Page 21 - Majalah Berita Indonesia Edisi 66
P. 21


                                    BERITAINDONESIA, April - 15 Mei 2009 21BERITA UTAMAterhadap Jusuf Kalla sebagai capres amatrendah, yaitu sekitar 1,9 persen.Selain itu, strategi untuk menarik suarapemilih, terutama pemilih yang masihragu (swing voters) dan yang belum menetapkan pilihannya (undecided voters),tampaknya kurang tepat dibandingkanPartai Demokrat dan dua partai baruPartai Gerindra dan Partai Hanura, yangmempunyai basis massa yang sama.Menurut Suhardi Suryadi, DirekturLP3ES, ada empat faktor lain yang menjadi sumber kekalahan Partai Golkar.Pertama munculnya kesadaran pemilihbahwa ideologi pembangunan tidak lagimonopoli Partai Golkar. Keberhasilanpembangunan bukan hanya karena hasilGolkar selama dalam kekuasaan. Bagimasyarakat awam, keberhasilan pembangunan adalah karya pemerintah, danpemerintah adalah presiden. MengingatPresiden SBY adalah Pembina PartaiDemokrat, partai inilah yang diuntungkan. Ini sama seperti dalam Orde Baru.Kedua, tidak berfungsinya infrastrukturpartai, terutama organisasi-organisasimasyarakat dan kekaryaan yang menjadiunderbouw sebagai mesin pengumpulsuara. Selain mengalami perpecahanseperti Kosgoro dan terbelah orientasidukungan politiknya, organisasi ini jugatidak lagi mampu mengikat masyarakatanggotanya karena kegagalan dalammengartikulasi kepentingan masyarakatdalam kehidupan keseharian. Bahkan,tidak sedikit organisasi underbouwGolkar pada dasarnya keropos.Ketiga, beralihnya dukungan keluargabesar militer ke partai lain, terutama yangdidirikan mantan pejabat militer, sepertiPartai Demokrat, Gerindra, dan Hanura.Termasuk berpindahnya pemilih inti(core voters) Partai Golkar, seperti PNS,guru, dan serikat tani, ke partai lain. Hasilexit poll menunjukkan, 19,5 persen pemilih Golkar tahun 2004 berpindah keHanura, 11,5 persen ke Gerindra, dan 13persen ke Demokrat. Meski ada pulapemilih partai lain yang beralih ke Golkar,angkanya relatif kecil, seperti 2,3 persenpemilih PKB.Keempat, ketidakmampuan PartaiGolkar menarik suara dari wilayah timurIndonesia. Padahal, Partai Demokratsendiri juga tidak menguasai wilayah ini.Hal ini karena perhatian JK sebagai wakilpresiden dalam pembangunan Indonesiatimur amat terbatas di provinsi tertentu.Nyaris NgemisKepercayaan diri dan harga diri PartaiGolkar yang menjelang Pemilu 9 Aprilbegitu tinggi, tiba-tiba hilang. Bahkan,paling memprihatinkan, jika harga diripartai pun cenderung digadaikan demikepentingan pragmatis kekuasaan sesaat.Ketika kenyataan Partai Golkar mengalami kekalahan, Jusuf Kalla dan beberapa petinggi partai yang berharap diangkat jadi menteri (barangkali), tanpasungkan dan rasa malu, berbalik melangkah mendekat ke SBY dan Partai Demokrat.Amat menyedihkan, jika gelagat merekayang amat pragmatis untuk selalu dalamlingkaran kekuasaan dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat dan bangsa,bahkan terlihat seperti memohon belaskasihan dan nyaris mengemis untuk bisaditerima berkoalisi dengan Partai Demokrat. Golkar tak sungkan bagai menjilatludah sendiri. Kata yang telah diucapkanbagai tak bermakna. Nyaris tidak adakonsistensi sikap. Ironisnya, dengan dalih(eksploitasi) demi kepentingan bangsayang lebih besar, sikap oportunis ditunjukkan tanpa sungkan demi kepentingan pragmatis meraih kekuasaan.Menteri Koordinator KesejahteraanRakyat Aburizal Bakrie, yang juga anggotaDewan Penasihat DPP Partai Golkar,mengatakan untuk koalisi, partainyamencari yang terbaik untuk bangsa.Apakah Susilo Bambang Yudhoyono yangterbaik untuk Golkar, ia berujar, “Lihatsaja pencapaiannya. Jika pencapaiannyaterbaik, ya, terbaik.”Pendapat senada juga dikemukakanKetua Dewan Pimpinan Pusat PartaiGolkar Burhanuddin Napitupulu, danKetua Fraksi Partai Golkar Priyo BudiSantoso yang dengan tegas menyatakanpartainya lebih baik berkoalisi denganPartai Demokrat.Priyo Budi Santoso menegaskan, mayoritas pengurus partai Golkar lebih memilih berkoalisi dengan Demokrat ketimbang PDI Perjuangan (PDIP). Meskidemikian, Golkar tidak akan menutupkemungkinan berkoalisi dengan PDIP.Menurut Priyo, berdasarkan hasil rekomendasi dalam Rapat Konsultasi partaiGolkar yang baru digelar, harapan berkoalisi dengan Demokrat lahir dari pertimbangan peluang kemenangan dalampilpres. Dengan Demokrat, katanya, adapeluang besar untuk memenangkan pilpres sehingga Golkar bisa ikut membangun pemerintahan yang kuat danefektif demi kemaslahatan bangsa.Di tengah muncul sikap mengiba itu,Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat,Susilo Bambang Yudhoyono merilis limapersyaratan Cawapres yang layak mendampinginya dalam Pilpres mendatang.Menurut SBY, lima kriteria itu dirumuskan setelah mendengarkan masukanrakyat.DILEMA: Semangat Partai Golkar yang hendak mengajukan JK sebagai calon presiden menjadibumerangBERITAINDONESIA, April - 15 Mei 2009 21
                                
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25