Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 79
P. 16
16 BERITAINDONESIA, September 2010BERITA UTAMAMenurut data yang berhasil dihimpun,ada 6 ruas tol yang akan mulai dibangunawal tahun 2011. Pembangunan itu akanmenelan dana sebesar Rp 40 triliun lebihdengan rincian, Tol Semanan-Suntersepanjang 17,8 km dengan anggaran Rp9,7 triliun. Tol Sunter-Bekasi Raya sepanjang 11 km, anggaran yang dibutuhkansebesar Rp 7,3 triliun. Tol Duri PuloKampung Melayu sepanjang 11,3 kmanggarannya Rp 5,9 triliun. KemayoranKampung Melayu sepanjang 9,6 kmdengan anggaran Rp 6,9 triliun. TolUlujami-Tanah Abang sepanjang 8,27 Kmdengan anggaran Rp 4,2 triliun. Dan TolPasar Minggu-Casablanca sepanjang 9,5km dengan dana Rp 5,7 triliun.Padahal untuk membangun mass rapidtransit (MRT) dari Lebak Bulus hinggaJakarta Kota hanya butuh 2,1 miliar dollar AS (Rp 18,9 triliun). Pembangunan bustransjakarta koridor 11-15 menelan biaya100 juta dollar AS (Rp 900 miliar), danjaringan kereta komuter dalam kota(loopline) mencapai 250 juta dollar AS(Rp 2,25 triliun).Yayat Supriyatna, pengamat perkotaan,mengatakan, kebijakan pembangunanenam ruas jalan tol merupakan salah satutindakan memanjakan pengguna kendaraan pribadi dan memandulkan kebijakanpembenahan transportasi di Jakarta.Kebijakan penambahan ruas jalan tol danpembangunan jalan layang baru hanyamemicu penambahan jumlah kendaraanpribadi. Hal ini muncul berdasarkan faktadari pembangunan jalan tol dan sejumlahjalan layang serta jalan lintas bawah di Jakarta terbukti hanya mampu sesaat mengatasi kemacetan. Setelah beberapa waktu, kemacetan lalu lintas tetap saja terjadi.Hal yang senada juga disampaikanSlamet Nurdin. Menurutnya, sistemtransportasi umum seharusnya dibenahi.“Busway-nya dibenahi. Lalu, 15 koridoritu dibuat semua. Selain itu, subway ataukereta bawah tanah dibuat,” tutur Slamet.“Harusnya ini dulu yang diterapkan.Kemudian kalau macet, baru dibikin toldalam kota, bukan malah dibalik, dibikintol tetapi transportasi umum malahditinggalkan tidak jelas,” lanjut dia.Menanggapi berbagai sorotan tersebut,Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyinggung sulitnya Jakarta mengurai kemacetannya sendiri tanpa bantuan pemerintah pusat. Dari sisi sarana dan prasarana fisik, seperti jalur jalan dan armadaangkutan umum, DKI mungkin bisamenyediakannya sendiri. Namun, menyangkut kontinuitas pasokan bahan bakar untuk bus transjakarta, misalnya, tetap berada di tangan pemerintah pusat.Masalah angkutan umum di Jakarta yangbelum bersinergi juga tidak bisa dipecahkan sepihak oleh pemerintah provinsi.“Diperlukan tangan aktif pemerintah pusat untuk membantu menguraikan masalah kemacetan ini. Salah satu yangterpenting adalah regulasi pembatasankendaraan bermotor,” kata Fauzi.Menanggapi soal proyek pembangunanjalan, termasuk jalan tol, jalan layang, danjalan susun, Fauzi menegaskan, kebijakanini perlu tetap dilaksanakan karenaketersediaan luas jalan di Jakarta masihkurang. “Di kota-kota besar lainnya,pertumbuhan jalan mencapai 11 persenper tahun, padahal di Jakarta hanya 6,28persen. Untuk itu, kami harus tetapmenambah ruas jalan. Namun, kalausistem transportasi massal telah siap melayani masyarakat, penambahan pembangunan jalan akan direduksi,” kata Fauzi.Harapan Gubernur Foke agar pemerintah pusat ikut berperan diamini olehDirektur Institute for Transportation andDevelopment (ITDP) Indonesia MilatiaKusuma dan Wakil Menteri PerhubunganBambang Susantono. Baik Milatia maupun Bambang setuju jika masalah transportasi Jakarta dibicarakan di tingkatmenteri koordinator. Akan lebih baik jikaWakil Presiden Republik Indonesia yangberwenang dalam masalah transportasinasional turut memerhatikan problemkemacetan Jakarta.Selain itu, gagasan agar dilakukanrealokasi anggaran di tingkat pemerintahpusat dan provinsi perlu dipertimbangkan. Realokasi anggaran diharapkanterfokus untuk realisasi proyek angkutanmassal yang terintegrasi.Dengan begitu banyaknya biaya yangdibutuhkan dan menimbang manfaatjangka panjang, Milatia mengatakan,realokasi anggaran akan lebih baik digunakan untuk pengembangan bus Transjakarta, kereta api komuter, dan mewujudkan sinergi antarmoda transportasi,baik di dalam lingkup Jakarta maupundengan kawasan sekitarnya.Satu hal lagi, Jakarta mesti melihatpengalaman negara lain. Sistem transportasi masal yang baik tidak dibangundalam satu malam dan tetap mempertimbangkan kearifan lokalnya. Jepangmisalnya secara bertahap membangunangkutan masal berbasis kereta api.Jepang juga lebih memilih menata tataguna lahan, khususnya lokasi ekspor/impor barang di tempat tertentu yangtidak berpotensi mempengaruhi kemacetan. Begitu pula dengan kota-kota diBelanda. Karena pengguna sepedanyamencapai 13 persen dari seluruh pengguna transportasi perkotaan, Kota Amsterdam memilih membangun prasaranajalur sepeda yang terintegrasi denganangkutan umum dan parkir yang aman.Sedangkan Singapura dikenal sudah lama membangun sistem transportasinya.Siapa pun yang pernah berkunjung ke Singapura bisa merasakan nyamannya jalan-jalan di negara tetangga kita itu. Bahkan, pada waktu padat sekalipun, kemacetan tidak signifikan mengganggu pengguna jalan. Keberhasilan Singapura mempraktekkan Electronic Road Pricing (ERP)tidak lepas dari keberhasilannya membangun angkutan massal lebih dulu. RIEPrediksi Luas Jalan dan Luas Kendaraandi DKI J di DKI Jdi DKI Jakarta (2007-2014) ta (2007-2014)Jika Pertumbuhan rata-rata kendaraan bermotor tetap yakni 9% per tahunJika pertumbuhan rata-rata luas jalan tetap yakni 0,01% per tahun60.000.00050.000.00040.000.00030.000.00020.000.00010.000.00060.000.000007 08 12 1009 11 13 14Luas JalanLuas Kendaraan(dalam m2)Ð