Page 58 - Majalah Berita Indonesia Edisi 56
P. 58
58 BERITAINDONESIA, 1 Mei 2008BERITA BUDAYATetap Hidup Selamanyaunia sudah mengakui bahwabudaya Toraja termasuk salahsatu budaya terunik di duniayang masih bertahan hinggaera modern ini. Namun, bicara soalbudaya Toraja, kebanyakan orang menganggap bahwa keunikan budaya darisuku yang terletak di Provinsi SulawesiSelatan ini terdapat pada upacara kematian atau prosesi penguburan orangmeninggal. Padahal, kalau hanya tingkatkeunikan upacara kematian yang tinggisaja mungkin banyak di lain tempatseperti upacara pemakaman di Bali,Sumbawa dan lainnya.Menurut pendapat beberapa ahli budaya seperti Stanislaus Sandarupa, DosenFakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, keunikan budaya Toraja sesungguhnya terletak pada kepercayaandan praktik-praktik budaya yang memperlakukan orang mati itu. Jadi bukanhanya dalam prosesi penguburan saja.Dalam sistem kepercayaan orang Toraja yang disebut Alukta (Aluk Tolodo),kehidupan dipercayai sebagai suatu halyang berputar, dimana manusia berasaldari langit, turun ke bumi (menjalanikehidupan di bumi), kemudian kembalilagi ke langit. Disebut Aluk Todolo, untukmenggambarkan bahwa kepercayaan iniasli ciptaan leluhur orang Toraja.Pandangan ini tampak dalam semuaaspek budaya Toraja. Misalnya, dalamlagu-lagu duka (badong). Narasi bergerakdalam tema ini: manusia lahir di langit,turun ke bumi dan kembali lagi ke langit.Pandangan itu juga tampak dalam arsitektur bangunan rumah tongkonan danlumbung alang dimana bangunan didirikan mengikuti gerakan dari selatan keutara sampai titik zenit tertinggi atausebaliknya, dari utara ke selatan, kembalike langit tertinggi.Dari sudut pandang budaya Toraja, orang yang sudah mati secara biologisdipandang sebagai orang yang hanya'sakit' sebelum upacara adat dilakukan.Menurut mereka, orang mati tidak pernah mati. Hal tersebut diberlakukan tidakhanya sebagai suatu pandangan hidup,melainkan dipraktikkan dalam keseharian. Si 'sakit' tetap diberikan makantiga kali sehari. Mereka juga sangat akrabDOrang yangsudahmeninggalmendapattempat khususdalam budayaToraja.dengan si 'sakit'. Mereka tidur bersama si'sakit'. Bahkan di Toraja Utara, kalaupasangan hidup meninggal, sang istri atausang suami yang ditinggalkan, tidurbersama jenazah di ranjang dan kelambuyang sama.Misalnya, jika suatu saat seorang kakekmeninggal. Sebagai orang 'sakit', jasaddimasukkan ke dalam 'peti sementara' danditidurkan di kamar tidur ruang selatanrumah tongkonan. Jasad ditidurkandengan kepala mengarah ke matahariterbenam dan kaki ke arah matahariterbit, layaknya seperti cara orang hiduptidur menurut budaya Toraja. Dan karenasi kakek dianggap masih berada di alamkehidupan, ia tetap diberikan makan tigakali sehari (pagi, siang, dan malam). Yangmembawa makanan selalu berkata, \ngunlah kakek, makanan dan minumanmu sudah ada.\terutama pada malam hari, anggotakeluarga dan para tetangga berkumpul didalam rumah, bercerita sambil bermaindomino dan minum kopi agar tahanbegadang. Kalau sudah lelah mereka tidurdi sekitar si 'sakit'.