Page 22 - Majalah Berita Indonesia Edisi 81
P. 22
22 BERITAINDONESIA, Desember 2010 foto-foto: reproBERITA UTAMAharus ada evaluasi kembali sistem penempatan, yaitu dari mulai seorang TKIberangkat hingga kembali ke Tanah Airharus dijamin dengan undang-undang.Selain itu, Pemerintah juga harus memberikan jaminan identitas TKI bisa diperjuangkan. Pasalnya, biasanya paspor TKIdipegang oleh majikan selama terikatmasa kontrak.Sejalan dengan pernyataan Risma,pengakuan Sumiati, TKI asal NTB yangdisiksa majikannya, sejak awal sangmajikan telah mengambil telepon genggamnya agar tidak bisa berkomunikasidengan pihak luar.Eh, rupanya, sebagaimana disebutDirektur Eksekutif Migrant Care AnisHidayat dalam diskusi mingguan Polemikbertajuk “Pahlawan Devisa yang Tersiksa”di Warung Daun Cikini, Sabtu (20/11/2010), diplomasi SBY soal TKI palinglemah. Dibandingkan dengan presidenlainnya pascareformasi, Presiden SusiloBambang Yudhoyono dinilai sebagaipresiden dengan kebijakan diplomasiyang paling lemah terkait perlindungantenaga kerja Indonesia di luar negeri.Anis menilai situasi diplomasi terkaitperlindungan tenaga kerja Indonesia(TKI) saat ini bersifat extraordinary.Makin banyak TKI yang divonis mati olehpenegak hukum negara tujuan pengiriman TKI di masa pemerintahan SBY.“Tiga TKI divonis tetap oleh MahkamahAgung Malaysia dengan hukuman mati,karena presiden kita jawara dalam bertahan, makanya saya tak tahu. Padahal,diplomasi TKI dari presiden itu pentingsekali,” ungkap Anis sebagaimana dirilisKompas.com (20/11/2010).Meski juga masih ada kelemahan disana-sini, Anis masih memuji perhatianpenuh mantan Presiden (alm) Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri. Keduanya dinilai sangat memerhatikan nasib para TKI yang menghadapipersoalan hukum. Gus Dur, bertindakcepat ketika Siti Zainab, TKI asal Madura,menghadapi ancaman hukuman mati.“Gus Dur langsung menghubungi RajaFahd di Arab sehingga ditunda vonishukuman matinya,” katanya.Sementara itu, Megawati memberikanperhatiannya dengan mengundang Nirmala Bonat, TKI asal Nusa TenggaraTimur, dan keluarganya ke Istana Negaraketika menghadapi persoalan hukum.Sementara pada masa SBY, menurutAnis, makin banyak korban. Saat ini saja,dua TKI sudah dieksekusi mati di Mesirdan Arab Saudi. Seorang TKI lagi tengahmenunggu eksekusi mati di Arab Saudi.Migrant Care mencatat, ada 5.636 kasuskekerasan dan pelecehan seksual kepadapara TKI di luar negeri. “Ini yang terpantau saja ya. Yang lain, kita belumtahu,” kata Anis Hidayat.Maka pantas saja pakar hukum internasional dari Universitas Indonesia (UI)Hikmahanto Juwana mengibaratkannasib tenaga kerja Indonesia (TKI) di luarnegeri seperti layang-layang. “TKI kitayang jadi pembantu rumah tangga itutergantung penuh pada majikan, sepertilayang-layang. Kalau baik ya enggak apaapa. Kalau tidak ya dipukulin apalagikalau kompetensinya rendah,” katanyamenimpali Anis pada diskusi mingguanPolemik di Warung Daun Cikini, Sabtu(20/11/2010).Dia menyarankan, perlu kepastianperlindungan bagi para TKI yang menjadipembantu rumah tangga. Namun, Hikmahanto masih memuji tindakan MenluMarty Natalegawa yang sudah memanggillangsung Dubes Arab Saudi untuk Indonesia untuk menjelaskan langsung. Namun, menurutnya, itu tidak cukup.“Presiden juga harus sampaikan kepadaPresiden Saudi Arabia untuk menegaskankami tidak mau dijadikan budak di negaraAnda,” katanya.Hikmahanto mengingatkan dua halyang harus dicapai dalam diplomasi,Yossi Nurmalasari memegang foto almarhumibunya, Kikim Komalasari, TKI yang dibunuhdi Arab Saudi.Sumiati, TKI korban kekerasan majikan di Arab Saudi.Demo menuntut perlindungan terhadap TKI