Page 33 - Majalah Berita Indonesia Edisi 64
P. 33
BERITAINDONESIA, Februari 2009 33BERITA EKONOMIdiumumkan pemerintah beberapa waktuyang lalu yakni, mengatasi risiko pengangguran baru akibat imbas krisiskeuangan global, mengelola inflasi padabatas tertentu, menjaga pergerakan sektorriil, mempertahankan daya beli masyarakat, melindungi kelompok yang berada digaris kemiskinan, memelihara kecukupanpangan dan energi, serta memeliharaangka pertumbuhan ekonomi yang pantas, setidaknya mencapai 4,5 persen.Dalam konteks mengatasi dan mengantisipasi berbagai persoalan itulah diperlukan kebijakan paket stimulus sepertiinsentif fiskal untuk menggerakkan sektorriil dan mendongkrak daya beli, sementara belanja pemerintah sangatdiharapkan mengucur dalam porsi yanglebih besar untuk membangun infrastruktur supaya menciptakan lapangan kerja.Walaupun berbagai masalah disebutkantadi saling bertalian satu sama lain, namunpemutusan hubungan kerja (PHK) besarbesaran adalah momok paling menakutkandi antara dampak krisis global sekarang.Menurunnya permintaan produksi disektor riil, akibatnya sudah dirasakan olehribuan pekerja yang telah di PHK.Berbagai perkiraan menunjukkan, PHKtahun ini masih bakal terus berlanjut. Organisasi Buruh Internasional (ILO) misalnya, memprediksi angka pengangguran diIndonesia akan bertambah 170 ribu hingga650 ribu orang pada 2009. Itu artinya, angkapengangguran tahun ini bakal mencapaidelapan persen lebih dari total angkatankerja. Menurut catatan ILO, Januari 2009saja, jumlah pengangguran di Indonesiatelah bertambah 24 ribu orang.“Pemerintah harus mempercepat realisasi stimulus fiskal untuk mengantisipasihal tersebut,” kata Programme ManagerILO Jakarta Marcus Powell pada seminarsehari Serikat Buruh di Jakarta, Selasa (3/2) sebagaimana dilansir harian InvestorDaily.Hal senada dikatakan Deputi BidangStatistik Sosial Badan Pusat StatistikArizal Ahnaf. Menurutnya, pemerintahperlu mempercepat dan mengarahkanstimulus fiskal pada kegiatan-kegiatanyang bisa mengurangi jumlah PHK.Dilihat dari alokasi, secara garis besarsasaran stimulus yang diinginkan sudahcoba disentuh. Misalnya, tercatat puluhansektor yang dianggap layak, menerimaberbagai insentif pemerintah berupa penangguhan pajak. Kriteria penerimanyaadalah usaha yang menyerap banyak tenaga kerja, berorientasi ekspor, danmemproduksi barang yang banyak dibutuhkan masyarakat.Tapi bagi beberapa pihak, hal itu dikesankan sebagai upaya pemerintah yangingin menyenangkan sebanyak mungkinpihak. Sehingga, langkah tersebut dianggap kurang fokus dan tajam.Dari informasi yang didapat, sebagianbesar stimulus itu memang diberikandalam bentuk penghematan pajak sertasubsidi pajak dan bea masuk, bukanbelanja langsung pemerintah. Langkah itumenurut beberapa pihak tidak terlaluefektif mendorong permintaan dan menaikkan pertumbuhan ekonomi. Tapijustru ditakutkan bisa merusak aparat.Menurut mereka, memang mustahilbisa memuaskan semua pihak. Namun,dalam revisi APBN 2009 dan penyusunanpaket stimulus ini, ada kesan DepartemenKeuangan dipaksa berkompromi dengankepentingan politik penguasa dalammerebut hati konstituen, sebagaimanatercermin dari stimulus berupa penurunan harga BBM beberapa waktu laluyang sejauh ini tidak berdampak terhadappenurunan harga kebutuhan pokok.Bahkan, ada pihak yang menuduhpenambahan stimulus fiskal ini tidakubahnya cara kampanye Presiden SusiloBambang Yudhoyono seiring denganmendekatnya Pemilihan Umum 2009.Alokasi stimulus dalam bentuk pemotongan pajak dan pendongkrakan belanjanegara, misalnya, disebutkan lebih bernuansa bagi-bagi uang daripada stimulusyang sesungguhnya.Pandangan yang menganggap bahwakebijakan ini adalah bagian dari kampanye menjelang Pemilu 2009, tidak terlaluberlebihan. Di bulan-bulan pemilu ini, logika berpikir seperti itu tidak terlalu disalahkan. Namun, terlepas dari logistidaknya tuduhan pihak-pihak tersebut,tidak salah bila kita lebih dulu berpikirpositif dan optimistis bahwa langkahpemerintah itu menunjukkan keseriusanpemerintah untuk menekan dampakkrisis ekonomi yang sudah mulai terasa.Dan yang jelas, paket stimulus adalahmerupakan kerja negara, bukan kerja satupartai politik atau kelompok tertentu. Jadisepanjang kebijakan itu dilaksanakandengan transparan, hal itu baik untuknegara. Dan untuk langkah pencegahanjalur dana tersebut disalahgunakan,masyarakat bisa melakukan pengawasansecara intensif.Kebijakan stimulus bisa dikatakanefektif jika tepat sasaran, berdampaksegera, dan membantu memperkokohpondasi pertumbuhan jangka panjang.Akhirnya, kita sebaiknya sabar menunggukerja pemerintah untuk merealisasikannya. Penekanan terutama perlu diberikan pada aparat pemerintah daerah karena kunci berjalannya stimulus ada didaerah, di mana 60% belanja negaraterkonsentrasi.Jika ternyata pemerintah gagal memaksimalkan penggunaan anggaran stimulusfiskal ini, berarti benarlah tuduhan orangyang menyatakan bahwa kebijakan ini tidaklebih sekadar penghias APBN saja. NGngah ke bawah antri membeli minyak goreng yang dijual dengan harga diskon