Page 30 - Majalah Berita Indonesia Edisi 65
P. 30


                                    30 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA KHAS30 BERITAINDONESIA, Maret 2009Aku Beriklan, Maka Aku PAtribut kampanye caleg telah menyebar ke sudut-sudutkota. Namun sayang, isinya relatif standar, tidak kreatifdan tidak melibatkan calon pemilih sebagai bagian darikekuatan yang akan dipilih.i setiap pemilu legislatif, senyumpara caleg terpampang dalamspanduk, banner, kaos oblong,baliho, brosur, flyer dan stiker.Dari wajah mereka ada yang mulai bisadikenali, dan terlebih sering lagi yangmasih samar-samar.Sejak pemilu 2004 lalu atribut kampanye mengalami perkembangan yang sangat pesat. Selain masih menggunakanmedia komunikasi “lama” seperti kaosoblong, pamflet, atau bendera, kini sejumlah merchandising mulai jadi sasaran.Dari situlah reklame dalam media “baru”memainkan peranannya. Memperkenalkan siapa, apa dan bagaimana caleg itu,sebelum ia dijatuhi pilihan.Tidak terlalu sulit menemui atributkampanye di ruang publik. Mulai dari jalan protokol sampai di gang sempit perumahan. Dari terminal, dinding terowongan jalan bawah tanah, pasar, jembatanlayang, bahkan di dalam bilik kamar kecilWC umum.Ruang privat keluarga pun tak terelakkan. Mulai dari kalender, piring, mug,cangkir, asbak, korek api, gantungan kunci, payung, juga jam dinding. Stiker di jendela depan rumah pun acap ditemui, kendati si empunya rumah tidak memintanya.Tommy Kurniawan dari Mata Angin Artand Design di kawasan Kemayoran sejakJanuari dan Februari lalu kebanjiran order printilan kampanye yang meningkathingga 300 persen. “Sekarang pesanannya semakin yang aneh-aneh,” ujar Tommy yang akhirnya membuka line khususuntuk digital printing untuk memenuhipesanan atribut selama masa kampanye.Yang dimaksud pesanan yang “anehaneh” tadi berupa buku agenda besertapenanya dan buku Ayat Kursi, dan gimmickyang bisa dipakai seperti jam tangan, ikatpinggang, sapu tangan, selendang, sajadah,handuk nama, sarung, dan tas pinggang.Ternyata tak cukup hanya kaos oblong,bahkan sekujur tubuh pun tak bisa dihindarisebagai “banner” tempat para caleg nyantolmemperkenalkan wajah mereka. “Kebanyakan maunya yang khas, beda daripesanan caleg lain,” tandas Tommy.Begitupun dengan dua cabang “bengkel” sablon Triharsa Karya milik Pak Gepeng di kawasan Rawamangun dan Bekasi. “Sudah tiga Pemilu, tapi baru kali inikami kebanjiran pesanan digital printing.Atribut sablon jalan terus, tapi yang digital juga terus meningkat.”Kata dia, kebanyakkan para celeg yangberiklan menggunakan banyak alternatifdalam berkampanye. Selain spanduk dansejumlah barang cetakan dengan sablon,rata-rata mereka mendobelnya denganmeng-order baliho, banner dan stikernegatif (stiker yang biasa ditempel di kacabelakang mobil), yang semua menggunakan digital printing. “Order meningkatterus, semoga bisa sampai 500 persen selama bulan Maret-April,” kata Pak Gepengbungah menyebut target produksinya.Kendati ada larangan, kita pun masihbisa kepergok pose para caleg di halamansekolah dan rumah ibadah. Pemasanganmateri iklan seperti itu kerap mengganggukenyamanan kota. Ada kesan adu banyak,semakin lebar, dan ingin berkibar yangpaling tinggi. “Keindahan” kota yangsudah sungsang-sumbel ini pun jadisemakin semrawut.Tak sulit bagi warga jabodetabek menemukan kesemrawutan kota akibat ketidaktertiban pemasangan atribut kampanye. Yang hinggap di pohon dan tianglistrik dengan ikatan yang seadanya,mudah sekali didapatkan. Tidak adajaminan keamanannya.Dalam UU Pemilu No. 10 tahun 2008 diterangkan secara eksplisit pengaturan pelaksanaan penyebaran atribut kampanyedengan memperhatikan unsur estetika.Pasal 101 Ayat 2 itu berbunyi: “Pemasanganalat peraga kampanye Pemilu oleh pelaksana kampanye dilaksanakan denganmempertimbangkan etika, estetika, kebersihan dan keindahan kota atau kawasansetempat yang sesuai dengan peraturanperundangan-undangan”. Sedangkandalam Ayat 3 mengisyaratkan pemasanganalat peraga kampanye di lokasi milikperseorangan atau badan swasta harusseizin pemilik tempat tersebut.Meski atribut kampanye caleg telahmenyebar ke sudut-sudut kota, merekasekilas tidak bisa dibedakan antara iklanyang satu dengan yang lainnya. Dari jenispemakaian media, desain, komposisi,huruf, fotografi, dan cara penyajian.Sekilas sama, hanya logo/lambangnyasaja yang berbeda. Tipikalnya bercorakpamfletan. Isi relatif standar: wajah calegdengan sedikit kalimat promosional yangDNARSIS: Kebanyakan baliho para caleg di sepanjang ruas jalan merusak keindahan kotafoto: ist
                                
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34