Page 24 - Majalah Berita Indonesia Edisi 47
P. 24
24 BERITAINDONESIA, 04 Oktober 2007BERITA UTAMAJangan Beri MasyarakatBentuk “Ikan”Di tengah isu penggelembungan danaAskeskin, masyarakat hanya berpikirtentang penanggulangan kesehatan ketikasakit. Pada saat kritis, bantuan langsungmemang dibutuhkan, Namun yang lebihpenting, edukasi kepada masyarakattentang perilaku hidup sehat.aradigma MenujuIndonesia Sehat2010 yang dicanangkan tujuh tahun lalusangat jelas memberi wahanaberpikir masyarakat Indonesia, bahwa kesehatan harusdilihat secara menyeluruh danterintegrasi. Kesehatan bukanhanya bersifat penyembuhanatau rehabilitasi yang seringmenjadi kekeliruan. Mindsetyang terbentuk selama ini,memandang kesehatan hanyaketika merasa dirinya mulaisakit dan harus berurusandengan pelayan kesehatan.Dua jurus penting pemerintah yang dikenal saat ini adalahpenanggulangan kesehatan bagi masyarakat miskin yang disebut Askeskin, yakni cara pembayaran melalui program asuransi kesehatan bagi si miskin.Jurus penting lainnya adalah,pola PHBS (Perilaku HidupBersih dan Sehat), sebagaibagian dari implementasi rencana strategis pemerintah tersebut. Kenyataan, sejak program digulirkan, sulit diimplementasikan di lapangan. Selainsosialisasi yang menemui banyak hambatan, era desentralisasi telah mengkondisikanwilayah menjadi tidak padudengan program yang berjalanatau rencana strategis pemerintah pusat. Semuanya terkesan berjalan sendiri-sendiri.Program perilaku hidup bersihdan sehat, sebagai programyang bersifat preventif danpersuasif dinilai masih tertatihtatih. Hambatan lain selain polapikir lama masyarakat, merekakini lebih terfokus kepada problema ekonomi, terutama sejakterjadinya krisis ekonomi. Program Askeskin juga ternyatamenemui kendala besar. Kasuspenggelembungan anggaranuntuk Askeskin telah menghambat program kesehatan kedepan.Penyelenggara rumah sakitumumnya seringkali memberistatement yang bersifat instandan terkesan ambivalen. Sebuah rumah sakit di Jakartamenyatakan bahwa rumah sakitnya siap melayani wargamiskin dan siap menampungpasien dari kalangan manapunsesuai ketentuan pemerintah.Namun dengan berbisik diatidak ingin dipublikasikankarena tidak berharap rumahsakitnya dibanjiri warga yangtidak mampu membayar.Dr. Sukendo MM, PresidenDirektur rumah sakit OMNITangerang, memberikan tanggapan yang agak berbeda. Sukendro tidak mau bicara verbaltentang pelayanan yang bersifatlangsung. Dr. Sukendro lebihbersemangat bicara tentangkultur masyarakat dan pendekatan preventif dan persuasif.“Mindset bangsa kita terbentuk dengan gaya hidup tidakpeduli dengan kesehatan,“ ucapnya. Dia menunjuk, banyakwarga kurang mampu lebih sukamembeli barang yang tidakbermanfaat dari pada misalnyamembeli kotak sampah ataupohon untuk ditanam. Lebihsuka nongkrong di warung minum dan merokok dari padaberolah raga. Cara berpikirmasyarakat yang keliru itulah,menurut Sukendro perlu dilakukan pendekatan. Mereka membutuhkan kepedulian danpembelajaran. Bicara demikian,Sukendro bukan tanpa alasan,karena rumah sakit yang dipimpinnya melakukan pendekatan dengan memfasilitasiacara pertemuan masyarakat.Kegiatan itu membahas perilakudan budaya sehat. MenurutSukendro, kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat jugaakan dilakukan di wilayah sekitar.Dokter kelahiran Palembangtahun 1968 ini menunjuk rumah sakitnya juga menyediakan ruang perawatan kelas III.“Meskipun ini ruang kelas 3,namun bed yang ada di sinihanya enam buah di setiapruangan. Jadi tidak berdesakdesakan,” katanya. Ruang itupun tidak dibedakan dalamsoal fasilitas. Di situ juga tersedia AC dan pesawat televisi.Tapi Sukendro mengingatkan, yang lebih penting, bukanlah memanjakan denganfasilitas. “Masyarakat jangankebiasaan diberi ikan, tapidiberi pancing,” katanya. DENPPencegahan lebih baik daripada pengobatan. foto: berindo wilson