Page 25 - Majalah Berita Indonesia Edisi 76
P. 25
BERITAINDONESIA, Mei 2010 25BERITA UTAMASalah Satu ModelLiga Pendidikan Indonesia bisa menjadi model pembinaanpemain dan suporter yang menjunjung tinggi sportivitasdan fair play.epakbola identik dengan olahraga rakyat. Hampir digemarisemua orang di belahan duniamanapun. Tapi tatkala sebuahtontonan yang diharapkan menjadi hiburan berubah menjadi tempat yang menakutkan karena tawuran sering terjadi didalam lapangan maupun di luar lapangan,semua orang pasti ogah menontonnya.Kerusuhan akibat ulah suporter sepakbolaini hampir menimpa seluruh negara. Beberapa kerusuhan seperti peristiwa Catania,Itali tahun 2007 dimana terjadi bentrokantara suporter dengan polisi. Di Indonesiasendiri, pada 24 Januari lalu, Bonek sebutansuporter Persebaya berulah saat mendukung timnya melawan Persib Bandung.Saat perjalanan menuju dan pulang dariBandung, bonek terlibat aksi lempar batudengan masyarakat Solo serta melakukanpenjarahan di beberapa stasiun yang merekalewati. Peristiwa lain yang memalukanterjadi lagi dimana The Jakmania, suporterPersija Jakarta terlibat tawuran denganpolisi dan warga (16/03/10).Masih sulit memang melakukan pembinaan terhadap suporter Indonesia karena belum terorganisir dengan rapi. Setelah tawuran terjadi seolah tidak adayang bertanggung jawab dan berakhirbegitu saja, tidak ada tindak lanjut untukmembina suporter lebih baik lagi.Ketua Umum PSSI Nurdin Halid dalamrangka HUT PSSI ke-80 sekaligus bedahbuku “Visi 2020 - Membangun SepakbolaIndonesia Modern” memaparkan limastrategi di dalam mencapai 10 programpokok PSSI sebagai program emas dalammewujudkan terciptanya visi tersebut.Namun, pemaparannya itu belum menyentuh pembinaan suporter secaragamblang. Padahal kerugian bisa dirasakan sendiri, ketika pertandingan harustanpa penonton, pertandingan ditunda,karena tidak ada yang menjamin keamanan sebuah pertandingan. Segalayang bersangkut paut dengan etika pemain dan insan pecinta sepakbola belummenjadi prioritas dan masih di urutanterakhir dari lima strategi PSSI tersebut.Kita tidak bisa menutup mata, liga-ligasepakbola Eropa bisa hidup, salah satunya ditopang oleh antusiasme dan membludaknya penonton setiap kali ada pertandingan. Kesadaran penonton yang taklain juga merupakan bagian dari suportersudah sangat tinggi dan mendukung parapemain yang bermain fair. Pemain danpenonton saling mendukung sehinggastadion selalu penuh sesak. Kenapa? Disana ditemukan kesenangan dan hiburan,bukan sebaliknya menjadi takut menonton bola. Suasana inilah yang perlu diciptakan dan dihadirkan.Untuk itu penerapan etika sportivitasdan fair play sudah saatnya tidak hanyaditujukan untuk para pemain. Suporterjuga sudah saatnya diarahkan, untukmendukung penegakan kedua hal tersebut. Melakukan hal itu memang tidak mudah apalagi dalam waktu singkat. Namunsetidaknya langkah-langkah kecil awalsudah diambil. Misalnya lewat diselenggarakannya Liga Pendidikan Indonesia.Liga Pendidikan IndonesiaNota kesepahaman yang tertuang dalam surat keputusan bersama (SKB) antara Departemen Pendidikan Nasional,Kementerian Pemuda dan Olahraga, sertaPersatuan Sepakbola Seluruh Indonesia(PSSI) sudah ditandatangani. Buah keputusan bersama itu adalah diselenggarakannya Liga Pendidikan Indonesia (LPI)untuk pertama kalinya yang melibatkanpara pelajar di seluruh Indonesia, mulaidari tingkat SMP, SMA hingga perguruantinggi. LPI ini disambut baik kalanganpelajar dan diharapkan bisa menghasilkanpara pemain yang menjunjung sportivitasdan mental fair play.Presiden Susilo Bambang Yudhoyonopada saat pembukaan LPI di StadionMadya, Gelora Bung Karno, pada 5 Juni2009 berpesan agar Liga Pendidikan Indonesia menghasilkan pemain berprestasidan bibit pemain nasional. “Saya berharapagar Liga Pendidikan Indonesia benar-benar menjadi wahana untuk mencapai tujuan yang baik, tujuan untuk memperkuatkarakter bangsa, tujuan untuk meningkatkan persatuan dan persaudaraan kita,dan tujuan meningkatkan prestasi keolahragaan di Tanah Air,” kata Presiden.Kegiatan sepakbola di kalangan pelajaryang pada partai puncak memperebutkanPiala Presiden ini, di samping saranapembinaan melalui akademi, diharapkanpula dapat menjadi bagian dari sebuahresolusi dan titik terang atas kebuntuanpembinaan berkelanjutan sepakbola sertamencari dan melahirkan bakat-bakat terbaik di kalangan pelajar itu sendiri yangbisa diplot menjadi pemain nasional. “Iniadalah ajang kompetisi pertama yang serentak melibatkan dunia pendidikan mulai SMP hingga perguruan tinggi di seluruh Indonesia,” kata Ketua Panitia LigaToho Cholik Mutohir. LPI yang berhadiah8 miliar ini melibatkan sekitar 50.000sekolah di 473 kabupaten/kota dari 33provinsi, mempertandingkan sekitar124.068 laga, pada sekitar 5.590 lapanganyang tersebar di seluruh Tanah Air.Menteri Pendidikan Nasional M. Nuhjuga mendukung LPI. Menurutnya LPImencakup tiga aspek dalam olahragayakni pemassalan, pembibitan dan pembinaan. Namun demikian Mendiknasmenghimbau agar kompetisi LPI dalamperjalanannya tidak dibumbui tawuran.“Saya setuju kalau LPI ini dapat jugadijadikan sarana olah rasa dan olah pikir,bukan cuma olahraganya yang dikedepankan. Kalau bisa bermain sepakbola dengan aspek olahrasa dan olah pikir itu,mereka mungkin tidak akan melakukanSfoto: berindoLiga Pendidikan Indonesia (LPI) menjadi wahana untuk mendidik pemain dan suporter agarbersikap sportif