Page 32 - Majalah Berita Indonesia Edisi 71
P. 32
32 BERITAINDONESIA, Oktober 2009BERITA NASIONALlebih. Kesimpulannya, sangat feasible.Sebab itu, sudah saatnya dibutuhkanpembangunan jembatan ideal yang dapatmenghubungkan Merak dan Bakauheni.Berangkat dari kebutuhan tersebut danmelihat peluang jembatan penghubungatau bentuk infrastruktur apapun yangdapat memberikan kontribusi bagi perekonomian secara umum maupun kemudahan dan kecepatan pengguna jasa penyeberangan, telah mengundang minatPT Bangungraha Sejahtera Mulia untukmerampungkan studi kelayakan awal (prafeasibility study) Jembatan Selat Sunda.Hasil pra-feasibility study yang berhasildirampungkan Artha Graha Network yangdipimpin Tommy Winata tersebut diserahkan kepada kedua Gubernur Banten,Hj. Ratu Atut Chosiyah dan GubernurLampung, Sjachroedin ZP untuk kemudiandiserahkan pemerintah pusat.Tommy Winata berkomentar, pihaknyatidak mempertimbangkan soal keuntungan dalam pembuatan pra-feasibilitystudy. Namun apabila tidak ada yangmemulai melakukan studi, JembatanSelat Sunda tidak kunjung direalisasikan.“Kalau dari hitung-hitungan bisnis yangbagaimanapun tidak akan untung membuat studi semacam ini, tetapi kalau tidakada yang memulai maka siapa yang akanmembangun jembatan ini,” tuturnya.Menurutnya, masih membutuhkanstudi lebih dalam lagi untuk menentukanstruktur terbaik dari jembatan terpanjangdi dunia ini karena kalau jadi dibangunmemiliki panjang lebih dari 30 kilometer.“Bentang tengah terpanjang di dunia saatini mencapai 2.200 meter, dalam pra-feasibility study Jembatan Selat Sundapunya bentang tengah mencapai 3.800meter,” ujarnya.Pembuatan pra-feasibility study jembatan Selat Sunda berawal ditandatanganinyaMemorandum of Agreement pada 3 Oktober 2007 dengan mengikutsertakan konsultan terkenal, Wiratman Wangsadinata.Sementara itu, pemerintah pusat telahmemegang lima kajian. Selain opsi jembatan, ada juga alternatif akses berupaterowongan dasar laut atau terapung dibawah permukaan laut, seperti terowongan yang menghubungkan Inggrisdan Perancis saat ini.Lima kajian yang sudah masuk kepadapemerintah, yakni kajian dari Wiratmanand Associates, Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA) dan Ditjen BinaMarga Departemen Pekerjaan Umum,kajian Metro, peneliti Institut TeknologiBandung (ITB) Firmansyah, serta PusatPenelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Jalan-Jembatan Departemen Pekerjaan Umum. Wiratman merekomendasikan, jembatan panjang merupakanalternatif yang lebih baik dibandingterowongan (Kompas, Opsi TerowonganSepanjang 33 km di Selat Sunda, 18Agustus 2009).Secara teknis, jembatan ini akan dibangun dengan enam jalur untuk dua arahdilengkapi rel ganda kereta api. Jika jembatan dibangun tanpa jalur KA, investasihanya Rp83 triliun. Jika dibangun lengkap, anggaran yang diperlukan Rp117triliun. Itu dengan masa pembangunan 10tahun. Kelebihan dan kekurangan jikadibandingkan dengan pembangunanterowongan adalah, membangun terowongan diasumsikan sepanjang 33 kilometer, lebih panjang dibanding rencanapembangunan jembatan, yakni 27,9-29,2km (hampir enam kali lebih panjang darijembatan Surabaya-Madura).Kelemahan terowongan adalah mengharuskan mobil menunggu kedatanganKA ketika hendak menyeberang. Waktutempuh lebih lama 30-45 menit dibandingmenggunakan jembatan. Adapun kelemahan jembatan, antara lain, adalahtingginya pylon atau menara jembatanyang mencapai antara 460-520 meter.Akibatnya, ada risiko menara jembatanditabrak pesawat terbang.Meskipun demikian, pembangunanjembatan atau terowongan ini sudahmenjadi prioritas pemerintah. “Tidakdapat dibayangkan kondisi 10 tahun kedepan seandainya jembatan belum jugadirealisasikan,” kata Gubernur Lampung.Demikian pentingnya sehingga 10 Gubernur se-Sumatera memasukannya kedalam empat rekomendasi yang harusdilaksanakan pemerintah.Ditentang AkademisiSebagaimana halnya sebuah rencanabesar, sanggahan atau pendapat yangberbeda dari pihak lain yang merasa punya kompetensi pasti akan muncul. Parastakeholder jelas mendukung sepenuhnyarencana pembangunan Jembatan SelatSunda (JSS) sepanjang 30 Km tersebut.Sebaliknya beberapa akademisi memberikan tentangan keras, bahwa rencanabesar itu tidak layak. Pembangunan jembatan sepanjang lebih dari 30 kilometer itudisarankan untuk dipertimbangkan lagilayak atau tidak dari nilai untung ruginya.Prof Johan Silas, pakar tata kota InstitutTeknologi Sepuluh Nopember (ITS)memberi tanggapan dalam seminar Jembatan Selat Sunda: Blunder atau Terobosan Teknologi Tantangan NegaraKepulauan di Institut Teknologi SepuluhNopember (ITS), beberapa waktu lalu.Pembangunan jembatan itu dinilai lebihmenonjolkan gengsi daripada nilai fungsional. Johan Silas menunjuk contohgedung Sidney Opera Hall yang tidak lagiterpakai. “Saya takutkan nanti seperti ikonAustralia itu,” katanya.Contoh yang dimaksud oleh Johanmemberikan gambaran pembangunangedung Sidney Opera Hall yang semulabertujuan untuk pementasan opera danmenghabiskan dana sangat besar namuntidak sesuai dengan apa yang ditargetkan.Hingga kini gedung Sidney Opera Hallibarat ikon yang tidak memiliki nilai positif.Melihat dari feasibilitasnya, Johan Silasmenilai Jembatan Selat Sunda itu tidakmemberikan pertambahan nilai dan lebihmerupakan prestige bangsa ini. Ia menyarankan agar lebih baik memperbaikikapal yang menghubungkan Jawa-Sumatera yang saat ini masih belum optimal.Pertimbangan ini didasarkan bila kapallebih baik maka akan terjadi perkembangan ekonomi dan lebih efektif dibandingkan jembatan. Jembatan tidak bisamemberikan nilai tambah pada lingkungan sekitarnya.Pendapat ini ditentang Sirait, sopir trukpengangkut barang trans Sumatera Jawayang biasa menggunakan kapal peneyeberangan. “Bah, kok disamakan dengangedung opera,” katanya sengit. “Gedungopera tergantung pertunjukan dan penonton. Ini jembatan penting. Dibutuhkansemua orang. Aku dukung itu. Mereka takngerti, kami sering menunggu puluhanjam untuk nyeberang. Bisa berhari-haridan bermalam kalau ada gangguan ataumasa liburan. Kami sering kesal nunggukapal ferry, ‘cam kambing congek aja.”Sementara itu pakar hukum perairaninternasional Universitas Hang Tua, DRDhiana T Wardana menyatakan bahwaSelat Sunda merupakan perairan lalulintas internasional. Kalau terbangun,jembatan Selat Sunda akan mempersulitlalu lintas internasional.Hal ini bila melihat fungsi perairaninternasional itu termasuk lalu lintaskapal perang, kapal selam dan kapalinduk. Belum lagi peraturan tentangperairan internasional yang menyebutkanbahwa selat yang merupakan jalur internasional harus bisa dilewati berbagai jeniskapal. Dengan kata lain, tinggi JSS haruslebih tinggi dari tinggi kapal induk atauharus lebih tinggi 140 meter dari permukaan laut. “Ini konyol dan manamungkin membangun jembatan setinggiitu? Seperti membangun di atas awanawan,” tambahnya.Pakar jembatan Teknik Sipil ITS, ProfHerman Wahyudi mempunyai pendapatlain, yakni dari sisi keamanan terhadapgempa. Ia mengkhawatirkan konstruksiyang digunakan oleh Jembatan SelatSunda yang berdekatan dengan GunungAnak Krakatau dan masih aktif, akanberpengaruh. Membandingkan denganSuramadu yang lebih aman karena daerahsekitarnya tidak terdapat gunung berapi.Konstruksi jembatan harus bisa menahan gempa dan harus bisa mengantisipasi bila terjadi letusan GunungAnak Krakatau, ucapnya. “Ini harusdicarikan solusinya,” lanjutnya pula.Kemudian juga perlu dikaji sebelumproyek ini dilanjutkan, yakni dengan