Page 26 - Majalah Berita Indonesia Edisi 81
P. 26
26 BERITAINDONESIA, Desember 2010BERITA UTAMAfoto-foto: reproMakin Dililit UtangIndonesia masih terus terjebak dalam perangkap utangpermanen. Gali lobang untuk menutup lobang. Utanguntuk menutupi defisit anggaran serta membayar cicilanutang dan bunganya. Sehingga, Indonesia hari ini, makindililit utang.umlah nominal utang luar negeriterus membesar berlipat-lipat.Sebagian rakyat merasa tertipuketika pada masa kampanye didengung-dengungkan bahwa pemerintahtelah melunasi utang kepada IMF, titik!Seolah pemerintah tidak lagi gemarberutang. Padahal, kegemaran berutangke luar negeri masih terus berlanjut,bahkan semakin besar.Belakangan, pemerintah Indonesiamengakui belum bisa melepaskan diri dariutang sebagai sumber pembiayaan anggaran negara atau APBN. Tapi anehnya,pengakuan itu tidak diiringi dengan sikapdan kebijaksaan untuk mengurangi ketergantungan terhadap utang tersebut.Terus apa jadinya? Tulis Chris Komari,seorang warga Indonesia yang kini bermukim di Amerika, dalam e-mailnyakepada Redaksi Berita Indonesia (21/11/2010). “Apakah pengakuan itu hanyasekadar minta belas kasihan dari rakyat?Mengaku tapi tidak mau berubah, ya apaartinya?Chris Komari mempertanyakan kalaupendapatan negara cuma Rp 911.475.000.000, kenapa pemerintah harusmenghabiskan dana atau pembelanjaansebesar Rp 1.009.485.000.000? Dalambahasa sehari-harinya, kalau pendapatanhanya Rp 900.000, kenapa harus belanjasebanyak Rp 1.000.000. Ya jelas akanminus terus atau bahasa APBN-nya defisitterus. Apalagi kalau dana pendapatan itutermasuk utang. “It is pretty simplemathematic. Spend what you have, andnot what you wish to have or what youwish to borrow or getting loans!” katanya.Sudah utang, malah belanjanya lebihbesar dari jumlah uang yang dimilikitermasuk uang utang? Itu namanyadouble deep alias boros. Menurut Chris,itulah wajah APBN Indonesia saat ini. Diamenilai pemerintah pusat terlalu borosdan terlalu rakus dalam mengembat danarakyat yang ada dalam APBN.Dia memperkirakan, selama 6 tahunterkahir, pemerintah pusat rata-ratamenghabiskan dana APBN sebesar 70%,bahkan tahun 2008 sampai 77.88%.Sementara itu sisanya yang hanya 30%atau sampai 22.12% diturunkan ke daerahyang masih harus dibagi-bagi lagi ke 33propinsi, 491 kota madya dan kabupaten,5.263 kecamatan dan 69.919 desa.“Kalau uang yang begitu kecil 22.12Úri sisa APBN yang mayoritas diembatoleh pemerintah pusat yang masih harusdibagi-bagi oleh sekian banyak pemerintah daerah, kira-kira berapa dana yangakan masuk desa, bila dana yang sudahsekecil itu harus disunat lagi di tingkatpropinsi, tingkat kabupaten dan kotamadya dan di tingkat kecamatan?” Chrisbernada tanya.Menurutnya, sudah tahu begini, pemerintah pusat tidak tanggap dan tidakmampu melakukan reformasi untuk mengurangi ketergantungan pada hutangdan melakukan terobosan untuk menghilangkan defisit di APBN. Malah, katanya, pemerintah pusat terus ngutangdengan sudah menandatangani 20 jenishutang baru.Pemerintah pusat bukannya mengurangi pemborosan, malah meningkatkanpemborosan dengan memperbesar jumlah menteri ditambah wakil menteri danbelum lagi munculnya komisi ini dankomisi itu, komite ini dan komite itu,lembaga ini dan lembaga itu yang semuanya budget driven.Lalu, kata Chris, untuk mengibuli rakyatsupaya hutang Indonesia itu tidak tampakbesar dan berbahaya, pemerintah pusatmembungkusnya dengan mengunakanhitungan rasio, bahwasanya hutang Indonesia masih manageable karena rasionyamasih di bawah 30% dari total PDB(GNP).Menurutnya, yang tidak dijelaskan olehpemerintah pusat adalah fakta dan maknadari rasio itu sendiri, bahwa rasio terhaJ