Page 31 - Majalah Berita Indonesia Edisi 49
P. 31


                                    BERITAINDONESIA, 08 November 2007 31LINTAS TAJUKAntara LDR, Fungsi Intermediasi, dan Sektor RiilPeningkatan loan to deposit ratio tidak selalu paraleldengan perbaikan pembangunan sektor riil.ank Indonesia mengumumkanbahwa loan to deposit ratio(LDR) yakni perbandingan antara penyaluran kredit terhadappenghimpunan dana masyarakat sampaiAgustus 2007 meraih peningkatan yangtertinggi pasca krisis ekonomi, yaknimencapai 67,3%. Dengan peningkatanseperti itu, bank sentral pun optimisproyek pencapaian peningkatan kreditselama 2007 sebesar 22% bisa direalisasikan dengan pertumbuhan rata-rata perbulan Rp17,6 triliun. Peningkatan itumenunjukkan, bahwa kinerja perbankandalam pelaksanaan fungsi intermediasisudah semakin baik. Namun oleh beberapa pihak, data bank sentral itu tidakserta merta ditanggapi positif terutamadalam kaitannya dengan pembangunan sektor riil. Beberapa harian nasional pun memberikan tanggapan berbeda mengenai hal ini.Harian Bisnis Indonesia(9/10) misalnya, menyatakan, bila hanya melihat data itu, memang patutbangga ataskinerja industri perbankan nasional. Namun, sebaiknyalebih seksama melihat data tersebutsebab peningkatan angka penyaluran kredit bisasaja disebabkan oleh pembelian obligasi oleh bank yangdibukukan sebagai penyalurankredit, seperti diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang baru-baruini dikeluarkan. Artinya, angka yangdiumumkan BI itu belum tentu nilai kreditnyata tapi bisa saja hasil rekayasa keuangan semata. Menurut harian ini,beberapa bankir juga masih mengeluhkansusahnya menyalurkan kredit ke sektor riilkarena kondisi ekonomi belum kondusifdi sektor tertentu. Nilai kredit yang sudahdisetujui, tetapi belum dicairkan nasabah(undisburst loan) juga masih cukuptinggi. Jadi, menurut Bisnis Indonesia,fakta itu menggambarkan iklim duniausaha yang masih enggan bergerak cepat.Harian Republika (9/10) juga menyatakan hal senada. Kenaikan LDR yangdiumumkan Bank Indonesia itu menunjukkan kinerja perbankan membaik.Itu mengartikan, bahwa kredit perbankanmulai mengalir ke berbagai sektor yangboleh jadi menghadirkan optimisme bagipertumbuhan ekonomi, khususnya disektor riil. Membaiknya indikator kinerjaperbankan tersebut diharapkan tak hanyaterjadi dalam jangka pendek, melainkanbisa terus terjaga sehingga sektor riildiharapkan mampu berkontribusi besarterhadap pertumbuhan ekonomi. Namun,membaiknya kinerja perbankan itu,menurut harian ini, jangan membuat kitaterlena, sebab angka-angka indikatortersebut masih dibayangi sedikit kekhawatiran terkait kualitas kredit. LDRdan penyaluran kredit boleh saja membaik. Tapi, sebaiknya banksentral sebagai otoritas perbankan perlutetap memerhatikan dan mencermati kesektor apa kredit tersebut bergulir. Jikamengalir ke sektor yang produktif bolehlah berharap bahwa fungsi intermediasi sudah mulai pulih, tapi jikabegulirnya lebih ke arah sektor konsumtif,berarti fungsi intermediasi perbankanbelum berjalan seperti yang diharapkan.Salah satu fungsi utama bank adalahintermediasi, yakni memberikan pembiayaan ke sektor produktif sehinggamampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa intermediasi, sulit bagiperbankan untuk menjadi motor penggerak ekonomi. Dan intermediasi tanpakualitas kredit yang baik, bukan takmungkin hanya akan menambah beban,hal yang tidak diharapkan terjadi. Tapi,indikator kinerja perbankan yang membaik itu juga tidak diharapkan menjaditidak berarti.Sementara harian Indo Pos (15/10),memberikan pendapat yang agak pesimis.Walaupun LDR naik, tapi penyalurankredit belum sesuai harapan. Artinya,potensi yang bisa diberikan perbankanuntuk sektor riil sebenarnya bisa lebihbesar daripada yang saat ini. Penyebabkendala penyaluran kredit ke sektor riiladalah prinsip kehati-hatian (pradentialbanking system) perbankan yang berlebihan sehinggabahkan potensi debitor UMKM (usahamikro, kecil, danmenengah) yangbisa menjadi sarana diversifikasi risiko belum banyakdisentuh. Penyebab lainnya adalah kesiapan untuk memanfaatkan kredit perbankan sektorriil sendiri belum sepenuhnya berjalan.Akibatnya, terjadi stagnasi usaha. Itu pulalah yang membuat peningkatan angka undisbursedloan (kredit yang telah disetujui tapi tidak disalurkan).Jadi, meski bank telah membuka keran kredit lebih besar,tapi penyerapan dunia usahatidak maksimal.Dalam konteks daerah, BankPembangunan Daerah (BPD)masih banyak menyimpan danadi instrumen yang aman sepertiSBI. Meski tidak ada larangan bagi bankuntuk menaruh dana di SBI, hal tersebutmenurut harian ini jelas kontradiktifterhadap upaya untuk menggerakkansektor riil. Itulah penyebabnya sehinggaketika indikator makro ekonomi Indonesia cukup positif, ternyata kinerja ekonomimikronya jauh tertinggal. Sektor riilbelum bisa memberikan signifikasi terhadap pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, serta pementasankemiskinan. Karena itu, saran harian ini,perlu dorongan lebih kuat agar bank daerah lebih fokus menjalankan fungsi intermediasi daripada mencari aman. „ MSB
                                
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35