Page 17 - Majalah Berita Indonesia Edisi 80
P. 17


                                    BERITAINDONESIA, November 2010 17BERITA UTAMAfoto-foto: istSementara itu, selain membangun Banjir Kanal Timur (BKT) yang sejak zamanBelanda sudah direncanakan, belum adaupaya strategis yang dilakukan pemerintah untuk membebaskan Jakarta daribanjir. Bahkan beberapa situ dan kawasanyang semula berfungsi sebagai resapan airsudah berubah fungsi menjadi gedungbatu dan kaca.Padahal ketika Jan Pieters Z. Coenmengawali perencanaan pembangunankota Jakarta (Batavia) di awal abad ke-17,sudah dirancang sebagai kota air (waterfront city). Sebab sekitar 40% dari 650kilometer persegi luas wilayah Jakartamerupakan dataran rendah yang berbentuk cekung mirip kuali dan berada dalam ketinggian lebih rendah dari permukaan laut. Jadi, kota ini harus akrabdengan langkah menaklukkan (mencegah) banjir. Tapi, kemudian kota inisudah terlanjur dibangun tak beraturan.Jangankan membangun infrastrukturmencegah banjir, bahkan situ dan kawasan rawa resapan air pun sudah banyakhilang.Maka tak heran belakangan banjir yangmelanda Jakarta semakin parah. PusatData Berita Indonesia mencatat beberapabanjir besar yang semakin parah melandaJakarta sejak tahun 1996, 2002 dan 2007.Pada tahun 1996 melanda beberapapenjuru kota dengan ketinggian rata-rata80 cm, menggenangi 4 Kelurahan, 745rumah, serta mengakibatkan 2.640 orangharus mengungsi.Kemudian semakin parah dan meluastahun 2002 dan 2007. Banjir besar tahun2002 selain menggenangi Jakarta, jugaTangerang dan Bekasi. Menelan 2 orangtewas dan mengakibatkan 40.000 orangmengungsi. Banjir Februari 2007 melanda 60% wilayah Jakarta dan memaksa150.000 orang mengungsi.Apa penyebabnya? Selain semakinsedikitnya situ dan kawasan rawa danhijau resapan air, juga buruknya drainase.Menurut Gubernur Fauzi Bowo, penyebabtersumbatnya saluran pembuangan (drainase) adalah akibat sampah. Terbukti,setelah banjir pihaknya harus mengangkat 1.000 meter kubik per hari untukmembersihkannya. Menurutnya, persoalan banjir tidak dapat diselesaikan pemerintah saja tetapi 9 juta penduduk juga harus ikut dilibatkan. Dia mengungkapkan, untuk memperbaiki salurandrainase kota membutuhkan biaya sangatbesar. Setidaknya untuk rehabilitasi sajamembutuhkan Rp1,2 triliun.Namun, penyebab paling parah adalahakibat di kawasan Puncak, Bogor, semakinminim resapan air karena banyaknyabangunan dan vila liar. Menurut ErnaRustiadi, dari Pusat Perencanaan danPengembangan Wilayah, Institut Pertanian Bogor (IPB), banjir yang rutinsetiap tahunnya menyelimuti warga Jakarta, disebabkan 30 persen kawasanPuncak tidak sesuai dengan perencanaantata ruang yang sudah ditetapkan UU danKepres. “Hutan yang seharusnya ditumbuhi tanaman, justru dipadati ribuanbangunan liar dan vila yang tak ber-IMBdan tidak sesuai tata ruang,” ujar ErnaRustiadi sebagaimana dirilis VIVAnews.Oleh karena itu, kata Erna, untukmenanggulangi bencana banjir di Jabotabek terutama di DKI Jakarta, Pemerintah Kabupaten Bogor harus melakukankebijakan untuk membongkar bangunanvilla yang tidak mempunyai IMB tersebut.Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) KabupatenBogor, Zairin, mengatakan untuk menertibkan bangunan villa liar di kawasanpuncak, terbentur dengan kekuasaanwilayah tanah yang dibangun villa liar itu.Sebab bangunan villa liar itu justrubanyak berada di atas tanah Perhutani.Tanpa pembenahan di bagian hulu, apapun yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta, termasuk dengan dibangunnyaBanjir Kanal Timur (BKT) dan rencanapembangunan infrastruktur pendukungBKT (pembangunan waduk Marunda danRorotan) tidak akan menyelesaikan permasalahan banjir di wilayah Jakarta.Maka untuk meningkatkan koordinasiPemprov Jakarta dengan pemerintahdaerah di sekitarnya, mantan GubernurSutiyoso menggagas Megapolitan Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur).Sementara Syaykh Al-Zaytun Abdussalam Panji Gumilang mengajukan konsep penyelesaian masalah Ibukota NegaraJakarta secara holistik dengan pembangunan kanal air penyangga JakartaRaya, yang multi fungsi. Selain untukmengatasi banjir, juga berguna sebagaiinfrastruktur transportasi, pariwisata danlain-lain. Kanal (terusan) itu disebutnyaTirta Sangga Jaya. Kanal berbentuk hurufU sepanjang 240 km (60 + 60 + 60 + 60)dan lebar 100 meter dengan titik sentraldi kawasan Cibinong, mengalir ke barat,sampai di Cikupa dan Mauk (TanjungKait), serta ke timur sampai Tanjung Jaya,Karawang. Di sepanjang bantaran kirikanan kanal dibangun jalan raya dandiapit jalur hijau. (Selengkapnya baca:Jakarta Raya Jadi Solusi). „ BI/tsl/msMAHAL: Untuk memperbaiki saluran drainase Kota Jakarta membutuhkan biaya sangat tinggi,Rp.1,2 triliun.
                                
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21