Page 17 - Majalah Berita Indonesia Edisi 79
P. 17
BERITAINDONESIA, September 2010 17BERITA UTAMAfoto: istBelajar dari Negara LainBila kita berkaca dari negara-negara lain di Asia danEropa, MRT (Mass Rapid Transit) dan LRT (Light Rail Train)terbukti bisa membuat pengendara kendaraan pribadiberalih ke transportasi umum.akarta mengalami masalah yangsangat rumit terkait dengansistem transportasinya. Jumlahpenduduk yang banyak dan terusbertambah, dibarengi dengan tingkat dayabeli yang cukup tinggi menyebabkanpertumbuhan jumlah kendaraan bermotor (baik kendaraan bermotor rodadua, maupun kendaraan bermotor rodaempat maupun lebih) di DKI Jakartaselama 10 tahun terakhir mencapai 6%per tahun. Dengan laju pertumbuhan yangsedemikian tinggi, tidaklah mengherankan jika saat ini jumlah kendaraan bermotor yang bergerak di Jakarta setiapharinya mencapai 4,95 juta (kendaraanroda dua 53%, mobil pribadi 30%, bis 7%,dan truk 10%).Kondisi ini diperburuk dengan tambahan jutaan kendaraan luar Jakarta yangbergerak di Jakarta. Sudah barang tentu,kendaraan dengan jumlah sedemikian banyak akan mengakibatkan kemacetan diberbagai ruas jalan di Jakarta. Besarnyalaju pertambahan kendaraan pribadi initidak terlepas dari tingginya ketergantungan masyarakat terhadap kendaraanpribadi karena tidak ada pilihan alat angkutan lain yang dianggap lebih dapat menjamin kenyamanan dan efektivitas perjalanan.Upaya yang sering dipilih oleh pemerintah dalam menghadapi permasalahanini adalah dengan menambah panjangjalan di Jakarta. Walaupun terbuktibahwa pada kenyataannya upaya tersebuttidak menyelesaikan masalah kemacetan.Kesan yang timbul, penambahan jalansaat ini hanya dihambakan bagi kepentingan mobilitas kendaraan pribadi danbukannya diupayakan untuk membangunsistem jaringan jalan yang terintegrasi.Terbukti bahwa 85% ruang jalan yang adadigunakan oleh kendaraan pribadi yangsebenarnya hanya melayani 9,7% perjalanan (mobil).Pemerintah lebih menitikberatkanmembuat kebijakan yang memanjakanpengguna kendaraan pribadi misalnyalewat pembangunan jalan tol. Dalamkurun waktu 25 tahun ini pembangunanpembangunan jalan tol terus meningkat.Sedikitnya ada 50 jembatan layang dan terowongan yang menjadi proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan PemprovDKI Jakarta. Semua demi mengurai jalanjalan yang sering menjadi simpul kemacetan.Tapi pada dasarnya tak pernah adakapasitas jaringan jalan kota yang bisamenampung tumbuhnya lalu lintas orangdengan kendaraan pribadi. Makin dibangun kapasitas baru, makin berdatanganarus kendaraan baru, karena kota denganpotensi ekonominya yang besar sesungguhnya bagai waduk besar kendaraanyang tak kunjung berkesudahan.Darmaningtyas, Direktur InstitutTransportasi (Instran) sudah lama menyatakan bahwa penambahan panjangjalan tol, jalan layang, dan terowongan tidak terbukti dapat mengurangi kemacetan di Jakarta. Itu justru menambahmobilitas transportasi kendaraan pribadi.Penerapan prosedur electronic road pricing (ERP) yang nantinya akan menggantisistem three in one dianggap tidak akanefektif. Pasalnya pemerintah terus mencekoki rencana pembangunan jalan tol diJakarta. “Salah kalau berpikir jalan tol dansebagainya bisa mengurangi kemacetan.Dana ratusan miliar rupiah terbuangpercuma untuk menambah titik kemacetan baru,” kata Darmaningtyas.Ironisnya, hingga saat ini, sistem transportasi publik di Jakarta sangat tidak adilterutama bagi masyarakat kelas menengah bawah yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Belum lagi perlakuan diskriminatif yang dirasakan para penyandang disabilititas dalam pelayanan transportasi publik. Angkutan umum yangburuk, minimnya fasilitas bagi pejalankaki, serta tingginya polusi di Ibu Kotamerupakan fakta tak terbantahkan. Sudahmenjadi naluri apabila seseorang memilihalat transportasinya berdasarkan kenyamanan, keamanan, keandalan, dan keterjangkauan. Oleh sebab itu, apabila sistemtransportasi publik tidak dibenahi, akansemakin banyak penduduk melakukanperjalanannya dengan kendaraan pribadi,baik mobil ataupun sepeda motor.Bambang Susantono yang kini menjabat sebagai Wakil Menteri Perhubungandalam sebuah artikelnya menyebutkanbahwa ada banyak faktor yang dapatmenyebabkan peralihan dari kendaraanpribadi ke angkutan umum. Secara umumterdapat dua faktor yaitu faktor penolakdengan membuat berkendaraan pribadisangat mahal, dan faktor penarik denganmembuat angkutan umum aman, nyaman, andal, dan terjangkau.Di Singapura, untuk dapat memilikikendaraan, seseorang harus mengikutilelang kepemilikan kendaraan Certificateof Entitlement (COE) karena setiaptahunnya pemerintah mengeluarkankuota kendaraan. Mereka yang menawartertinggi adalah mereka yang dapatmemiliki kendaraan bermotor. Pajakpajak yang berhubungan dengan kendaraan ditingkatkan dan ongkos parkirdimahalkan.JAngkutan umum berhenti di tengah jalan menaikkan penumpang