Page 40 - Majalah Berita Indonesia Edisi 67
P. 40


                                    40 BERITAINDONESIA, 16 Mei - 15 Juni 2009LenteraL ENTERA40Belajarberinteraksi danhidup bersamadengan salingmenghormatiperbedaan(kemajemukan)dalam tatananyang interdenpenmembutuhkanpemahamanbahwa selainkebenaran yangkita yakini masihada kebenaranyang diyakiniorang lain, yangsepatutnya kitahormati danhargai.foto-foto: dok berindokembali. Maksudnya, bahwa kita takkanmenemukan masa depan itu di masalalu, dan kita tidak boleh berdiam pasifmenunggu nasib. Masa depan mestiditemukan, diciptakan, ditulis dalam apayang kita kerjakan kini,” ujar Syaykh.Untuk meraihnya, Syaykhmenegaskan, sebenarnya tidak adajawaban tunggal, namun semua kitaberhak menjawabnya dengan berbagaijawaban, yang kemudian kita rangkumsebagai jawaban bersama, dan itulahwujud dari kepribadian yang mesti kitapegang teguh.Dalam hal ini, kata Syaykh, tak perlulagi kita mempertanyakan siapa diri kitanamun sebaliknya pikirkan dan lakukanperbuatan apa yang terbaik untukmeraih masa depan yang terhormat, danterus berbuat dan bekerja.Dengan demikian, Syaykhberkeyakinan bahwa masyarakat kita(Indonesia) akan terus berkembangmaju secara evolusioner menuju kekepribadian dan moral yang ideal,setelah melewati berbagai fase yangmendahuluinya. “Dari masyarakatmilitan menuju kepada masyarakatpendidikan,” Syaykh optimis.Syaykh menjelaskan, masyarakatmilitan yang dimaksud adalahmasyarakat yang tersusun sebagaimiliter, guna melakukan berbagairangkaian pengawasan terhadapkehidupan bangsa. Struktur masyarakatdari tingkat atas sampai kepada lapisanpaling bawah tersusun sebagai militan(militer) yang bertugas “perang”mempertahankan stabilitas.“Pendekatan semacam ini membawaefek yang sangat mendalam, yang sisasisanya tidak dapat terselesaikan dalamtempo singkat. Tindakan-tindakankekerasan sosial dalam berbagai macambentuknya (sekalipun beralasankebebasan dan demokrasi), itu semuamerupakan cerminan akibat dari padafase masyarakat militan yang telah kitalalui,” kata Syaykh.Syaykh menguraikan bahwamasyarakat militan itu bercirikankekerasan (yang memang kekerasandan pemaksaan pendapat masih seringterdemonstrasikan di masyarakatIndonesia). Karena itu, menurutnya,perlu dirancang dan disebarluaskansuatu bentuk pendidikan untuk belajarhidup bersama dalam damai danharmoni.“Suatu bentuk pendidikanpengembangan belajar hidup bersamadengan orang lain, dengan semangatmenghormati nilai-nilai pluralisme dankebutuhan untuk saling pengertian,toleransi, dan damai. Proses belajarhidup bersama yang akanmemungkinkan terhindarnya pertikaianatau memungkinkan penyelesaianpertikaian secara damai. Hidupbersama semacam ini memerlukansuatu proses yang dinamis, holistik,sepanjang hayat melibatkan wargabangsa secara keseluruhan,” jelasSyaykh Panji Gumilang.Menurut Syaykh, perlu disadaribahwa perubahan sosial tidak dapatsekali jadi, memerlukan ketekunan danke-lumintu-an kemauan dan tindakan.Syaykh menyarankan pendekatan kitaterhadap masa lalu harus arif, sehinggadapat kita jadikan sesuatu yang tetapbermanfaat. “Mari kita jadikan masalalu itu sebagai kumulasi pundakraksasa yang daripadanya kita dapatSyaykh Al-Zaytun dengan pimpinan rombongan Universitas Advent Indonesia saatberkunjung ke Al-Zaytun.Syaykh Al-Zaytun memberi kata sambutan di hadapan 
                                
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44