Page 23 - Majalah Berita Indonesia Edisi 47
P. 23
BERITAINDONESIA, 04 Oktober 2007 23BERITA UTAMAJenis Obat pun DibatasiKebijakan Depkes membatasi jenis obatbagi peserta Askeskin dikeluhkan berbagaipihak. Seharusnya yang diperketat adalahpengawasannya, bukan pada jenis obatyang dibutuhkan pasien.ebijakan MenteriKesehatan yangmembatasi jenisobat yang diberikan kepada peserta Askeskintidak saja dikeluhkan oleh parapasien, tetapi juga pihak dokter dan rumah sakit. Alasannya, seperti dikemukakan Kepala Bidang Pelayanan MedisRSU Pringadi Medan dr Amran, pembatasan ini menyulitkan dokter dalam menjalankan tugasnya. Di sisi lain,pasien juga mengalami kesulitan mendapatkan obat yang dibutuhkan.“Dalam menjalankan tugas,dokter diikat undang undang.Ketika dia melakukan tugasnya sudah ada prosedur yangberlaku secara umum. Bagaimana dia menangani pasienjika obatnya dibatasi,” kataAmran menjelaskan.Semula kepada peserta Askeskin pemerintah memberikebebasan menggunakan 720jenis obat yang ditanggung PTAsuransi Kesehatan (Askes).Namun kemudian, karena beberapa hal, mulai per 1 Juli,obat yang bisa ditanggung PTAskes hanya 358 jenis.Kebijakan ini spontan mendapat protes dari berbagaipihak karena sangat mempengaruhi pelayanan terhadappasien. Sebab, ada beberapajenis obat penting dan sangatdibutuhkan masyarakat, namun tidak ditanggung Askeskin.Sejumlah rumah sakit, termasuk lima RS milik PemprovJatim lalu membuat daftarobat esensial yang kemudiandiserahkan kepada Menkes.Akhirnya melalui KeputusanMenteri Kesehatan No 955/Menkes/SK/VII/2007 dilakukan penambahan sebanyak 62jenis obat esensial sehinggajumlah obat yang dapat ditanggung menjadi 420 jenisobat.Kendati begitu, manajemenRSU Pringadi Medan belumpuas dengan tambahan terseobat yang ditanggung PT Askes, maka pasien terpaksaharus membeli sendiri obatnyakalau tidak tercantum dalamdaftar jenis obat yang diijinkan. Padahal kondisi ekonomipasien ini jelas-jelas miskin.Amran menyesalkan sikappemerintah yang melakukanperbatasan hanya karena adanya penggelembungan tagihanklaim pada salah satu rumahsakit di Sulawesi. “Seharusnyarumah sakit. “Jelas tidak cukup untuk penyakit-penyakittertentu. Nanti pasien harusmembeli juga,” katanya.Kepala Operasional Askeskin PT Askes Cabang MedanSaiban Sidauruk menjelaskan,pihaknya sudah mengedarkankeputusan baru Menkes mengenai penambahan 62 jenisobat kepada seluruh rumahsakit sejak 1 September 2007.Dengan keputusan baru ini,kebutuhan obat yang sebelumnya tidak tercantum dalam formularium obat Askeskin, sekarang sudah bisa digunakan.Direktur RSU dr Soetomo,dr Slamet Riyadi YuwonoDTM&H MARS, menyambutbaik persetujuan Menkes. Kebijakan itu dianggap membawa angin segar bagi pelaksanaan Askeskin yang belakangan bertambah ruwet. Salah satu keruwetan tersebutdisebabkan PT Askes belummelunasi klaim dana Askeskinsejak Maret. Karena itu, utangobat ke distributor tak terbayar. Akhirnya, RS pun memperketat pengeluaran.Adanya SK Menkes No.955itu membuat kinerja RSU drSutomo menjadi lebih baik.“Tidak seperti sebelumnyayang agak amburadul,” katamantan Direktur RSU HajiSurabaya itu.Menurut Slamet, khusus dilima RS milik Pemprov Jatimakan berlaku dua daftar obatesensial. Daftar pertama akanditanggung Depkes melalui PTAskes. Sedangkan daftar obatesensial kedua ditanggung olehPemprov Jatim. Isi daftar obatesensial yang pertama berbedadari yang kedua.Keikutsertaan Pemprov Jatim menanggung pembiayaanAskeskin tersebut sesuai amanat Menkes yang memintadaerah ikut cost sharing. Sebab, Depkes merasa kewalahan harus menanggung seluruh klaim dana Askeskinyang melonjak drastis tahunini. Pemprov Jatim juga bersedia memberikan dana agarpelayanan ke masyarakat miskin tak terganggu. SPbut. Jumlah itu dinilai masihbelum cukup untuk pelayanansesuai standar.Padahal, kebijakan awaldalam pelayanan Askeskinadalah tidak membatasi jenisobat yang ditanggung PT Askes. Hal ini sangat membantumasyarakat miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan dan juga bagi dokter yangberupaya memberikan pelayanan medis dan obat yangterbaik bagi pasiennya. Dokterbisa menggunakan obat apasaja yang benar-benar dibutuhkan pasien.Dengan pembatasan jenispemerintah jangan emosionaldalam menetapkan kebijakan.Sebetulnya yang diperlukanadalah memperketat pengawasan. Misalnya dengan membentuk komite yang mengawasi penggunaan obat pasiendi setiap rumah sakit di Indonesia. Bukan dengan membatasi penggunaan obat,” tandasnya.Wakil Direktur PelayananMedis dan Pendidikan RSUPHaji Adam Malik Medan MNur Rasyid Lubis menilai,tambahan 62 jenis obat Askeskin tidak banyak membantupasien miskin yang berobat keKObat untuk Askeskin dikurangi jadi 358 jenis dari sebelumnya 720 jenis.foto: apotik200