Page 26 - Majalah Berita Indonesia Edisi 76
P. 26
26 BERITAINDONESIA, Mei 2010BERITA UTAMAtindakan-tindakan yang bertentangandengan aturan-aturan yang ada,” kata M.Nuh yang juga mantan rektor InstitutTeknologi Surabaya ini.Membangun sebuah tim yang solidtidak hanya mengandalkan skill yangtinggi semata tapi para pemain juga harusmenjungjung nilai-nilai sportivitas danmental fair play yang tinggi. Kedua haltersebut menjadi roh dari sebuah permainan. Pemain yang sejak dini ditanamkan tanggung jawab untuk bermainterhormat tidak akan menuruti keinginanpihak-pihak lain yang bisa mempengaruhihasil akhir sebuah pertandingan.Pemain juga dituntut memiliki rasatanggung jawab bagi para penonton,untuk menghibur. Bukan sebaliknyapemain reaktif atas sebuah keputusanyang dianggap keliru di lapangan. Sehingga tidak jarang berimbas kepada parasuporter di luar lapangan, mengajak parapenonton untuk emosi. Pemain sebenarnya bisa menjadi kunci untuk meredamgejolak emosi penonton, jika pemainmenjunjung sportivitas dan mental fairplay, bukan dengan menunjukkan sikapperlawanan terhadap sebuah keputusan.LPI tidak hanya untuk membina danmenghasilkan atlit sepakbola yang berprestasi, tapi LPI juga menjadi wadahuntuk pembinaan suporter yang loyalnamun sportif. Kekompakan pemain dansuporter akan menjadi pusaran yangdapat menggerakkan geliat pertumbuhansepakbola nasional. Apalagi PSSI menginginkan terwujudnya industri sepakbolayang profesional.Sekelumit persoalan klasik yang menyelimuti klub-klub sepakbola seperti suap,pengaturan wasit, adanya pengaturanskor (sepak bola gajah), tawuran, tidakbisa ditoleransi. Panitia LPI harus beranimemberikan sanksi yang tegas bagi sekolah yang terbukti melakukan persekongkolan untuk membuat aturan di luaraturan resmi. Sehingga arah pembinaansepakbola nasional tidak lagi samar dansekadar wacana saja.Pertandingan LPI sendiri diduga menebar aroma yang tak sedap. Bilamanasungguh terjadi, sulit mewujudkan apayang ingin selalu ditegakkan yakni membangun sportivitas dan fair play. Indikasiini terkuak pada pertandingan LPI diwilayah III Jawa Barat, yang berlangsungselama tiga hari, 5-7 April 2010. Diikutilima peserta, SMP 1 Gempol Cirebon ; MtsAl-Zaytun ; Kota Cirebon ; SMPN 1 RajaGaluh Majalengka ; SMP 1 Kuningan. MTsAl-Zaytun dan SMP 1 Kuningan sama-samamemiliki peluang untuk mewakili wilayahIII di tingkat provinsi. Sebelumnya MTs AlZaytun sudah menghabiskan seluruhpertandingan dengan koleksi 9 poin,dengan 12 gol dan yakin lolos. Tinggalmenunggu hasil pertandingan antara SMP1 Kuningan melawan SMPN 1 Raja GaluhMajalengka. Sementara SMP 1 Kuningansaat itu sudah mengoleksi 6 poin, dengan 5gol.Kejanggalan berawal ketika Al-Zaytunmengalahkan SMPN 1 Raja Galuh Majalengka 5-1. Selanjutnya SMPN 1 RajaGaluh menghadapi SMP I Kuningan dihari terakhir. Winarno SH pelatih SMPRaja Galuh Majalengka yang juga guruPendidikan Kewarganegaraan ini, memilih untuk tidak melanjutkan pertandingan pada babak kedua dengan alasankecewa pada jalannya pertandingan dantakut anak-anak emosi. Bahkan menurutnya pengunduran ini merupakansebuah bentuk pendidikan bagi pelajar.Padahal kapten SMP Raja Galuh Majalengka, Aib Firmansyah (15) masih berhaLPI: Harus dijauhkan dari persoalan-persoalan klasik yang menyelimuti banyak klub selama inifoto: berindorap pertandingan dilanjutkan. “Sangatkecewa. Waktu masih ada kenapa tidak diterusin,” katanya sedih sambil sesunggukan.Melalui sumber yang tidak mau disebutkan namanya, malam harinya merekasudah sempat dinyatakan pulang ke RajaGaluh, Majalengka. SMP Raja Galuhmemang berhak untuk kembali melanjutkan permainan melawan SMP 1 Kuningan. Namun diduga mereka kembali setelah dijemput panitia yang seharusnyatidak boleh dilakukan yakni memberikanakomodasi pada peserta.Akhirnya merekapun datang hanyadengan kekuatan setengah hati, tidaklengkap. Dari 20 orang hanya 13 orang yangkembali bermain dengan hanya beberapapemain inti. Setelah dikonfirmasi, pelatihmengaku sempat pulang ke Raja Galuh,Majalengka. Walau tidak semua kembalibermain, pelatih berkilah bermain kembalikarena desakan orangtua pemain agarkembali bermain. “Sekali lagi ini tuntutanorangtua mereka, bahwa ini titipan oranglain (orangtua-red),” katanya.Mereka pun kembali melanjutkan sisapertandingan melawan Kuningan denganpenampilan seadanya dan akhirnya kalah10-0. Hasil pertandingan yang digelar diStadion Mashud Wisnu Saputra di JlSiliwangi Kuningan, Jawa Barat inilahyang dipertanyakan. “Jarang gol sebanyakitu bisa terjadi di sini, “ kata salah satupenonton. “Seperti tidak ada roh,” katanya.Setelah peluit pertandingan berjalan,Kuningan langsung menekan, beberapadetik baru bertanding, Majalengka sudahkebobolan. Majalengka yang seperti kehilangan tempo permainan, satu dua sentuhan cepat kehilangan bola dan jarang melepaskan tembakan ke arah gawang SMPKuningan. Mereka hanya sampai padasepertiga daerah pertahanan lawan. Selebihnya selalu kandas di tengah lapangan.Pada babak pertama, 7 gol sudah berhasil diraih Kuningan. Pada menit terakhir babak ke dua, kiper Raja Galuh yangtidak memiliki kiper pengganti ini sempatmengalami cedera akibat berusaha menyelamatkan bola. Babak pertamapunusai, namun pada babak kedua merekatidak dapat melanjutkan pertandingankarena kehabisan tenaga. Karena WO(walking out) di babak kedua, akhirnya10-0 bagi kemenangan SMP 1 Kuningan.Dengan poin yang sama (9) selisih 3 goldari MTs Al-Zaytun, mereka sekaliguslolos mewakili wilayah III.Seusai pertandingan, sang pelatihmengungkapkan alasan kehadiran mereka kembali. “Kita bermain hormati jadwalyang ada. Ini kan pertandingan pelajar.Tanpa mengabaikan kondisi badan kesehatan siswa,” katanya seraya berpesankejadian ini bisa menjadi pembelajaranberharga bagi anak-anak pelajar. HS