Page 18 - Majalah Berita Indonesia Edisi 80
P. 18


                                    18 BERITAINDONESIA, November 2010BERITA UTAMAfoto-foto: vivanews.comJakarta Terancam TenggLonceng pengingat berdentang: Sebagian badan Jalan REMartadinata menuju kawasan Pelabuhan InternasionalTanjung Priok, Jakarta Utara, ambles pada Kamis subuh, 16September 2010. Sejumlah pengamat berkata: Jakartabakal tenggelam. Lalu, bagaimana mencegahnya?ara pakar mengungkapkan bahwa akibat manajemen sumberdaya air yang sangat buruk dandaya dukung lingkungan KotaJakarta yang juga semakin memburuk,permukaan tanah di Jakarta, terutamabagian barat dan utara, setiap tahunambles 10-12 sentimeter. Sehingga adayang meramalkan, pada 2050, JakartaUtara bakal terhapus dari peta Jakarta.Disebutkan, amblesnya badan JalanMartadinata, pelataran dermaga A padapelabuhan pasar ikan Muara Angke telahmengalami penurunan sampai 20 sentimeter, ambrolnya turap beton di sisiKanal Banjir Barat di Jalan Sultan Agung,Manggarai, Jakarta Selatan, dan jebolnyatanggul sementara Kali Pesanggrahan diJakarta Selatan baru-baru ini, mengindikasikan adanya ancaman tenggelamnya Jakarta tinggal menunggu waktu.Walaupun sebagian pengamat berpendapat bahwa kekuatiran itu terlalu berlebihan, sebab penurunan tanah perkotaan seperti itu adalah lazim serta bisadiatasi. Namun deretan bencana yangmemberi aba-aba bakal tenggelamnyaJakarta, itu telah semakin membuatberbagai kalangan beranggapan bahwaJakarta sudah tidak layak sebagai ibukotadan sudah semakin mendesak upaya pemindahan ibukota dari Jakarta.Oh, Jakarta-Jakarta, nasibmu malang!Padahal pemindahan ibukota tidaklahmembuat permasalahan terancam tenggelamnya Jakarta lantas selesai. Bahkanhal itu bisa berakibat pembiaran Jakartamacet total, kebanjiran dan akhirnyatenggelam.Sebab penyebabnya adalah masalahmanajemen pengelolaannya. Baik pengelolaan sumber daya air dan daya lingkungan yang semakin buruk, atau pengelolaan pembangunan infrastruktur yangtidak ramah lingkungan.Penurunan permukaan tanah adalahakibat pembangunan fisik yang mempersempit tanah resapan air dan ruang terbuka hijau serta eksploitasi penyedotanair tanah secara tidak terkendali. Hal initidak hanya menyebabkan turunnya permukaan tanah, tetapi juga intrusi air lautyang semakin jauh ke daratan. Air lautyang bersifat korosif itu memengaruhipelapukan tanah dan pondasi bangunan.Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membuktikan,intrusi air laut di permukaan Jakartasudah mencapai 3 kilometer ke daratan.Bahkan, menurut Prof Dr Otto SR Ongkosongo, peneliti utama Pusat PenelitianOseanografi LIPI, intrusi air laut di bagiantanah dalam sudah lebih 10 kilometer kedaratan. Disebutkan, intrusi di permukaan terjadi karena sebab alami berupa airlaut pasang, yang akibat pemanasan global semakin parah. Sedangkan intrusi airlaut tanah dalam terjadi karena penyedotan air tanah secara berlebihan dan takterkendali selama bertahun-tahun. Sehingga rongga-rongga tanah yang kosongakibat penyedotan air itu diisi air laut yangbersifat korosif.Menurut pakar hidrologi dari BadanPengkajian dan Penerapan Teknologi(BPPT), Sutopo Purwo Nugroho, kepadapers di Jakarta, Senin (27/9/2010), kondisi inilah yang saat ini terjadi di Jakarta.Pengambilan air tanah di Jakarta saat inimencapai 252, 6 juta meter kubik pertahun. Padahal, ambang batasnya hanya186 juta meter kubik per tahun sehinggaterjadi defisit sekitar 66,65 juta meterkubik per tahun.Sementara itu, Tim Kelompok Keilmuan Geodesi Institut Teknologi Bandung(ITB) yang melakukan kajian subsidensipermukaan tanah di 23 titik di sekitarJakarta menyimpulkan, penurunan permukaan tanah bervariasi, dari 2 hingga 12sentimeter (cm) selama 10 tahun sejak1997 hingga 2007. Disebutkan, sebagianbesar kawasan barat hingga utara Jakartamengalami penurunan tanah antara 5 cmdan 12 cm. Adapun wilayah tengah hinggatimur penurunan tanahnya hingga 5 cm.Penurunan kawasan timur laut hinggaselatan berkisar 2-4 cm. Tentu sajapenurunan permukaan tanah itu jugamenciptakan kawasan-kawasan cekungyang lebih cepat tergenang saat banjir.Kondisinya semakin parah akibat semakin naiknya permukaan laut. Menurutpenelitian Prof Dr Safwan Hadi dan timnya dari Pusat Studi Oseanografi FakultasIlmu dan Teknologi Kebumian ITB, yangdisimpulkan berdasarkan data pengukuran sejak tahun 1985 hingga 2003, kenaikan permukaan laut tahunan Jakartarata-rata 0,57 cm. Dijelaskan, kenaikanpermukaan laut ini sebenarnya relatifrendah. Namun, karena Jakarta jugamengalami penurunan permukaan tanahcukup signifikan, maka menyebabkanakumulatif naiknya muka laut terhadapposisi Jakarta menjadi tinggi.Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Tarjuki mengakui penurunan permukaan tanah di sejumlah wilayah jugamenurunkan badan jalan dan salurandrainase sehingga retak-retak, rusak, danmenutupi saluran. Bahkan data Dinas Pengembangan DKI Jakarta menunjukkanpada periode tahun 1982 hingga 1997terjadi amblesan tanah di kawasan pusatJakarta yang mencapai 60 cm hingga 80cm.Kondisi ini semakin diperparah akibatsemakin sempitnya ruang terbuka hijau(RTH) di Jakarta. Menurut DirekturKeadilan Perkotaan Institut Hijau Indonesia Selamet Daroyni, akibat semuaruang tersisa dikomersialisasi, sehinggapada 2007, luas RTH DKI Jakarta ditaksirhanya tinggal 6,2 persen dari total luasJakarta. Semakin menyempit dari 9,12PJalan R.E. Martadinata amblas pada 6 September 2010
                                
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22