Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 67
P. 37
BERITAINDONESIA, 16 Mei - 15 Juni 2009 37LENTERAsebagai seorang penganut agama, sayamerasa berbahagia bila bermanfaat bagisetiap orang dan semesta alam, kendatidalam keyakinan yang berbeda.”Rangkaian jawaban ini membuat diatersipu. Lalu, kami mengalihkan(mengintensifkan) pembicaraan tentangajaran toleransi dan perdamaian yangdemikian baik di Al-Zaytun.Sampai kemudian, dalam percakapanitu, ada kesatuan pandangan bahwa AlZaytun sangat baik dijadikan sebagaipusat pendidikan pengembanganbudaya toleransi dan perdamaian,sesuai motto lembaga pendidikan yangdiasuh Yayasan Pesantren Indonesia(YPI) ini. Di sini, kita (siapa pun, tanpamembedakan suku, golongan danagama), bisa memetik pelajaranbagaimana hidup (berinteraksi) denganpenuh toleransi dalam hubungan yanginterdependen.Selain itu, beberapa bulan lalu,seorang rekan (teman sekolah dulu),pegawai negeri, seorang kristiani, jugabertanya hal yang sama. Katanya, iabaru berkunjung ke Al-Zaytun danbertemu Syaykh. Juga seorang sahabat,pendeta, teman sekolah juga, yangsudah lama tidak bersua, sengaja datangmenemui kami, bertanya hal sama.Secara bersahabat, kami balik bertanya,apa yang mereka pelajari dan pahamidari ajaran agama yang mereka anut,terutama dalam kaitannya denganinteraksi sosial, dengan sesama manusia(orang lain)?Lalu, kami jelaskan bahwa Al-Zaytunitu sebuah lembaga pendidikan Islamyang bisa menjadi sumber inspirasi bagisiapa pun tentang kehidupan yangpenuh toleransi dan mencintaiperdamaian. Mereka menerapkaninteraksi sosial yang interdependen.Mereka mendidik seorang muslimsupaya menjadi (penganut) Islam yangbaik. Juga menghendaki (merindukan)mendidik seorang kristiani supayamenjadi Kristen yang baik. (Penjelasanini kami kutip dari pernyataan SyaykhPanji Gumilang ketika menerimakunjungan Pendeta dan Jemaat GPIBKoinonia Jakarta dan jugadikemukakan ketika bertemu –menjawab pertanyaan - para DutaBesar dari negara-negara Islam,beberapa waktu lalu).Berguna bagi orang lain dan belajardari orang yang berbeda keyakinandengan kita, dalam interaksi yanginterdependen, itulah salah satu pesan(inspirasi) yang penting dari sekianbanyak mutiara kehidupan yang disemaidi Al-Zaytun dan dipetik daripengalaman kecil di atas sertadisampaikan dalam tulisan ini. Dan ituberlangsung dalam proses peradabanyang kata kuncinya adalah pengenalandan pengendalian diri (jati diri).Pengendalian Diri, Proses PeradabanDalam kaitan ini, kami mengangkatlead tulisan ini dengan pernyataanSyayk al-Zaytun AS Panji Gumilang:“Beraktivitas untuk mencapai masadepan yang terhormat, memerlukanpengendalian diri, masing-masing padaproporsinya. Itulah wujud salingketergantungan satu dengan lainnya(interdependensi) dalam beraktivitas.”(Khutbah Syaykh al-Zaytun AS PanjiGumilang pada ‘Ied al-Fithri 1427 H/2006 M, di Kampus Al-Zaytun, padatarikh 01 Syawwal 1427 H, 24 Oktober2006 M).Dalam khutbah yang jugadipublikasikan di web siteTokohIndonesia.com dengan judul‘Interdependensi, Fitrah KehidupanManusia’ itu, Syaykh mengatakansemakin panjang rantai salingketergantungan, individu makin banyakbelajar mengendalikan dirinya sendiri,dan individu semakin terbebas darinafsunya sendiri.Mutiara kata ini, sangat bermaknasebagai lentera, terutama dalam konteksmemahami hingar-bingar politik koalisiantarpartai dan antarelit politik dalamPemilu Legislatif 9 April 2009 danPemilu Presiden 8 Juli 2009 ini.Kelelahan publik menyaksikankeasyikan para politisi ini, pasti tidakperlu terjadi jika mereka belajar daripanjangnya rantai salingketergantungan untuk mampumengendalikan diri dan terbebas darinafsu berkuasanya sendiri.Menurut Syaykh Panji Gumilang,tokoh pembelajar demokrasi, toleransidan perdamaian itu, makin panjangnyaTIDAK SEPERTI DULU LAGI: Komunitas Tionghoa merayakan Tahun Baru China dengan khusyuk dan bebas di negeri dengan pendudukyang mayoritas muslim.