Page 51 - Majalah Berita Indonesia Edisi 65
P. 51
BERITAINDONESIA, Maret 2009 51Jelang PemiluAceh MemanasKeamanan dan ketertiban masih menjadi isu krusial di Provinsi NAD, terlebih menjelangPemilu 2009. Pertarungan parpol, persoalan internal, adanya friksi di tubuh organisasi,atau upaya menarik perhatian internasional diduga menjadi latar belakang terjadinyaberbagai kekerasan.alam setiap pelaksanaan pemilu,ancaman keamanan di suatu daerah selalu meningkat. PanglimaTNI Djoko Santoso memprediksi,potensi ancaman keamanan yang dapatmempengaruhi pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2009 iniadalah aksi teroris, konflik horizontal, sabotase, aksi radikal, kerusuhan massal, danseparatisme, di samping kriminalitas biasa.Khusus di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD), dengan sejarah gerakanseparatis, ancaman gangguan keamananpun lebih tinggi. Terbukti, setelah tigatahun lebih kesepakatan damai antaraPemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ditandatangani di Helsinki 15Agustus 2005, kondisi Aceh kembali memanas. Selain kekerasan bersenjata, berbagai kasus intimidasi, teror, dan penculikan pun marak terjadi.Persaingan partai di daerah ini memangcukup ketat karena, seperti diketahui, disamping partai nasional, di provinsi ini diizinkan berdiri enam partai lokal yakniPartai Aceh, Partai Aman Aceh Sejahtera,Partai Bersatu Aceh, Partai Daulat Aceh,Partai Rakyat Aceh, dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh. Jadi, di provinsiini ada 44 partai yakni, 38 partai nasionalditambah enam partai lokal yang akandipilih oleh 3.003.222 pemilih.Di antara partai-partai tersebut, PartaiAceh (PA), Partai Golkar dan Partai SIRA,pernah mengalami kekerasan. PA danKomite Peralihan Aceh (KPA) adalah duaorganisasi yang paling sering mendapatkekerasan. Tidak hanya anggota dan simpatisan, kantor dan atribut organisasi punkerap menjadi sasaran teror, baik berupapelemparan granat maupun pembakaran.Akhir Januari lalu misalnya, Kantor DPWPA Kabupaten Aceh Utara dan Kantor PABanda Aceh dilempari granat oleh orang takdikenal. Kemudian pada awal Februari,Anggota PA yang juga mantan anggota GAMZakaria Daud dan Muhammad Nur (48tahun) ditembak dua orang pengendaramotor tak dikenal di perbatasan Desa CotPaya dan Lembada, Kecamatan Batussalam,Aceh Besar. Muhammad Nur tewas ditempat sedangkan Zakaria selamat meskimengalami luka tembak di dada atas.Beberapa jam sebelumnya, Sekretaris KPAWilayah Batee Illiek, Bireun, Dedi Noviandijuga tewas ditembak di dalam mobilnyasetiba di rumah kontrakannya di DesaKampung Baro, Kecamatan Kota Juang.Seminggu kemudian, Taufik alias Benu (35),anggota PA Wilayah Aceh Barat juga ditemukan tewas dengan lima luka tembak dikamar tidur rumahnya di Desa Ujong Kalak,Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat.Pekan kedua Februari itu juga, KantorPimpinan Wilayah PA di Kota Langsadilempari granat oleh orang tak dikenal.Menurut dugaan Danrem 011/Liliwangsa, Kol. Inf. Eko Wiratmoko, insidenitu tak lepas dari perselisihan di internal kelompok tersebut. “Kemungkinan para pelaku masih orang dalam. Tak ada orang lainyang ikut campur,” kata Eko sebagaimanadikutip Majalah Gatra No.15 Tahun XV.Sementara Kapolri dalam laporansituasi keamanan pada Rapim Polri danRakor TNI akhir Januari lalu mensinyaliradanya friksi di tubuh KPA yang menjadipemicu aksi teror itu. Kapolri juga menduga adanya kemungkinan motif lain dibalik aksi itu, seperti upaya menarikperhatian internasional.Tapi, analisis itu dibantah juru bicaraKPA, Ibrahim Syamsuddin. Menurutnya,hampir seluruh mantan kombatan GAMyang bergabung di KPA dan PA patuhkepada pimpinan KPA. Tak ada satu punyang melakukan tindakan kriminal ataupun mbalelo dari sikap partai. Meskibegitu, Ibrahim mengakui bahwa sejumlah petinggi KPA sepakat untuk memintakehadiran pemantau asing saat pelaksanaan pemilu 2009.Sementara menurut Gubernur NADIrwandi Yusuf, terjadinya aksi kriminaldan kekerasan itu disebabkan tiga faktoryakni, masalah ekonomi, politik menjelang pemilu, dan narkoba. Untuk motifpolitik, Irwandi menunjuk pada aksi penggranatan dan pembakaran kantor PA, Golkar, SIRA, dan penembakan aktivis PA.Menurut beberapa pihak, kurangnyapenegakan hukum juga diduga jadi penyebab kekerasan itu. Maka, untuk meminimalisir tindakan serupa di kemudian hari,optimalisasi penegakan hukum menjadikeharusan.Menanggapi peristiwa di Aceh ini, PresidenSusilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketikameresmikan sejumlah proyek Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Niasdi lapangan Blang Padang Banda Aceh, meminta semua pihak untuk tidak menggangguperdamaian Aceh. “Saya berharap tidak adasiapa pun yang menganggu pilihan masyarakat Aceh untuk merasakan perdamaian,karena ini adalah jalan yang kita pilih dan kitakehendaki. Untuk itu, mari kita selamatkandan lanjutkan perdamaian di Aceh,” tegasPresiden ketika itu.Kembali ke masalah pemilu, terlepas dariapa alasan kekerasan itu, Panglima TNIDjoko Santoso menjamin situasi keamananpelaksanaan Pemilu 2009 di seluruh daerahdi Indonesia, termasuk di NAD. JKDBERITA DAERAHANTISIPASI: Petugas keamanan sedang berlatih dalam simulasi kerusuhan menjelang Pemilu2009foto: daylife.com