Page 19 - Majalah Berita Indonesia Edisi 66
P. 19


                                    BERITAINDONESIA, April - 15 Mei 2009 19BERITA UTAMAupeta politik baru baik di parlemen, terutama dalam rangka Pemilu Presiden.Partai Demokrat yang mengusung SBYtampil sebagai pemegang kendali dalamhal peta koalisi. Partai Golkar yang semulatampil gagah kemungkinan akan memilihmenjadi penurut yang baik jika inginberkoalisi kembali dengan SBY (Demokrat). PKS mungkin bisa bergabung, tapitidak lagi dengan syarat kadernya menjadiCawapres, walaupun sempat mengancamtidak akan berkoalisi dengan PartaiDemokrat jika Partai Golkar ikut bergabung.Sementara, siapa pesaing SBY? Megawati (PDI-P), Prabowo (Gerindra), Wiranto (Hanura) atau Sutrisno Bachir(PAN)? Sutiyoso, Sri Sultan dan lain-lain,tampaknya sudah duluan masuk kotak.Jika tidak ada perubahan dalam hal figurCapres, maka kemungkinan SBY akandengan mudah memenangkan PemiluPresiden 8 Juli 2009.Kemenangan Partai DemokratMengapa Partai Demokrat menang?Jawabannya ada dalam figur tokoh sentralnya yakni Presiden Susilo BambangYudhoyono (SBY). Dalam pengamatanBerita Indonesia, faktor penilaian subyektif atas ketokohan pemimpin partai masihsangat memengaruhi pilihan pemilih.Faktor popularitas SBY masih lebihdominan daripada mesin politik PartaiDemokrat.Jika dibandingkan dengan mesin politikPartai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), mesin politikPartai Demokrat masih jauh tertinggal.Magnit popularitas SBY mengalahkanmesin politik Golkar dan PDIP. SehinggaGolkar yang tidak lagi hanya mengandalkan ketokohan ketua umumnya,kendati memiliki kader yang lebih berkualitas dan mesin politik yang menjangkau desa-desa, ternyata dikalahkanpartai yang masih baru.Kepintaran SBY dan Partai Demokratmengelola informasi, kendati kinerja pemerintah kurang menonjol, tetapi bisadikelola seolah meraih keberhasilan.Kebijakan populis pragmatis, yang walaupun sangat tidak visioner dan tidakmendidik, seperti Bantuan LangsungTunai (BLT) diperkirakan turut memberiandil pada peningkatan popularitas SBYsekaligus memberi andil pada kemenangan Partai Demokrat. Ditambah lagipenurunan harga BBM hingga tiga kalimenjelang Pemilu 2009, yang walaupunitu sebagai akibat penurunan hargaminyak dunia (krisis global), bisa diangkatSBY menjadi seperti keberhasilan pemerintah.Kondisi ini, dalam konteks berpolitik,para pemilih ‘rasional pragmatis’ cenderung mengedepankan kepentingan sendiri, yang mendorong pemilih memilihpartai yang paling menjanjikan keuntungan. Apalagi dalam kondisi tekananekonomi, BLT, apalagi dilakukan menjelang pemilu, sangat berpengaruh padapenentuan pilihan pemilih. Bahkan BLTbisa menghapus memori kolektif publikatas kenaikan harga BBM, atau konversiminyak tanah, yang dilakukan pemerintahjauh hari sebelum pemilu.Hal ini sekaligus menunjukkan realitasdi lapangan bahwa masyarakat biasa padaumumnya tidak memiliki informasi yangcukup lengkap untuk memberi penilaianobyektif di bidang politik. Bahkan publik(kebanyakan) tampaknya tidak berusahauntuk mengenali dan mengevaluasi pandangan politik parpol sebelum menentukan keputusan partai mana yang dipilih.Kepentingan sesaat seperti menerima BLTdan politik uang justru masih sangatmenentukan.Faktor popularitas SBY sebenarnyasudah dimulai sejak Pemilu 2004, baikPemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden. Partai Demokrat yang baru lahir bisameraih suara lebih 7 persen dalam PemiluLegislatif, bahkan SBY bisa memenangkan Pemilu Presiden dengan meraih suaralebih 60 persen pada putaran kedua.Hasil berbagai survei juga menunjukkan popularitas SBY terus membaikmenjelang Pemilu Legislatif 2009. Berbeda dengan popularitas Megawati Soekarnoputri ketika menjabat presiden yangmakin merosot menjelang Pemilu 2004.Berdasarkan angka kenaikan popularitasini, dikaitkan dengan kemenangan PartaiDemokrat, hampir bisa dipastikan SBYakan mudah mengalahkan para pesaingnya pada Pemilu Presiden 8 Juli 2009nanti.Namun, sesungguhnya SBY dan PartaiDemokrat janganlah merasa telah meraihkemenangan mutlak. Secara riil, PartaiDemokrat masih hanya meraih 20 persen.Sebanyak 80 persen lagi masih memilihpartai lain yang juga berarti belum pastimemilih SBY sebagai presiden.Terjadinya pergeseran pilihan parapemilih dalam tiga kali Pemilu sejakreformasi menunjukkan berbagai kemungkinan masih bisa terjadi. Karakteristik pemilih yang cenderung labil atauperilaku pemilih yang lebih retrospektifbisa melahirkan hasil Pemilu yang mengejutkan. Terbukti, tiga kali Pemiluberlangsung pascareformasi, tiga kali pulapeta dominasi kekuatan politik berubah.Telah terbukti pula, pemenang PemiluLegislatif tidak otomatis terpilih menjadipresiden. Pada Pemilu 1999, PDIP meraihsuara terbanyak (33 persen), tapi yangterpilih menjadi Presiden adalah KHAbdurrahman Wahid dari PKB yangmenduduki peringkat tiga. Pada Pemilu2004, Wiranto, Capres yang diusungPartai Golkar sebagai pemenang Pemiluhanya berada di urutan tiga Pilpres dibawah SBY dan Megawati. Dan akhirnyadimenangkan SBY yang diusung PartaiDemokrat yang hanya meraih suara 7persen lebih dalam Pemilu Legislatif.Kemenangan Partai Demokrat bisamenjadi salah satu bukti semakin merapuhnya basis massa parpol besar danparpol lama yang telah memiliki jaringankuat, seperti Partai Persatuan Pembangunan, Partai Golkar, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. „ CRS, ANPMERAH: Dalam kampanye PDIP Maret lalu, Megawati Soekarnoputri tetap optimis kalau diamasih mendapat tempat di hati rakyat
                                
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23