Page 49 - Majalah Berita Indonesia Edisi 54
P. 49


                                    BERITAINDONESIA, 31 Januari 2008 49LINTAS TAJUKRakyat Miskin di Negeri SuburUntuk mengatasi kenaikan harga bahan pangan,pemerintah harus memacu peningkatan produksi.erbagai bahan pangan belakangan ini mengalami lonjakanharga di pasar global, termasukIndonesia. Di samping melemahnya produk dunia, naiknya hargaminyak mentah menjadi pemicu. Banyakperusahaan di berbagai negara mulaimemproduksi bahan bakar nabati (biofuel) dengan bahan baku jagung, kedelai,singkong, jarak, gandum, dan crude palmoil (CPO). Produsen biofuelitu berani membayar hargabahan itu lebih mahal darikonsumen tradisionalyakni konsumen untukbahan pangan.Di Indonesia, kedelai misalnya, yanghampir separuh kebutuhannya diimpor, mengalamikenaikan hargahingga dua kalilipat. Pemerintah memangsudah berusahamengatasi dengan menghapuskan bea masuk kedelai.Namun, cara itu menurut berbagai pihak bukanlah solusi jitu.Seharusnya, yang dilakukan pemerintah adalah memacu peningkatanproduksi. Belakangan, setelah kedelai dan terigu, harga minyak gorengjuga mengalami kenaikan. Kenaikankenaikan harga ini jelas akan menambah barisan pengangguran sekaligusmemperlebar jurang antara si kaya danmiskin. Demikian benang merah tajukharian-harian terbitan Ibu Kota pekanpekan terakhir Januari lalu.Harian Koran Tempo (16/1) misalnyamenyebutkan, persoalan perut bangsa iniselalu menjadi masalah setiap saat. Setelah didera urusan kenaikan harga beras,naiknya harga kedelai juga membuatkhalayak kelimpungan. Ini bukti bahwabangsa ini belum bisa mengurus sektorpertanian dengan baik. Solusi jangkapanjang, harian ini menyarankan agarpemerintah menggenjot poduksi dalamnegeri. Kemauan kuat pemerintah sangatdiperlukan dalam hal ini, misalnya,mangatrol jumlah produksi lewat penyebaran benih unggul yang merata ke seluruh daerah. Pada saat yang sama, pemerintah harus memperbaiki tata niaganya karena petani selama ini mendapatkan margin keuntungan yang kecil. Sebagai negara agraris, negeri yang subur dansumber air yang melimpah, Indonesiasudah selayaknya memperkuat kembalisektor pertanian. Harus dibuktikan, walaumenyukai tempe, bangsa ini bukanlah“bangsa tempe”.Sementara Suara Pembaruan (18/1)menyoroti masalah pangan ini menyebutkan, keserakahan, ketidakpedulian, dansalah kelola membuatbangsa ini tidak beranjak dari kemiskinan danketerpurukan. Sektor pertanian yangpernah menjadi perhatian serius, kiniberantakan. Presiden Soeharto ketika masih berkuasa, tak jemu-jemu meninjau kawasan pertanian dan berdialog dengan petani. Soeharto yang mengaku anak petanidan tumbuh di desa kecil itu tak perlubergelar doktor pertanian, tapi pengetahuannya membuat pejabat DepartemenPertanian merasa tidak ada apa-apanya.Tahun 2008 ini, negeri ini disambut dengan ledakan harga kedelai yang membuat rakyat miskin terpukul. Ledakan harga tepung terigu, gula dan jagung tinggalmenunggu waktu. Jalan pintas denganmenurunkan bea masuk impor dan pembagian benih bukan solusi. Harus ada perencanaan dan strategi jangka panjanguntuk memperbaiki dan mengembangkansektor pertanian. Kebanyakan petani danpengusaha di sektor agribisnis bekerjasendiri tanpa bantuan pemerintah. Sejumlah pejabat hanya meninjau,memuji-muji,lalu pergi. Revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan yang dicanangkanJuni 2005 akhirnya hanya sebatas slogan.Masih terkait kenaikan harga bahan pangan, harian Investor Daily (16/1) menghubungkannya dengan kesenjangan sosial.Menurut harian ini, Pemerintah boleh sajabangga dengan petumbuhan ekonomi 2007yang diperkirakan 6,3%, bangga denganstabilnya kondisi ekonomi makro dankegairahan sektor finansial. Juga banggadengan turunnya angka penduduk miskinper Agustus 2007 dibanding enam bulansebelumnya. Tapi ternyata data BPS menunjukkan kesenjangan ekonomi justrumelebar. Kenaikan harga pangan yangdiprediksi bakal terjadi tahun ini akibatlonjakan harga beras, jagung, kedelai, dan gandum di pasarinternasional, akanmemperpanjangbarisan penduduk miskin sekaligus memperlebar jurang kayamiskin. Karena itu,pemerintah haruslebih serius mengatasi kesenjangan ekonomi-sosial denganmenstabilkan harga bahan kebutuhan pokok,membuka lapangan kerja,meningkatkan produksi dalam negeri, dan memperbaikiiklim investasi.Sedangkan harian Kompas (22/1),khusus menyoroti kenaikan harga minyakgoreng. Disebutkan, baru sepekan dihadapkan pada lonjakan harga kedelai,persoalan baru harus dihadapi lagi yaknikenaikan harga minyak goreng curah.Keadaan seperti ini tentu sangat tidakmenguntungkan karena ini berkaitandengan ancaman meningkatnya angkapengangguran dan kemudian kemiskinan.Menurut harian ini, bangsa ini tidakmungkin terus berlindung di balik pasarbebas. Bangsa ini mempunyai kemampuan untuk membangun negeri, membantu mereka yang terimpit, dan mencukupi kebutuhan hidup seluruh masyarakat. Seperti pendapat Mahatma Gandhi,dunia ini pasti bisa menghidupi semuaorang, sepanjang tidak ada yang rakus.Karena itu, tugas pemerintahlah untukmengatur agar semua warga mendapatkesempatan untuk bisa hidup. Apalagi tidak seperti kedelai, minyak goreng mampu dihasilkan sendiri oleh negeri ini. „ MSB
                                
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53