Page 25 - Majalah Berita Indonesia Edisi 68
P. 25


                                    BERITAINDONESIA, 16 Juni - 20 Juli 2009 25BERITA UTAMAUtangtelah memakan korban jiwa karena kelelahan atau terinjak-injak saat mengantre.Namun, ketika Megawati mengkritisi program BLT, saat kampanye Pemilu Legislatif,malah menjadi bulan-bulanan. Hampirsemua politisi, cendekiawan, profesor,ulama dan rohaniawan bungkam, terbawaarus populis dan pragmatis. Jadilah, arusopini publik bahwa BLT sebagai suatukebijakan unggulan yang pro rakyat.BLT dan UtangPublik kemudian sedikit tersadar,ketika Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)melaporkan hasil pemeriksaan keuanganpemerintah pusat tahun 2008 kepadaDPR, Selasa (9/6). Ketua BPK AnwarNasution BPK mengungkapkan programpemerintah dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT) ternyata anggarannyaberasal dari utang.Ironisnya, utang itu termasuk utangkomersial karena bunganya mencapai12%-13%. Bukan pinjaman lunak darilembaga internasional, yang rata-rata bunganya hanya sekitar 4%-6%. Rasionalitaspublik semakin terganggu ketika menganggap program BLT itu dipakai sebagaikampanye keberhasilan pemerintah dalam pemilu.Pemerintahan SBY pun dengan cekatandan tegas membantah, tidak benar sumber dana BLT dari utang. Walaupun sebelumnya, Menko Kesra Aburizal Bakrie(10/6) sudah menjelaskan bahwa utanghanyalah salah satu sumber belanjapemerintah. “Program pemerintah ituberasal dari anggaran yang isinya dariberbagai sumber, yaitu komponen pajak,utang dan lainnya,” katanya.Menurut Aburizal, telah terjadi salahinterpretasi dari BPK dalam memandangpola anggaran yang diterapkan pemerintah. Ical menjelaskan dalam menyusunpola budjet, pemerintah memilih seluruhkomponen, mulai pemasukan pajak,pendapatan lainnya, hingga utang, dicampur dalam satu paket.“Pendapatan yang telah bercampurdalam satu paket budjet itulah yangdipergunakan untuk belanja macammacam, baik itu proyek pembangunan,termasuk pengucuran BLT bagi rumahtangga sangat miskin,” ujar Aburizalsebagaimana dirilis berbagai media.Kendati pemerintah sudah membantah,tapi perhatian publik sudah terlanjurtertarik ingin mengetahui kebenarantentang utang pemerintah. Sebelumnyapublik sangat senang melihat dan mendengar iklan yang menyatakan utangkepada IMF telah lunas. Memang benar,utang kepada IMF telah lunas dan CGItelah dibubarkan.Tetapi, ternyata pemerintah terusmelanjutkan utang, justru dengan bungayang lebih besar (komersial) berkisar 12%-13%. Malah bukan lagi pinjaman lunakseperti sebelumnya yang rata-rata bunganya hanya sekitar 4%-6%.Dalam lima tahun terakhir, ternyatautang meningkat rata-rata Rp 80 triliunper tahun. Membengkak drastis Rp.400triliun dalam empat setengah tahunterakhir, dari Rp.1.275 triliun padaDesember 2004 menjadi sekitar Rp.1.700triliun pada 29 Mei 2009. Itu berartisetiap rakyat Indonesia, dari kakeksampai bayi baru lahir, telah terbebaniutang Rp.7,5 juta per jiwa.Bahkan, hanya dalam tempo lima bulanterakhir, utang pemerintah Indonesianaik Rp.64 triliun, dari Rp1.636 triliunpada akhir 2008 menjadi Rp.1.700 triliunpada akhir Mei 2009. Utang itu terdiridari Rp.732 triliun pinjaman luar negeridan Rp.968 triliun berupa surat berharganasional (SBN).Tereksposnya data tentang utang itudengan cepat ditanggapi pejabat pemerintah dan anggota tim kampanye SBYBoediono. Menurut mereka, melihatutang semata dari jumlah adalah menyesatkan. Mereka menganjurkan menyimakutang seraya membandingkannya denganproduk domestik bruto (PDB).Dijelaskan, 1999, rasio utang-PDB kitamencapai 100 persen. Tahun 2008 sudahturun menjadi 33 persen, dan akhir tahunini diharapkan susut lagi menjadi 32persen. Dilihat dengan cara itu, tampaklahbahwa kemampuan pemerintah dalammembayar utang semakin meningkat.Menteri Keuangan yang juga PelaksanaTugas Menteri Koordinator Perekonomian, Sri Mulyani Indrawati menilaikondisi utang pemerintah saat ini takmengkhawatirkan seperti dituding olehbeberapa kalangan.Namun penjelasan pemerintah ini dianggap kalangan pengamat ekonomi kurang pas. Disebutkan, di negara lain, utangdibandingkan dengan total cadangandevisa, total aktiva bersih pemerintah atauarus penerimaan pajak. Maka jika utangkita Rp 1.700 triliun, sedangkan cadangandevisa pemerintah hanya US$ 58 miliaratau Rp 580 triliun dan penerimaan pajakcuma Rp 660 triliun, maka utang hampirtiga kali lipat cadangan devisa.Padahal pada 2000, utang luar negerikita US$ 74,9 miliar atau 2,5 kali lipat cadangan devisa saat itu, US$ 29,4 miliar.Tahun 2004, utang luar negeri naikmenjadi US$ 82,7 miliar, dan cadangandevisa bertambah menjadi US$ 35,4 miliar. Sehingga perbandingannya dua kalilipat lebih. Maka, jika rasio ini yang dipakai, terlihat bahwa tingkat utang memangBagi masyarakat kecil, beberapa lembar uang lima ribuan sangat terasa nilainya semakin mengkhawatirkan. „ CRS
                                
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29