasi habis-habisankarena dianggap tidak validserta tidak mencerminkankondisi terbaru.Fakta lainnya, dari 440daerah kabupaten dan kotayang ada di seluruh Indonesia, baru 114 kabupaten/kotayang sudah lengkap menyusun daftar nama warganyayang miskin. Barulah per 1Januari 2008 diperkirakandaftar seluruh warga miskinseluruh Indonesia itu sudahdapat dilengkapi, lalu diberikan kartu Askeskin.Padahal bagi warga yangcerdas, digolongkan miskinpun tak masalah asal bisamemperoleh peyalanan medisgratis di rumah sakit. Merekatinggal menyodorkan surat keterangan tidak mampu(SKTM), yang bisa diperolehdari aparat desa atau kelurahan dengan biaya pengurusan hanya Rp 50 ribu.Tetapi, dengan SKTM itu ‘simiskin’ yang kaya itu menjadiberhak memperoleh pelayanan yang tak terbatas sepertibebas biaya operasi dan obatobatan, menerima pelayanancuci darah gratis. Pokoknyasegala upaya dilakukan ‘simiskin’ untuk menghindaririsiko kehilangan hartanyasedikit pun.Tak mengherankan apabila10 persen pengguna Askeskintergolong masyarakat mampu.“Mereka tak malu ditempatkan di kelas tiga,” kata Sitigeram, saat berbicara di Panitia Ad Hoc IV DPD. Kata Menkes, mereka ini dari ruanggawat darurat menelepon sanak saudaranya dengan ponselberkamera lengkap. Anakanaknya pun memakai bajubermerek dengan rambut penuh warna di-highlight. Sangistri sendiri pun terlihat mengenakan perhiasan di leherdan tangannya. Semua serbamentereng.Munculnya SKTM sebagaitanda miskin untuk memperoleh pengobatan gratis, terjadikarena carut-marutnya pembagian kartu Askeskin. KetikaDepkes sedang membagikankartu Askeskin, ternyata terdapat perbedaan data miskinantara Depkes dan BPS. DataBPS menyatakan jumlah rumah tangga miskin (RTM),jumlahnya 19,1 juta RTM, yangternyata tak sejalan denganjumlah masyarakat miskinsesungguhnya. Pembagiankartu Askeskin yang sudah 65persen segera dihentikan, menunggu pemerintah selesaimemverifikasi ulang data miskin.“Akhirnya saya ambil kebijakan, orang miskin yang takpunya Askeskin, tak punyaKTP, tak punya SKTM, harusdilayani,” tegas Siti sangatprorakyat. Celah itulah yangdimanfaatkan orang kaya untuk berobat gratis meski hanyamendapat pelayanan kelastiga. Sayangnya, pemerintahtak bisa bertindak apapunmengatasi masalah ini. Sebabtak ada dasar hukum untukmenindak pelaku.Seorang pejabat kepala desaakhirnya mencantumkan pengumuman berisikan syaratsembilan dari 14 kriteria keluarga miskin, sebelum menetapkan warganya apakah miskin atau tidak miskin. Yakni,pertama, luas lantai bangunantempat tinggal kurang daridelapan meter persegi. Kedua,jenis lantai bangunan tempattinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. Ketiga, jenis dinding tempattinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah atau tembok tanpa plester.Keempat, tidak memiliki fasilitas buang air besar sendirisehingga harus menggunakannya bersama dengan rumahtangga lain.Kemudian kelima, sumberpenerangan rumah tanggatidak menggunakan listrik.Keenam, sumber air minumberasal dari sumur/mata airtidak terlindung/sungai/airhujan. Ketujuh, bahan bakaruntuk memasak sehari-hariadalah kayu bakar/arang/minyak tanah. Kedelapan,hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari. Dankesembilan, tidak memilikitabungan/barang yang mudahdijual dengan nilai minimal Rp500 ribu. Misalnya sepedamotor kredit/non-kredit,emas, ternak, kapal motor,atau barang modal lainnya.Empat Kendala AskeskinUntuk semakin memantapkan pelaksanaan program Askeskin, Menkes Siti FadilahSupari menelurkan kebijakanterbaru Keputusan MenteriKesehatan RI No. 989/Menkes/SK/IX/2007, berisikanpemberlakuan Indonesia Diagnosis Reklated Group (InaDRG) mulai 1 September 2007untuk kelas tiga di rumah sakitpemerintah seluruh Indonesia,dan mulai 1 Oktober 2007untuk kelas lainnya.Ina-DRG dimaksudkan untuk memberi pemahamanstandarisasi pola pembayaranatas pelayanan kesehatan dirumah sakit. Ina-DRG merupakan pola pembayaran yangbersifat prospektif sekaligusbersifat terobosan dalam sistem pembayaran atas pelayanan kesehatan dalam kaitandengan mekanisme jaminankesehatan. Dengan Ina-DRG,tarif di semua rumah sakitpemerintah akan disamakan.Penyamarataan inilah yangakan menjadi acuan bagi PTAskes untuk melakukan verifikasi klaim.Menkes mengakui, pelaksanaan program Askeskin masih menghadapi sejumlah kendala. Berbicara dalam forumrapat koordinasi nasional kesehatan di Jakarta 3 September lalu, di hadapan 1.500-anpeserta yang terdiri dari seluruh bupati/walikota, direkturrumah sakit umum pemerintah, pejabat KementerianKoordinator Kesra, Depdagri,PERSI, Arsada, KKI, MKDI,Medical Advisory Board, organisasi profesi, Kepala DinasKesehatan Provinsi, hinggajajaran PT Askes dan Depkes,Menkes mengidentifikasi setidaknya terdapat empat masalah yang perlu dipecahkanoleh seluruh pemangku kepentingan di bidang kesehatan.Pertama, belum tuntasnyapendataan sasaran pesertaAskeskin 2007 sehingga masihberlaku penggunaan surat keterangan tanda miskin(SKTM) oleh masyarakat miskin. Akibatnya, terjadi banyakpenyimpangan penggunaanSKTM. Banyak masyarakatyang tidak miskin justru menjadi pengguna Askeskin, se-