Page 59 - Majalah Berita Indonesia Edisi 56
P. 59


                                    BERITAINDONESIA, 1 Mei 2008 59BERITA BUDAYASelama menunggu pelaksanaan upacara, jasad dibaringkan di rumah tersebutselama berminggu-minggu, berbulanbulan, bahkan bertahun-tahun, tergantung pada kesediaan keluarga untukmelaksanakan upacara. Bahkan kabarnya,ada yang pernah lebih dari dua puluhtahun. Maka bagi orang luar suku Toraja,sepintas akan sulit membedakan manarumah yang ada orang 'sakit'-nya danmana yang tidak.Tapi, bila diperhatikan secara seksama,sebenarnya ada pertanda yang membedakan hal tersebut. Di depan jalan dekatsebagian rumah tongkonan akan dijumpaiadanya bendera putih. Bendera putihinilah yang menandakan bahwa di tongkonan tersebut ada yang 'sakit' yakni orang meninggal yang belum diupacarai.Dalam budaya Toraja sendiri, kuburanasli disebut banua tang merambu (rumahtanpa asap). Disebut rumah tanpa asap,karena di dalamnya tidak ada dapur yangmerupakan simbol kehidupan.Orang 'sakit' itu sering disebut 'tomasaki uluna' yang artinya, orang yangkepalanya sakit. Atau 'to makula' yangberarti, orang yang panas. Ungkapanungkapan metaforis dan bendera putihtersebut, menurut Stanislaus Sandarupa,dalam tulisannya di Harian Kompas,bersifat ambigu. Artinya, ungkapan itumengandung makna ketakutan akankekuatan alam gaib, tetapi pada saat yangsama juga berisi keinginan untuk menguasainya. Sementara alasan menyimpan si'sakit' berlama-lama, menurut komentarkeluarga si 'sakit' sebagaimana ditulisStanislaus, adalah agar keluarga dapatmelakukan upacara dengan tepat dan baiksesuai dengan strata sosialnya. Selain itu,agar semua anggota keluarga terutamayang di perantauan bisa menghadiriupacara.Sedangkan upacara penguburan dalambudaya Toraja biasanya dilakukan sesuaidengan strata sosial keluarga yang meninggal. Pada keluarga yang strata sosialnya tinggi, upacara dilakukan dua kali.Upacara pertama yakni upacara yangdisebut aluk pia, biasanya berlangsungselama lima malam. Kemudian upacarayang kedua yang disebut aluk dio rantebiasanya dilangsungkan selama duamalam atau lebih.Tenggang waktu antara upacara pertama dan kedua bisa berbulan-bulanbahkan bertahun-tahun, tergantungkesiapan keluarga. Selama menunggupenyelenggaraan upacara kedua, si 'sakit'ditidurkan di atas rumah dan tetapdiperlakukan sebagai orang hidup. Yakni,memberinya makan tiga kali sehari.Pada upacara yang kedua, ritus pertamayang dilakukan adalah ma'tundan, yangberarti membangunkan dari tidur. Posisinya lalu diubah ke posisi orang mati.Setelah melakukan beberapa ritus lainnya,ritus terakhir adalah memutus hubungandengan rumah tongkonan dan lumbung.Secara simbolis ia diputuskan dari rumpun keluarga dan kampung halamannya.Tetapi, ia diputuskan bukan untuk pergiselamanya. Ia tetap diharapkan menjadinenek moyang mereka yang aktif membangun hubungan kembali dengan oranghidup, terutama diharapkan akan kembalimelipatgandakan apa yang sudah dikorbankan kepadanya.Karena keunikan budaya Toraja ini, TheHistory Channel dari TV Fox Amerika Serikat sebagaimana dituturkan StanislausSandarupa, telah memilih budaya Torajaini bersama budaya Minangkabau dariIndonesia untuk ditayangkan dalam 12episode rites of passage dari bebagaipenjuru dunia pada Mei mendatang. „ MJBUDAYA UNIK: (searah jarum jam dari kiriatas) Rumah tradisional Tongkonan ; Barisanpatung terbuat dari kayu yang merepresentasikan mereka yang sudah meninggal.Patung-patung ini menjadi ‘pelindung’ kuburan(tengah) ; Semakin banyak tanduk kerbau yangdigantung di depan rumah berarti semakinkaya keluarga/suku pemilik rumah itu ;Kumpulan tengkorak di sebuah gua.foto-foto: weltrekordreise.ch
                                
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63