Page 26 - Majalah Berita Indonesia Edisi 48
P. 26
26 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA KHAS26 BERITAINDONESIA, 25 Oktober 2007Memasuki Usia 62 taTNI BertKeterbatasan anggaran menjadi salah satu kendala dalammembangun postur TNI yang profesional dan sejahtera.Namun dalam kondisi serba terbatas, TNI tetapmengemban tugas nan mulia, menjaga keutuhan NKRI.Kalau perlu dengan mengorbankan jiwa raga.da secercah sinar ceria di belantara ketertinggalan TentaraNasional Indonesia (TNI) dibidang peralatan utama sistemsenjata (alutsista) nya. Pertengahan September lalu sebuah kapal perang barujenis korvet Sigma (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach), KRIDiponegoro, secara resmi ditasbihkanmenambah kekuatan TNI Angkatan Laut.Kapal perang bernomor lambung 365 inimerupakan salah satu dari empat kapalpesanan Departemen Pertahanan yangdibuat di galangan Royal Schelde, Belanda, guna memperkuat armada TNI AL.Tak hanya itu, TNI AL juga akan mendapat tambahan dua kapal selam kelasKilo dan 20 unit tank amfibi BMP-3F barudari Rusia. Sedangkan TNI AngkatanUdara akan memperoleh tambahan enamunit pesawat Sukhoi sehingga akan menjadi satu kuadron (10 unit) lengkap dengan peralatan avioniknya. Begitu pulaTNI Angkatan Darat akan memperoleh 10unit helikopter jenis Mi-17 V5 dan limahelikopter Mi-35 P.Penambahan alutsista dari negeri ‘Beruang Merah’ itu dilakukan berdasarkanbantuan pinjaman dana kredit ekspor senilai1 miliar dolar AS. Kesepakatan (MOU) nyaditandatangani saat Presiden Rusia Vladimir Putin berkunjung ke Indonesia (6/9).Pengadaan senjata dari Rusia ini,seperti dikemukakan Menhan Juwono Sudarsono, dilakukan untuk mengurangiadanya ketergantungan pada blok negaratertentu seperti AS atau negara-negaraEropa Barat. Selama ini AS dan negaraEropa Barat itu banyak menetapkan‘embel-embel’ dalam proses penjualansenjata produk mereka. Sementara Rusiatidak banyak menetapkan syarat danpembatasan dalam mengakses teknologiyang mereka punyai.Kendati mendapat kapal perang baru,bagi TNI AL penambahan alutsista itumasih jauh dari kebutuhan. Ini diakuiKSAL Laksamana TNI Slamet Subijantoketika mengukuhkan masuknya KRIDiponegoro di Pelabuhan Tanjung Emas,Semarang.Menurutnya, sebagai negara kepulauan,Indonesia masih membutuhkan sekitar262 kapal perang untuk melengkapi yangada saat ini guna mengamankan kekayaansumber daya kelautan. Laksamana berbintang empat itu mengungkapkan, jumlah kapal perang yang harus dimilikiadalah 376 buah, tapi yang ada baru 114kapal. Masih jauh dari yang dibutuhkan.Kekurangan itu akan dipenuhi secarabertahap hingga tahun 2024.Kekurangan alutsista bukan hanyadimonopoli TNI AL, tetapi juga dua matralainnya. Sebagian pesawat tempur TNIAU juga sudah melampaui jam terbangyang seharusnya. Misalnya, pesawat jenisOV-10 Bronco yang boleh dibilang sudahmelebihi jam pakainya. Sedangkan pesawat F-16 dan F-5 hanya tinggal beberapasaja yang bisa diterbangkan.Begitu pula persenjataan TNI AD. Sebutsaja beberapa jenis panser dan tankbuatan Inggris tahun 1960, seperti Saladin dan Saracen, yang sampai sekarangmasih tetap ‘terpaksa’ dioperasikan.Minimnya AnggaranKeterbatasan alutsista hanyalah salah satu dari sejumlah kendala yang dihadapi TNIdalam upaya mewujudkan amanat UU No34/2004 tentang TNI. Yakni menjadikanprajurit TNI profesional dan sejahtera.Alokasi anggaran pertahanan yang diberikan oleh negara dalam beberapa tahunterakhir ini memang sudah meningkat. Kalau dalam tahun 2005 Departemen Pertahanan mendapat anggaran Rp 21,9 triliun,tahun 2006 naik jadi Rp 28,22 triliun,tahun 2007 bertambah lagi mencapai Rp32,64 triliun lebih dan dalam tahun 2008dianggarkan sebesar Rp 33,88 triliun.Namun besaran angka tersebut hanyasekitar 1 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Angka ini relatif jauhlebih kecil dibandingkan yang diterimaoleh negara-negara lain di ASEAN. Sebutsaja misalnya Singapura dan BruneiDarussalam yang mencapai 5 persen dariPDB-nya. Malaysia mengalokasikan 2persen. Sedangkan Filipina dan Thailandsekitar 1,5 persen. Vietnam bahkan beranimenyediakan anggaran hingga lebih 6persen dari PDB-nya.Besarnya alokasi anggaran bisa membuat negara yang bersangkutan memilkiefek tangkal terhadap negara lain di sekitarnya. Negara tetangga atau pesaing tidakakan berani ‘neko-neko’. Mereka harusberpikir seribu kali walaupun hanya untuksekadar melintas atau menyusupkan kapalatau pesawat tempurnya ke wilayah teritorial negara lain. Apalagi jika negara itudiketahui punya peralatan perang lengkap,termasuk alat pendeteksi yang canggih.Kecilnya anggaran yang diterima Dephan membuat lembaga ini sulit untuk bisamenambah dan memperbarui alutsistabagi TNI. Karena sebagian besar anggaranitu habis terserap untuk membayar gajidan belanja rutin. Baik itu untuk gaji PNSdan prajurit yang ada di Dephan, MabesTNI maupun di ketiga matra, darat, lautdan udara. Bahkan sisa anggaran yang takseberapa itu masih harus dibagi-bagiuntuk kebutuhan rutin seperti pengadaanbarang dan jasa, pemeliharaan senjata,fasilitas militer, pengamanan perbatasandan pos bela negara.Dirjen Perencanaaan Pertahanan Dephan Tedjo Edhy Pudjianto pernah mengemukakan kepada pers bahwa dari totalanggaran yang diturunkan, sekitar 60persen untuk ‘makan’ dan sisanya untukmembangun kekuatan TNI. Dalam kondisi seperti ini, mau tidak mau, Dephandan TNI harus menerapkan prioritaskebijakan pertahanan.Yakni kesiagaanoperasional, kesiapan operasi dan kesejahteaaan prajurit beserta keluarganya.Kendati begitu, keterbatasan anggaranini tidak melunturkan semangat TNIdalam mengemban tugasnya sebagaimana yang diamanatkan dalam UU 34/2004. Baik itu tugas perang maupunATNI memasuki usia ke-62 tahun dengan sumberdaya ya