Page 28 - Majalah Berita Indonesia Edisi 66
P. 28


                                    28 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006BERITA KHAS28 BERITAINDONESIA, April - 15 Mei 2009sendiri. Ada Komunitas 80-an, ada jugapenggemar Prog-Rock, dan Klasik Rock.Asumsi inilah yang membuat daya belibarang bekas (khususnya musik) takpernah surut.Omen (52), pedagang kaset dan piringan hitam bekas di Pasar Taman Puringmisalnya, tidak pernah merasa surut pembeli. “Pembeli kaset bekas bukan pembelisembarangan. Mereka sangat patuh padaorisinalitas. Terserah deh, CD bajakan lebih murah dan mudah didapet, tapi punyakaset asli lebih penting dari pada kepentingan audionya sendiri. Suara bolehsember, tapi nilai koleksi dan referensinyajauh lebih tinggi. Bahkan sampul albumnya saja dikoleksi,” kata Omen yang sudahmenjual kaset bekas sejak tahun 90-an itu.Ia memperlihatkan sejumlah sampul album yang sudah menguning denganujung-ujung kertasnya yang mulai mengeripik. “Mulanya ada orang yang menjualpasokan kaset bekas, ternyata kasetnyaenggak bisa di-stel. Sedangkan sampulalbumnya masih layak disimpan. Dikumpul-kumpul, ternyata banyak juga. Eh, adaorang yang mau beli. Harganya relatifbagus,” kata Omen yang juga menjadisalah satu pengurus Komunitas PecintaMusik Indonesia itu lagi.Omen biasa menjual sampul kaset koleksi berkisar antara 25 ribu bahkan adayang mencapai 100 ribu. “Apalagi kalausampul album Soneta lengkap, Wow!Pembeli yang suka atau tidak suka dangdut pasti mau,” kata Omen lagi.Benar saja kalau kita menemukan kasetdan atau hanya sampulnya saja dari album Duo Kribo (1978), album NyanyianFajar oleh Leo Kristi (1976), duet Benyamin-Ida Royani (1973), God Bless (1976),Trio Bimbo (1972) Giant Steps (1977), ataualbum Guruh Gipsy (1976), sekadarmenyebut sedikit contoh adalah albumyang most wanted dan cover albumnyajuga tetap punya nilai pasar yang tinggi.Harga albumnya rata-rata bisa di atas250-150 ribu rupiah, bahkan bisa lebihdan harga sampul berkisar 25 ribu sampai150 ribu rupiah.Kendati teknik digital sudah menjadigaya hidup masa kini, nyatanya tidaklantas mengubur rekaman analog begitusaja. “Justru, semakin marak CD/DVDbajakan membuat kaset langka jadisemakin berharga,” ungkap narasumberdi pasar lain, Tedjo, salah seorang penjualkaset laoakan di emper gelaran pasarJatinegara.Selain musik (kaset dan piringan hitam), pasar loak jenis lain juga menjadisumber inspirasi. Pasar inpres Senen, misalnya, adalah pasar baju bekas yang paling populer di bursa barang loakan di Jakarta. Tumpukan baju, jas, jaket, pantalon, pakaian dalam wanita, sapu tangan,scarf, topi, tas, sepatu, boot, gesper, selimut, sarung bantal, gorden, hingga karpet tak lagi seperti barang yang memalukan untuk dipilih. Bukan hanya ibu-ibuyang tampak sibuk memilih, terlihat sejumlah anak abege, baik laki-laki dan perempuan. Semua seperti khafilah yangbiasa merombong mal dan plaza Jakarta.Anak-anak band, yang selalu sibuk mendandani diri mereka dengan gaya busanayang unik akan rajin menguntit perkembangan barang “baru” yang beredar disini.“Gaya berbusana anak sekarang tidakmengharuskan baju dan celana harus barukeluaran toko. Berbeda dengan remaja diera sebelumnya yang “toko minded”.Remaja sekarang lebih memilih gaya individual, enggak ingin sama denganteman-temannya. Otomatis harus unik,berbeda, dan menonjolkan identitasnya,”tutur Regina Kencana seorang penulismode dan gaya hidup yang kini menjadifashion designer.Pasar baju loak Senen menjadi salahsatu jawaban akan kebutuhan mereka.Pasar loak tentu saja menjual anekabarang yang nyaris dijual dalam jumlahsatuan. Istilahnya collected items. Bukanpartai besar. Apalagi, barang-barang yangdijual adalah “sampah” import dariHongkong, Taiwan, China, Jepang, danSingapura, otomatis merek import itu lebih mencorong di mata para pembeli kita.Maka bertaburanlah baju bekas denganmerek import yang terkenal di lokal Asiaseperti Asaka, Brimming, Reds Hk, dansederet merek terkenal dunia bisa menjadibonus kalau mau telaten mencarinyaseperti Diesel, YSL, Ralp Laurent, HugoBoss, Nautica, Union Bay, Old Navy.Sedangkan merek Burberry, TommyHilfiger, Calvin Klein, Lanvin, 2nd Floor,Balmain, House of Holland bisa menjadikejutan kalau kebetulan terselip di antaratumpukan.“Salah satu keunggulan pasar loak itukebanyakan barangnya asli. Bukan barangpalsu. Misalnya, polo shirt merek FredPerry yang beredar di pasar loak itu pastiasli, berbeda dari yang dijual kebanyakandi toko kaos atau gelaran meskipundengan kemasan plastik kemungkinanbesar itu palsu,” tambah Regina.Sejumlah desainer rajin mengunjungitempat itu. Mereka datang bukan inginmengelabui para pelanggannya denganmenjual kembali barang bekas dan menjualnya kembali. Karena fashion itu selalumengalami perputaran (recycle), pasarloak pun menjadi salah satu “pusatdokumentasi” yang paling konkret.KUNO: Para kolektor uang lama bisa memelihara hobinya dengan mengunjungi pasar loakJatinegara, Jakarta TimurDIBERSIHKAN: Pasar Manggarai tak pernah surutmenjual aneka jenis perlengkapan toilet bekasfoto-foto: dok. berindo
                                
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32