Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 55
P. 37


                                    BERITAINDONESIA, 20 Maret 2008 37LENTERAgelombang elektronik menjadi realitasdari sistem selektif yang dimaknaisebagai “tradisi”. Kedap terhadappengaruh luar (impact) dari televisi danseluler membuka peluang jelajah senimereka ke arah yang lebih acak.Pengaruh “imperialisme media”seperti televisi mengikis “imperialismekultur” dalam kehidupan santri selamadi asrama. Mereka nyaris “kedap”dengan pengaruh MTV, cable, byte,radio, video, atau wire. Para santri AlZaytun bukanlah generasi pemirsa aktifyang punya antusias terhadap ideologimedia. Mereka terhindar dari generalideological effect (pengaruh ideologisumum) yang diproduksi televisi melaluipesan-pesan acara (program),manipulasi pemirsa, dan iklan.Selama proses ajar, satu-satunya yangmereka dapatkan adalah input informasidari para pengajar, atau pertemuan tiappekan dengan keluarga. Dengan sistem“kedap” inilah yang nantinya akanmenjadi pemancing eksplorasiberkesenian para santrinya. Status parasantri yang menjadi “pemirsa pasif”membuat mereka mengikis pengaruhluar dan kembali pada identitaspencarian mereka semula. Apapun yangterjadi di Amerika, tidak otomatismerebak di sini. Santri Al-Zaytun tidakakan pernah merasa gelisah denganharga tiket pertunjukan grup musik rockMy Chemical Romance yang mentasakhir Januari 2008 lalu, misalnya.Kehidupan seni para santrinya akanmengarah pada ketangguhan tiappersonilnya. Filosofi musik indie akanmenjadi bentuk seni di Al-Zaytun dimasa mendatang. Spirit musik indieyang terkenal dengan “Do It Yourself”,menjadi selaras dalam kehidupankeseharian di Al-Zaytun.Al-Zaytun dilambari nilai-nilaikemandirian dan kebersamaan. Tinggalbagaimana di masa mendatang AlZaytun mampu mewadahi seni indie inisebagai “gerakan seni” indie sebagai seniyang direstui, tumbuh dan berkembang.Karena semangat independen, semangatkemandirian-kebersamaan-gotongroyong sudah menjadi realitas parasantri Al-Zaytun sehari-hari.Kemandirian dalam ritus kehidupanpara santrinya, menyebabkan kita bisamemproduksi makna baru dalam polaberkesenian mereka yang indie. Makakita bisa menyebut mereka “santriindie”.Pihak Al-Zaytun patutlah merayakansemangat indie para santrinya sebagaiproses berkesenian yang mantap. Jikakeselarasan itu terpenuhi, para “santriindie” akan terus memproduksi maknaberkesenian mereka dengan semangat“Do It Yourself”. Gerakan-gerakan kecilmereka akan mengarah pada pencarianjati diri yang subtil.Kelak, di masa mendatang, tak bisadihindari akan muncul identitas seniyang menempati gorong-gorong budaya.Kekayaan hidup berkesenian para santriakan mengarah pada kehidupan seniunderground. Jika Al-Zaytunmemberikan peluang dan kesempatanseluas-luasnya, Insya Allah, keberadaanseni indie Al-Zaytun akan menjadiidentitas yang mantap. Dan beri tabik,ucapkan selamat datang bagi santri-”santri indie” Al-Zaytun. „ TIM-CUSSantri nisa tidak dibedakan dengan rijal untuk menekuni segala jenis seni di Al-Zaytun.
                                
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41