Page 28 - Majalah Berita Indonesia Edisi 71
P. 28


                                    28 BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 ilustrasi: dendySupaya Hilir-Mudik LebaranMudik lebaran sudah usai dengan berbagai cerita dandinamikanya. Mudik yang selalu menelan ratusan korbanjiwa. Akan tetapi nyaris tidak pernah ada upaya mendasardan strategis untuk mengatasinya, walaupun DepartemenPerhubungan telah mencanangkan Road Map to ZeroAccident. Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang menyarankanperlu kebijakan mendasar menyebar departemen kedaerah-daerah sebagai salah satu solusi. Sehingga terjadihilir-mudik lebaran, bukan hanya mudik dan arus balikmudik.utinitas mudik, selain selalumenelan ratusan korban jiwaakibat kecelakaan, terlalu berdesakan dan kelelahan, jugamenggambarkan betapa terpusatnyaberbagai aktivitas pemerintahan danbisinis di Ibukota Jakarta. Untuk mengatasinya, perlu kebijakan strategis menyebarkan departemen-departemen ke berbagai daerah di Nusantara, dari Acehsampai Papua.Syayk Al-Zaytun AS Panji Gumilangmengemukakan hal itu sehubunganhiruk-pikuk arus mudik setiap perayaanIdul Fitri, Natal dan hari libur lainnya.Mudik sudah menjadi rutinitas yangdiwarnai antrian panjang, kemacetan danbanyak korban tewas kecelakaan. Arusmudik memenuhi lajur jalan keluar dariJakarta menuju berbagai daerah terutamadi Pulau Jawa. Sementara lajur jalanmasuk Jakarta sangat sepi. Tidak terjadiarus hilir-mudik.Selah itu, disusul lagi arus balik mudikyang memadati lajur masuk ke Jakartadari berbagai penjuru daerah, sedangkanlajur keluar Jakarta menjadi sepi. Tidakada arus hilir-mudik. Kembali, penumpang bis dan kereta api berdesakan, kendaraan roda empat dan dua memadatilajur jalan menuju Jakarta. Kecelakaanpun terjadi di berbagai tempat, menelankorban jiwa yang cukup banyak.Berdasarkan data Direktorat LaluLintas Mabes Polri, sejak H-7 sampai H+7Lebaran, sebanyak 728 pemudik tewasakibat kecelakaan lalu lintas. Atau, ratarata 52 orang tewas per hari. Apalagi,sebagian besar korban tewas tersebutberusia produktif, 16-30 tahun dan 31-50tahun. Bahkan anak-anak (1-15 tahun)juga banyak menjadi korban.“Lalu, bagaimana caranya agar tidakmudik saja, tapi hilir-mudik?” SyaykhPanji Gumilang bertanya, lalu dijawabnyasendiri: “Bolehkah pemerintahan Indonesia, selain Istana Negara dan pusat pemerintahan, dibagi. Kalau boleh, alangkahindahnya kalau departemen-depatemendisebar di berbagai provinsi. Sebab, terpusatnya semua departeman di Jakarta,itulah yang membikin Jakarta semakindipadati penduduk yang datang dariberbagai daerah. Sementara pendudukJakarta sangat jarang ke luar ibukota.”Menurut Syaykh Al-Zaytun, sekarangnegara ini sudah berada dalam kemajuanzaman yang sudah sangat mengglobal.Tidak ada lagi halangan jarak yang jauhdalam zaman yang sudah serba modernini. Seharusnya, kata Syaykh, perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi dan transportasi, sudah membuatjarak, waktu dan ruang tidak lagi menjadifaktor pembatas.“Sekarang, rapat sudah bisa dilakukandengan peserta yang berada di tempatyang berbeda, tanpa batas ruang, waktudan jarak. Sudah ada teknologi telekonferens dan lain sebagainya,” jelas SyaykhPanji Gumilang kepada TokohIndonesia.com dan Berita Indonesia,Senin 21/9. Memang, tambah SyaykhPanji Gumilang, kemudian pada waktuwaktu tertentu sidang kabinet, paramenteri barulah datang ke Jakarta.“Dengan disebarnya kantor departemenke berbagai kota dan daerah, maka nanti,karyawan-karyawan departemen itutersebar pula. Sehingga kalau musimmusim hari raya, Idul Fitri dan Natal,misalnya, itu terjadi hilir-mudik, tidakhanya mudik,” kata Panji Gumilang. Diamemberi contoh, orang Jakarta yangbekerja di Surabaya pulang ke Jakarta,pada saat yang sama orang Surabaya yangbekerja di Jakarta pulang ke Surabaya.Atau orang Jakarta pulang dari Medan keJakarta dan orang Medan pulang dariJakarta ke Medan. Jadi, terjadi hilirmudik. Jakarta, Surabaya dan Medan punsama-sama ramai. Demikian pula denganRBERITA KHAS28 BERITAINDONESIA, Oktober 2009Syaykh AS Panji Gumilangfoto: dok.berindo
                                
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32