Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 75
P. 44


                                    44 BERITAINDONESIA, April 2010Dengan kondisiseperti ini, diayakin bahwaproses pendidikandi Al-Zaytun benarbenar bisamengolah manusia.Bagaimanamengolah otak,mengolah hati,mengolah karsa,dan mengolahraga, menjadiorang-orang yangbenar-benarsempurna, danmampumenghadapiglobalisasi.judul ‘Pondok Pesantren SebagaiSumber Kreativitas dan Sumber InovasiPendidikan Nonformal dan Informal’,sebagaimana dibacakan Wartanto jugamenyebut, selama ini sejumlah programpendidikan nonformal dan informaldalam bentuk program pemberantasanbuta aksara, program kesetaraan,program keterampilan, atau kecakapanhidup, sudah banyak dilaksanakan diberbagai pondok pesantren.Kemitraan itu diharapkan dapat terusdilanjutkan dengan lebih baik. Sebab,masih banyak penduduk kita yangmasih buta aksara, drop out dari sekolahpendidikan. Dan, banyak pulamasyarakat kita yang tidak memilikiketerampilan pendidikan.Dirjen menyebutkan, hingga saat inipondok pesantren masih tetapmenunjukkan eksistensinya sebagailembaga pendidikan yang jenius dankhas Indonesia. Masyarakat tetapmemberikan kepercayaan kepadapondok pesantren, serta bagi lembagapendidikan yang memberikan bekalhidup secara lahir maupun bathin bagigenerasi masa depan.Perjalanan waktu dan dinamikaperkembangan masyarakat, mampudijawab oleh pesantren melalui prosesmodernisasi dan transformasi organisasidengan tetap mempertahankan nilainilai tradisional pengelolaan pendidikanpesantren.Kemampuan transformasi pesantreninilah yang mampu membuat pesantren,tetap berdiri tegap menjawab danmelayani kebutuhan masyarakat belajardi tengah gempuran pendidikan ataupendirian lembaga pendidikan bertarafinternasional. Semua pihak pendidikanpatut memberikan apresiasi padapendiri dan penurut sistem pendidikanpesantren.Secara sosial, pesantren sebagaisubkultur masyarakat Indonesia. Olehkarena pesantren merupakan lembagapendidikan yang memiliki peran luasdalam memberdayakan masyarakat.Bahkan pesantren menjadi alatperjuangan dan pertahanan sekaligusmenjadi pusat penyiaran dakwah Islam.Secara tradisional, pesantren lebihmenjadikan kita menekuni berbagaibidang ilmu agama, seperti tasayuf danakidah sebagai kurikulum utamapembelajaran. Dalam perkembanganselanjutnya, pesantren melakukanmodernisasi dengan memberikantambahan pelajaran umum, sepertisejarah, matematika, ilmu sosial, sertailmu pengetahuan alam, teknologiinformasi dan lain sebagainya.DR Wartanto (pakai batik, tengah) bersama Adi Sasono dan tokoh lainnya dalam sebuah acara di kampus Al-Zaytun.LenteraL ENTERAfoto-foto: dok berindo
                                
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48