Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 68
P. 44
44 BERITAINDONESIA, 16 Juni - 20 Juli 2009LenteraL ENTERA44Pdt. Dr. S.M.Siahaan“Belajar Bahasa IbraniButuh Ketekunan”Meski usianya sudah 73 tahun, doktor teologi (cumlaude) lulusan Universitas Hamburg, Jerman, inimasih lugas dan antusias menceritakanpengalaman pertamanya mengunjungi kampus AlZaytun, Senin, 8 Juni lalu. “Pembicaraan kami bagussekali. Kami sudah seperti saling kenal lama. Ituenaknya, saya senang sangat akrab,” katanyasambil tersenyum saat diwawancarai Berita Indonesia di kediamannya di daerah Cipinang Muara,Jakarta Timur (10/6).Pendeta Siahaan, begitu iabiasa dipanggil,menceritakan lebih lanjutkepada Berita Indonesiatentang sambutan Al-Zaytunkepadanya, niat Al-Zaytun yangingin mempelajari bahasa Ibrani,dan apa tips-tips mempelajaribahasa tersebut.Dikatakannya, belajar bahasaIbrani membutuhkan ketekunanbahasa Ibrani kuno yang terdapatdalam Alkitab Perjanjian Lama.Ia kembali mengenang prosesbelajar saat kuliah di Jerman yangharus ia lalui agar bisa menguasaibahasa Ibrani. Pada semesterpertama, ia harus belajar 6 hari dansetiap harinya 2 jam. Kemudian padasemester berikutnya jamnya agakberkurang namun belajar membacasemakin diperbanyak. Saat itu, tiaphari ia selalu ditanya berbagai kosakata dan artinya. Tiada hari tanpabahasa Ibrani. Oleh sebab itu, iaberharap, Al-Zaytun mesti sabar kalauingin menguasai, atau setidaknyamengetahui, apa itu bahasa Ibrani.Berikut ini petikan wawancaranya.Bapak sudah pernah mendengartentang Al-Zaytun sebelumnya?Saya baru tahu sesudah mendapatkanmajalah Berita Indonesia. Tapi barupertama sekali saya mengenal daridekat. Kemudian baru pertama kalijuga melihat ponpes yang sebesar itu.Saya sangat kagum. Hanya, kemarinkita sampai di sana, belum adakegiatan mahasiswa. Dan sayamelihatnya sangat bagus, sangat besar.Penghuninya lebih dari 10.000 orang.Bapak ke Al-Zaytun dalamrangka apa?Mereka ingin belajar bahasa Ibrani,dimulai dengan satu semester.Berapa kali seminggu?Jadi kita bikin hari Rabu. Kita mulaijam 11 kira-kira sampai sore, setelahpause 2 jam. Kemudian besoknya satuhari, artinya adalagi pause-nya.Kemudian esoknya saya kembali keJakarta. Saya di sana agak lama,hampir tiga hari. Menurutpengalaman saya waktu belajarbahasa Ibrani baik di Indonesiaataupun Eropa, belajar bahasa Ibraniitu tidak cukup satu semester.Sewaktu saya menjadi mahasiswa, tiaphari belajar dua jam hampir duasemester. Saya ke Eropa belajar belumtahu apa-apa. Jadi itu yang sayapikirkan, bagaimana cara memberikanpelajaran ini supaya mereka (AlZaytun) dapat belajar sendiri dengancepat.Tapi keinginan mereka sayatangkap, kira-kira satu semester, sayapaling sedikit mengajar di sana.Walaupun itu terlalu berat bagi saya.Tapi itulah bayangan saya, belum kitabicarakan secara detail. Hanya setelahsaya sampai di sini, saya mendapatSMS dari Bapak Abdul Halim (IsiSMS: Syalom Pak Pendeta Siahaan.Bagaimana perjalanan pulangnya, tibayang sangat tinggi. Sebab bahasa yangmasih digunakan oleh bangsa Israel inibukanlah bahasa yang akrab di telingaorang.Saat seseorang belajar bahasaJerman, misalnya, orang tersebut bisabelajar lebih cepat dengan menjalinkomunikasi dengan orang Jerman.Sedangkan bahasa Ibrani menurutnya,adalah bahasa mati yang harus banyakmengetahui dulu baru bisa membacafoto-foto: dok berindo