Page 31 - Majalah Berita Indonesia Edisi 75
P. 31


                                    BERITAINDONESIA, April 2010 31BERITA POLITIKCuma SekadarBunga PolitikWacana koalisi PDI-P dengan pemerintahan SusiloBambang Yudhoyono terbukti hanya sebagai bunga politik.Dalam kongres ke-3 PDI-P, gaung wacana itu sontak sirnaoleh pidato Megawati yang menggetarkan.enjelang kongres ke-3 PartaiDemokrasi Indonesia Perjuangan(PDI-P) 6-8 April 2010, santerterdengar adanya upaya menarikpartai berlambang banteng gemuk itumerapat (berkoalisi) dengan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Gaung tersebut terasa nyaring karena disuarakan oleh petinggi partaitersebut, yakni Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI-P Taufiq Kiemas yangnotabene adalah suami dari Ketua UmumMegawati Soekarnoputri.Tidak bisa dipungkiri, sejak PemilihanPresiden 2009 lalu, Taufiq Kiemas memang terlihat sangat serius mendorongPDI-P untuk bergabung atau berkoalisidengan pemerintahan SBY.Seperti disebutkan di atas, menjelangKongres ke-3 PDI-P, Taufiq juga kembalimenggaungkan wacana tersebut. “Masakkalah terus. Kalau berubah wacana,mungkin bisa lebih efektif,” kata Taufikketika itu. Menurut feeling-nya, suara daribawah yang menginginkan PDI-P berkoalisi cukup besar. Ia juga mengatakankeyakinannya bahwa perolehan suaraPDI-P akan bertambah pada pemilu 2014bila berkoalisi dengan pemerintahan SBY.Setelah mendegar ketegasan pidatoMegawati dan sikap politik ‘partai penyeimbang’ yang dirumuskan Kongres IIIPDIP, Taufik ternyata belum berubahpendirian juga. Dia bersikeras menilaipintu koalisi dengan pemerintahan SBYmasih tetap terbuka. “Siapa yang bisamenduga. Kalau Demokrat satu ideologidan satu jenis, tidak tertutup. Kalau diapro rakyat kan tidak tertutup,” katanyausai pelantikan Megawati menjadi KetumDPP PDIP 2010-2015, di Inna Grand BaliBeach, Sanur, Bali, Kamis (8/4/2010).Di lain pihak, sejak awal Megawatibersikukuh mengusung PDI-P tetapsebagai partai oposisi atau penyeimbang.Menanggapi wacana yang disampaikanTaufik Kiemas tersebut, Megawati denganhalus tapi cukup jelas sudah mengatakan,“Mereka yang senior punya hak bicara,tapi tak punya suara. Jadi tentu bolehboleh saja berbicara,” katanya usai membuka Konferda di Jakarta, Minggu (21/3).Dia juga menegaskan, bahwa yang akanmenentukan arah partainya berkoalisiatau tidak adalah peserta kongres yangberasal dari utusan berbagai daerah.Sekjen PDIP Pramono Anung juga berpendapat, PDIP akan tetap menjadi ba-gianpenyeimbang dari pemerintah. “Opo-sisi ataukoalisi mendapat kajian yang mendalamdalam kongres. Dalam sistem presidensialtidak ada istilah itu. Ke depannya PDIP tetapkonsisten sebagai penyeimbang,” ujarnya diGedung DPR, Jakarta, Senin (22/3).Dia mengatakan, dengan menjadi kekuatan penyeimbang, maka jika ada kebijakan yang pro rakyat, PDI-P akanmendukung. Kekuatan tersebut menurutnya tidak ada urusannya dengan apakahada kursi PDIP di kabinet atau tidak.Dari daerah, DPD PDI-P Jawa Timurmisalnya, mendesak DPP PDI-P tidakmengubah haluan dengan menjadi partaikoalisi pemerintahan Susilo BambangYudhoyono-Boediono. “Dalam kontekspendidikan rakyat, saya kira oposisi lebihbagus dibandingkan koalisi yang hanyabertujuan kekuasaan,” kata Sekretaris PDIP Jawa Timur, Kusnadi kepada pers, Selasa(23/3). “Lebih baik oposisi. Kalau akhirnyaharus susah, ya untuk kepentingan rakyattidak apa-apa susah dulu,” tambahnya.Sesuai dengan aspirasi pengurus cabang, sikap tersebut akhirnya tegas disampaikan Megawati dalam pidato pembukaan kongres pada 6/4. Di situ, Megawati secara tegas mengatakan pilihanPDI-P menjadi partai penyeimbang bagipemerintahan yang berkuasa dengantidak memasuki kursi kekuasaan, melainkan sebagai mitra pemerintah yang kritisyang berada di luar pemerintahan.Sebelumnya, para pengamat yang menanggapi wacana koalisi ini terbagi dalambeberapa pendapat. Direktur EksekutifLingkar Madani untuk Indonesia (Lima)Ray Rangkuti misalnya, menilai, bilakoalisi terwujud, langkah itu akan merugikan PDI-P sebagai partai yang konsistenmenyuarakan suara opo-sisi. Karena citradan kredibilitas PDI-P sebagai partaioposisi dan membela rakyat akan punahyang membuat PDIP akhirnya akanditinggalkan konstituen.Di lain pihak, pengamat hukum danpolitik dari Universitas Nusa Cendana(Undana) Kupang-NTT, Dr John StefanusKotan SH., M Hum dan Nicolaus PiraBunga SH., MHum berpen-dapat, merupakan hal yang wajar dalam berpolitik danberdemokrasi jika PDI-P memilih jalanuntuk memperbarui posisi politiknya daripartai oposisi dan membangun koalisibaru dengan Partai Demokrat.Sedangkan pengamat politik BachtiarEffendi berpendapat, bahwa rencana itutak lebih sebagai bunga-bunga politik.Karena sangat kecil kemungkinannyakedua partai tersebut berkoalisi. Kalaupun ada, kuncinya di tangan MegawatiSoekarnoputri. “Kalau suasana hati IbuMega tidak menghendaki, tidak akanpernah terjadi koalisi,” ujarnya. MenurutBachtiar, pernyataan-pernyataan yangdisampaikan Taufiq Kiemas akan adanyakoalisi itu, hanya untuk mencairkansuasana politik semata.Jika diperhatikan dengan seksama,langkah yang dilakukan PDI-P selama inimemang suatu manuver yang cukupbagus. Langkah itu membuktikan bahwaPDI-P sudah semakin matang berpolitik.Terbukti, langkah itu telah berhasilmendudukkan Taufik Kiemas menjadiKetua MPR 2009-2014. Dengan mengambil hati SBY dan Partai Demokrat, namaTaufik akhirnya diusulkan oleh tujuhfraksi di DPR, dan disetujui oleh dua fraksilainnya. Kini pun, walau Taufik Kiemassepertinya masih ngotot berkoalisi, tapibesar dugaan, hal itu juga cuma bungabunga politik. „ MSMfoto: reproMegawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI-P
                                
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35